The Tale of Meadow and The Mischievous Guy

06 | The Mischievous

Freeman, Sawyer.

Nama itu tersimpan di benak orang-orang sebagai "hantu". Keberadaannya selalu misterius, tetapi menjadi teror bagi semua orang. Hilang saat dicari dan muncul saat tak diharapkan. Berbuat onar itu sudah pasti, bahkan sering. Tak jarang orang-orang bisa melihat memar di wajahnya. Dia hampir membenci semua orang, kecuali rekan-rekan se-gengnya dan wanita-wanita dengan blouse berkerah rendah serta rok ketat pendek. Minyak wangi dari wanita yang berbeda-beda bisa tercium setiap hari dari kerah bajunya. Sawyer hidup bak raja. Dia dapat membuat hidup berjalan seperti apa kehendaknya.

Namun, satu hal yang sampai sekarang belum dapat dilakukan seorang Sawyer. Membersihkan namanya dari detention list. Ya, dia akan datang ke perpustakaan hampir seminggu sekali untuk berdiam diri di sana selama tiga jam. Itu hukuman atas semua tindakan semena-menanya di sekolah. Lalu, semua orang berpikir mengapa dia tak dikeluarkan saja? Simpel jawabannya; karena dia seorang dari Freemans.

***

"Sial!" Meadow mengaduh kesakitan saat ibu jari kakinya -- tidak sengaja -- membentur kaki sebuah meja hias dengan kencang. Alhasil, Meadow tak dapat menahan ekspresi kesakitan saat jarinya yang meringkuk berkedut-kedut.

Meja hias itu sempat menarik perhatian Meadow dengan bunga Lili yang mekar indah di dalam vas keramik hijau di atasnya. Sungguh, ia sekarang tak lagi menginginkan foto bunga tersebut di ponselnya. Kembali berjalan menyusuri lorong, Meadow mencari-cari pintu kamar yang dikunjunginya kemarin.

"Ini kamarnya?" Langkah Meadow melemah saat tiba di depan sebuah pintu. Ia mencoba mengingat-ingat dengan memperhatikan sekeliling. Ah,lukisan di sampingnya berhasil meyakinkan kalau ia tiba di kamar yang benar. Meadow pun tak segan-segan menggapai gagang pintu itu. Mendadak rasa tegang di sekujur lengannya muncul, seiring saat ia mulai menekan ke bawah gagang pintu itu. Meadow masih tak percaya ia bisa melakukan ini setelah percekcokan kemarin dan perkataan Sawyer tadi.

Timbul bunyi derit sedikit saat pintu itu hampir terbuka seluruhnya. Meadow memasuki ruangan itu sambil memutarkan kata-kata Sawyer di dalam kepalanya. Mata birunya bebas mengeksplorasi ruangan besar itu. Meadow tertegun sesaat. Hal aneh yang terlihat begitu nyata.

"Serapi ini?" Meadow menggeleng-gelengkan kepalanya dengan nanar takjub. Baru kemarin, ia menandai pipi Sawyer karena bertindak seenaknya dan kini Meadowlah yang merasa tertampar. Tapi, semua itu tak ada hubungannya dengan Meadow dan ia pun tak cukup peduli.

Meadow cepat-cepat berjalan menuju sebuah pintu yang berada tepat di sampingnya. Kelembaban menyambutnya dan ketika ia menekan saklar lampu, ruangan kamar mandi itu dihujani lampu temaram. Meadow dapat melihat sebuah handuk coklat tergantung di dekat pancuran air, sekaligus melihat ukuran kamar mandi tersebut yang luas. Meadow hanya menelan saliva-nya dan kembali mematikan lampu untuk pergi dengan handuk di tangannya.

Tepat di seberang pintu kamar mandi itu, terdapat sebuah meja belajar -- yang sepertinya merupakan tempat paling rapi karena jarang dipakai. Di atasnya terdapat beberapa bingkai foto. Rasa penasaran menuntun Meadow mendekati meja itu.

Melihat sebentar tak ada salahnya kan?

Bibir Meadow tertutup rapat saat ia melihat berbagai bingkai foto terjejer di sana. Bingkai-bingkai itu berdebu sedikit, tapi tak lekas membuat Meadow malas melihatnya. Yang paling menonjol adalah foto-foto Sawyer dengan orang-orang sebayanya di sebuah tempat kacau yang terlihat seperti pesta. Meadow terkekeh melihat betapa konyolnya ekspresi wajah-wajah di sana. Lalu, pandangannya terarah pada satu bingkai hitam dengan dua orang dewasa dan dua anak kembar. Foto itu tersembunyi di belakang foto-foto lainnya yang berukuran lebih besar. Meadow dapat melihat jelas wajah Liz, Sawyer, dan Spencer di sana. Tapi, siapakah pria dengan setelan jas hitam, dan rambut klimis? Meadow mengerjap dan segera mengangkat kakinya dari kamar itu.