Satu

21K 954 28
                                    

"Er, berhenti ngikutin aku ke kelas dong! Aku kan udah gede, aku bisa ke kelasku sendiri," protes Arlena.

"Tinggal deket lagi, Alen. Tuh kelas kamu udah kelihatan!"

"Justru karena udah deket, Er. Aku nggak mau diledek sama teman-temen!" ucap Arlena.

Arlena menatap kakak kembarnya kesal, berharap Erlangga berhenti mengantarnya sampai depan kelas.

"Emang siapa yang ngeledekin kamu? Biar aku marahin sekalian!" kata Erlangga.

Arlena menghentakkan kakinya dengan kesal melihat kembarannya yang sama sekali nggak peka itu.

"Aku udah kelas delapan, Er. Berhenti memperlakukan aku seperti anak-anak!"

"Bagiku, kamu tetap seperti-"

"Kamu sama aku bahkan cuma beda lima menit!" potong Arlena.

Erlangga tidak menghiraukan protes Arlena. Ia tetep keukeuh mengantar Arlena dan menunggu Arlena di depan pintu kelasnya. Begitu Arlena sampai di depan pintu kelas, sorakan dari teman-teman sekelasnya pun langsung menyambutnya.

"Hahahaa. . Lihat anak manja udah dateng! Dasar Arlena Anak Manja!"

Arlena terlihat menahan buliran airmatanya. Ia menatap teman-temannya kemudian berbalik meninggalkan kelasnya sambil menangis.

***

"Pokoknya aku nggak mau kalau satu sekolah sama Er lagi, Pa!" ucap Arlena.

"Kenapa, Sayang?" tanya Rayhan.

"Alen nggak mau diledekin seperti dulu lagi!" jawab Arlena.

"Kalau kita pindah ke Bandung, Alen nggak mau satu sekolah sama Er pokoknya!"

"Tapi, Alen-"

"Aku tetep nggak mau denger alasan apapun, Er. Kamu selalu nganggep aku seperti anak umur lima tahun yang harus selalu kamu jagain. Aku udah dewasa. Aku udah 17 tahun!" kata Arlena.

"Kalau sekolah kita sama, aku bisa langsung bantuin kamu kalau kamu ada yang ganggu!" ucap Erlangga berusaha membela diri.

"Aku bisa jaga diri aku, Er!" sahut Arlena sambil melotot. "Kamu bukanya mau bantuin aku, tapi malah bikin aku nggak bisa berteman karena kamu selalu gangguin semua teman-teman cowokku. Akhirnya mereka malah nggak mau temenan lagi sama aku!"

"Jadi kamu nggak mau satu sekolah sama Er karena kamu mau punya pacar?" tanya Rayhan sambil menatap Arlena dengan geli.

Pipi Arlena memerah mendengar pertanyaan Rayhan, sedangkan Erlangga menyipitkan kedua matanya sambil menatap Arlena tajam.

"Jadi bener yang dikatain Papa? Kamu pengen punya pacar makanya nggak mau satu sekolah sama aku?" tanya Erlangga.

"Nggak kok. Aku kan cuma pengen punya sahabat cowok. Itu aja!" elak Arlena.

"Kamu kan masih bisa punya teman cewek. Nggak harus cowok!" ucap Erlangga.

"Tapi aku pengennya sahabat cowok, Erlangga!"

"Kenapa? Kan cowok cewek sama aja!"

"Kalau sama aja kenapa kamu ngelarang aku punya sahabat cowok?" balas Arlena.

"Karena aku nggak percaya sama persahabatan antara cowok sama cewek."

"Sudah-sudah. Jangan berantem lagi! Masa gara-gara masalah sekolah kalian berantem gini?" lerai Rayhan. "Er, kamu juga salah. Nggak seharusnya kamu bersikap seperti itu sama Alen. Alen kan udah dewasa, dia pasti udah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang nggak baik. Iya kan, Len?"

PossessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang