Prolog

31K 1.2K 2
                                    

Suara tangisan bayi terdengar memenuhi ruang rawat di sebuah bidan. Tampak seorang wanita sedang berjuang melahirkan anak keduanya. Tak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi lainnya menyusul tangisan bayi pertama. Meski tampak lelah dengan keringat yang membasahi dahinya, tapi sebuah senyum tersungging di bibir tipis wanita itu.

"Anak ibu sehat. Laki-laki dan perempuan."

Wanita itu memandang dua malaikat kecilnya dengan mata berkaca-kaca. Ia ingin sekali merengkuh kedua bayinya, tapi ia tahu mereka harus di bersihkan terlebih dahulu. Selesai mandi, wanita itu meraih bayi lelakinya dan mendekapnya penuh haru. Ia menciumi wajah bayinya dengan penuh sayang.

"Mau diberi nama siapa, Bu?" tanya sang suster yang sedang menggendong si bungsu.

"Arsya. Erlangga Arsya Hadiwijaya."

"Nama yang bagus, Bu. Untuk si bungsu?"

"Arlena. Arlena Savya Hadiwijaya."

"Maaf, Bu. Apa tidak sebaiknya si kembar di adzani oleh ayahnya sekarang?" tanya sang suster pelan.

"Biar saya yang mengadzani mereka."

Wanita itu dan sang suster menoleh ke sumber suara. Seorang lelaki paruh baya masuk ke ruang rawat dan meraih si bungsu dari dekapan sang suster lalu mengumandangkan adzan di telinga si bungsu, begitupun dengan bayi lelaki dalam pelukan wanita itu.

"Anak-anakmu sangat menggemaskan, Vira."

"Kenapa kamu tahu aku ada di sini, Ray?" tanya wanita yang dipanggil Vira tadi.

"Aku mendapat kabar dari Lina. Jadi siapa nama mereka?" tanya Rayhan seraya menatap bayi perempuan yang di serahkan suster tadi untuk ia gendong.

"Arlena dan Erlangga."

"Nama yang cantik. Lihat putrimu, begitu mirip denganmu."

"Bisakah aku minta bantuanmu, Ray?" tanya Vira sambil menatap Rayhan.

"Kamu tahu pasti apa jawabannya, Vira." ucap Rayhan.

"Bisakah aku memintamu untuk merawat anak-anakku?"

***


PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang