Cover by retardataire
makasih kak buat desain covernyaaa ^^ kereeen banget. this part dedicate ro you retardataire
"Bagaimana aku menjelaskannya kepada kedua anakmu, Vira?"
'Tidak bisakah aku hanya memperhatikan mereka dari jauh, Ray?'
"Mereka pantas untuk mengenalmu, Vira. Kamu ibunya! Wanita yang melahirkan mereka ke dunia. Mereka berhak tahu kalau kamu masih hidup!"
'Tapi aku meninggalkan mereka, Rayhan. Mereka akan membenciku! Aku tidak pernah ada di hidup mereka, Rayhan.'
"Itu semua ulah suami sialanmu itu, Vira. Aku tahu semua ini bukan keinginanmu. Aku yakin mereka tidak akan membencimu!"
'Benarkah?'
"Tentu saja, Vira. Kamu tidak ingin melihat mereka tumbuh dewasa? Meraih cita-cita mereka dan menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat untuk mereka? Kamu tidak ingin menghabiskan waktu bersama mereka? Bukankah kamu menginginkannya?"
'Aku hanya tidak ingin mereka malu mempunyai ibu seorang narapidana, Ray.'
"Demi Tuhan, itu semua bukan salahmu, Vira. Jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri!"
'Ray-'
"Aku nggak mau mendengar alasan apapun lagi, Vira. Cepat atau lambat mereka pasti tahu kalau kamu ibu kandung mereka. Mereka harus mengenal kamu sebagai ibu kandung mereka, Vira. Kamu nggak tahu betapa mereka mengharapkan kasih sayang seorang Mama. Aku akan memberitahu mereka semuanya. Aku nggak akan biarin kamu-"
"Papa mau ngasih tahu apa?"
Rayhan terkejut mendengar suara Arlena. Ia menoleh dan mendapati kedua kembar sudah berdiri mematung tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Aku akan menghubungimu lagi nanti. Jaga kesehatanmu!"
Rayhan mematian sambungan telepon dan memasukkan ponselnya ke dalam saku kemeja.
"Ibu kandung apa, Pa? Ibu kandung siapa? Dan mereka itu siapa? Aku sama Alen?" tanya Erlangga beruntun.
"Papa akan cerita semuanya sama kalian. Duduk dulu, Nak!"
"Kami butuh penjelasan, Pa. Bukan duduk!" tukas Erlangga tajam.
Rayhan menghela napas mendengar nada suara Erlangga yang tajam. Inilah saatnya kedua kembar mengetahui rahasia yang selama ini ia tutup rapat-rapat.
***
"Sebenarnya Mama kalian masih hidup. Dan aku bukanlah Papa kandung kalian."
Kata-kata itu terus terngiang di telinga Arlena. Pembicaraannya dengan Rayhan tadi siang begitu mengusiknya. Berkali-kali ia menghela napas berharap pikirannya yang kalut sedikit membaik. Tapi hal itu sama sekali tidak membantu. Arlena memandang langit yang terbentang luas di atasnya. Tak terlihat satu bintang pun di langit, mendung telah berhasil menutupi semuanya.
"Alen, kok kamu belum tidur?"
Arlena diam saja, tidak berniat menjawab pertanyaan Erlangga. Erlangga mendekati Arlena dan duduk di sebelahnya.
"Kenapa?" tanya Erlangga pelan.
"Er, sekarang kita harus gimana? Papa Rayhan bukan orangtua kandung kita. Kita juga nggak tahu Mama ada dimana. Masa kita mau terus tinggal di rumah ini?" tanya Arlena.
"Trus kamu maunya kita gimana, Len? Pergi dari sini?"
Arlena diam.
"Kamu mau kita pergi kemana?" tanya Erlangga lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive
Teen FictionPosesif. Overprotektive. Dua kata itu mampu mendeskripsikan seorang Erlangga di mata Arlena. Membuntuti kemanapun Arlena pergi seolah menjadi kebiasaan bagi Erlangga. Dua kembar ini selalu terlihat bersama. Dimana ada Arlena, di situ pasti ada Erlan...