Tidak akan pernah ada kata "pagi yang cerah" di dalam buku harian seorang Sawyer Freeman.
Well, karena memang ia bukan seorang penggemar bangun pagi dan juga bukan penulis buku harian. Ia lebih mempercayai kutipan di internet yang mengakui orang jenius bangun hingga tengah malam. Terlebih lagi, karena ia pecandu minuman penambah energi yang menjaganya dari kantuk. Ia akan terbangun hingga pagi sambil menonton god knows what. Jika dalam berbagai kisah badboy melakukan aksi gila dan menghisap rokok atau ganja setelahnya, Sawyer hanya seorang bocah nekat mati yang hanya takut kalau lemari pendinginnya kehabisan persediaan minuman energi.
Sawyer mengulat saat ponselnya bergetar di atas meja kecil di pinggir ranjangnya, membuat suara drrt-drrt-drrt akibat bergesekan dengan permukaan meja yang terbuat dari kayu. Namun tetap saja Sawyer urung menggerakkan tubuhnya seinci pun, sampai kelopak matanya perlahan-lahan merekah membuat lentik di bulu matanya bergerak. Dahinya mengerut oleh banyaknya cahaya menyeruak masuk ke dalam matanya. Cahaya itu tak hanya menyakiti rasa kantuk Sawyer, bahkan mulai merayap ke lantai dan dinding kamar melalui jendela tanpa korden itu. Sawyer memang punya tujuan lain membiarkan matahari membanjiri kamarnya; ia tak perlu repot-repot memasang weker.
Masih dengan posisi yang masih sama--dengan mata yang kembali terkatup rapat--Sawyer mengacuhkan dengung ponsel itu hingga reda. Penderitaan kecilnya muncul lagi siang ini dalam bentuk dengungan ponsel menyebalkan. Hampir beberapa hari belakangan ini Sawyer tak henti-hentinya dihantui para gadis yang tampak menggunakan segala cara untuk bertemu dengannya. Sejak malam itu--malam di saat kesialan terburuknya membuatnya terbelenggu di rumah ini--ia telah memberi nomor ponselnya pada setidaknya sepuluh gadis. Bukan bermaksud hidung belang, tapi rok-rok pendek, tangan yang melingkari lehernya semalaman, dan bisikan-bisikan menggoda dari para gadis di sana ditambah dua botol bir mendorongnya berpikir untuk berhubungan dengan mereka lebih jauh. Hanya sejauh melakukan "itu" satu kali dan Sawyer tidak mengharapkan keseriusan mereka akan membebaninya. Sawyer adalah satu dari jutaan laki-laki remaja yang berada di bawah kontrol alkohol dan melakukan hal bodoh sampai penyesalan menendangnya, tepat di wajah.
"Ughhh...," ia menggerutu.
Tubuh Sawyer melakukan perenggangan di antara bantal-bantal dan sprei yang berantakan. Selimut? Tak perlu ragu lagi jika sekarang keadaannya sudah terkoyak kusut dan susah payah bertahan menutupi separuh tubuh laki-laki itu. Otot-otot Sawyer menegang saat saraf-sarafnya mulai peka terhadap udara dingin kamar yang berada di bawah sembilan belas derajat celsius. Terlebih anggotanya yang mulai mengencang dan kapan saja bisa tersingkap bila selimut itu tidak mampu bertahan lebih lama lagi.
Ia mengusap kelopak matanya yang terasa seberat barbel itu dan menguap di saat yang bersamaan. Sawyer baru menyadari kalau hari sudah sesiang ini ketika saudaranya, Spencer, tiba-tiba menggedor pintu kamar dan berteriak dari luar.
"Bangun, Sawyer! Atau Ibu akan membunuhku karena membiarkanmu tidur sampai sore seperti waktu itu!!!"
Setelah itu Spencer pun pergi, tak ada niat bersusah payah lebih lanjut membangunkan adiknya yang bodoh itu. Terkadang ia masih bingung mengapa ibunya memberinya tanggung jawab kekanak-kanakan seperti itu. Maksudnya, membangunkan Sawyer? Apa pedulinya? Spencer menggerutu di balik pintu dan berlalu begitu saja.
Tentu Sawyer pun tak kalah masa bodoh. Ia tetap menutup mulutnya hingga gelombang kantuk itu datang dan membuatnya menguap bersana dengan mata yang sedikit berair. Ia bangun dan menggeser kakinya ke pinggir ranjang. Dibiarkannya rambut coklat yang berantakan itu tertiup oleh angin pendingin ruangan atau wajah mengantuknya yang masih setia terpampang. Ia hanya butuh waktu untuk memisahkan semua kejadian omong kosong kemarin dari renungan bangun tidur yang masih menguasai pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Meadow and The Mischievous Guy
Novela JuvenilBagi Meadow Baker, Sawyer Freeman adalah segala hal yang membuatnya "alergi" dan memberinya 1001 alasan untuk marah-marah. Si perfeksionis berambut pirang kecoklatan itu sebenarnya memiliki nol toleransi terhadap ketidakpatuhan, egoisme, dan keseme...