12 | When Day's Over

3.6K 457 41
                                    

"Meadow, apa kau ingin mendengar kelanjutan ceritaku?"

Sawyer melontarkan pertanyaan itu seakan tanpa beban--setidaknya itu menurut Meadow. Sebaliknya, menurut Sawyer, itu merupakan salah satu pertanyaan tersulit yang pernah diluncurkannya dalam kurun waktu 10 tahun. Yah, selain daripada saat ia mempertanyakan apa itu mimpi basah kepada ibunya.

Meadow berhenti sejenak untuk berpikir, tak lekas memberi jawaban. Ia tak yakin ingin mendengar lebih lanjut, tapi kesiapan di hati kecilnya berkata lain. Meadow pun menggangguk pelan. Dengan mengernyitkan dahinya, ia pertanyakan kesungguhan Sawyer. Apa benar ini Sawyer yang terlihat menaruh benci padanya beberapa hari yang lalu, ingin berbagi cerita kepadanya?

Saat Sawyer hanya tersenyum--dan sekali lagi membuai Meadow--gadis itu bersender pada punggung kursi dan memusatkan perhatinnya pada Sawyer. Melihat pemandangan antusias seperti itu membuat Sawyer tertawa terakhir kalinya sebelum ia memulai bercerita.

"Ada yang lucu?" Meadow mendecak.

"Wajahmu itu terlihat seperti melihat hantu." Sawyer tertawa. Matanya tak lagi terlihat karena tertawa terlalu lebar.

Meadow mengendikkan bahunya. "Well, ada orang di hadapanku sekarang yang sedikit mengerikan. Ku rasa ini ekspresi yang tepat."

"Pfft, baiklah, aku akan memulai bercerita," ujarnya, "Tapi, ini hanya untuk sekadar tahu saja ya."

"Ya, apapun itu aku setuju." Meadow mengunci gembok imajinatif di mulutnya dan melempar kuncinya ke udara.

"Sampai mana kemarin ya? Hmm...," Sawyer menatap ke langit-langit kanopi yang menutupi sepertiga halaman, "Kau tahu kan tentang luka itu. Dan... kalau ada seorang pria jahat yang mengejarku?"

Meadow mengganguk pelan. Ia mengigit dinding dalam pipinya sambil memainkan jemarinya.

"Suatu malam, aku dan Spencer dan Andrew-- kau kenal Andrew? Australian bertubuh besar itu?"--Gigi Sawyer beradu, membuat gerahamnya berkontraksi--"kami bertiga pergi mendatangi rumah seorang temanku. Sebuah pesta, minum-minum, gadis-gadis di sana dengan pakaian super ketatnya. Frat party. Lalu, ponselku berdering. Aku tak bisa mengenali siapa peneleponnya. Nomornya tidak tertera di layar dan keadaan setengah mabuk tidak membantu sama sekali. Aku keluar ke halaman belakang bersama Spencer. Telepon itu sangat aneh, aku tak mengerti apa yang dibicarakannya. Tapi kemudian dia menyuruhku untuk pergi ke sebuah gudang jerami tak jauh dari sana...."

Sawyer terdiam. Ia mencoba menguatkan abu-abu ingatannya.

Disela-sela itu, Meadow tergerak untuk membantu Sawyer. "Mau ku buatkan teh dulu?"

Setidaknya teh adalah satu-satunya bantuan yang bisa Meadow tawarkan.

"Tidak, terima kas--"

"Oh ya, aku lupa. Kau pasti tidak suka teh ya? Bagaimana dengan kopi?"

Sawyer terkekeh. Tak disangkanya gadis itu menawarkan bantuan dengan polesan kekhawatiran di wajahnya.

"Nah, itu lebih baik. Aku ingin kopi hitam tanpa gula."

Meadow mengangkat ibu jari kanannya dan segera mengangkat kaki ke dapur. Sambil mencatat pesanan Sawyer di ingatannya, ia benahi anak-anak rambutnya yang berantakan oleh angin semilir. Ia menghentikan langkahnya di depan lemari penyimpanan makanan dan mengeluarkan sebuah botol kaca berisi bubuk kopi. Meadow mungkin akan melompat jika ia tak sedang hati-hati memegang botol kaca itu saat Sawyer tiba-tiba muncul di balik pintu lemari.

Meadow terkesiap, "Jezz shit, apa kau bisa berhenti untuk mengangetkanku? Kau memperpendek usiaku!"

"Slow down babe. Bukankah wanita menyukai kejutan?" Sawyer menampilkan seringai senyumnya.

The Tale of Meadow and The Mischievous GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang