3 : A Day With The Bad-Ass

7.8K 224 4
                                    

"Cukup mel, cabut pelajaran aja yuk. Gue traktir makan diluar " Ujar rayan sambil menarik kedua tanganku agar aku bangkit dari duduk.

Aku mengelak "Apaansih Ray, urusan gue belum selesai sama K arin!"teriakku sambil mengadahkan kepala ke arah rayan yang berdiri .sementara karin masih sesenggukan di hadapanku,rambutnya basah oleh air matanya sendiri.

"Halah nyusahin aja sih lo " dan tiba tiba lagi, pergelangan tangannya memeluk sekitar perutku lalu menarikku berdiri. Aneh sekali, dadaku sedikit berdebar.

Tidak hanya sampai situ, Rayan merangkul pundakku lembut setelah itu memimpinku berjalan keluar gudang meninggalkan Karin duduk sendirian di lantai. Murid murid di sekitar kami menatap ke arahku dengan wajah ' itu kak Melyssa jalan bareng Rayan?' yang membuatku menunduk dalam dalam.

Bahkan aku tidak tahu Rayan akan membawaku kemana.

Dengan sisa sesenggukanku, aku bertanya pada Rayan " Kita mau kemana?" Setelah melihat arah yang Rayan pimpin menuju ke lapangan parker.

"Bolos pelajaran terakhir " Jawabnya singkat.

Aku membelalak " T-tu-tunggu . Apa ? bolos? Nggak, gue gak mau " perlahan aku menyingkir dari rangkulannya lalu berhenti melangkah.

Dia menarik tangannya dari pundakku "Ya terserah sih kalo lo mau ditanya tanyain sama anak kelas kenapa muka lo sama Karin sembap gitu"

Rayan ada benarnya juga "Ta-tapi bentar lagi kan ulangan semester" Sahutku sementara Rayan sudah berjalan kea rah motornya.

"Pelajaran terakhir apa ? Bahasa indonesia kan? biasanya juga lo ngiler di kelas "

Sialan.

Ada benarnya juga sih pendapat Rayan, pelajaran bahasa Indonesia hanya membuatku berusaha keras agar tidak tertidur di kelas. Apalagi umur guru tersebut menurutku sudah terlampau tua untuk mengajar anak anak SMA yang super aktif seperti kami. Cara bicaranya sangat lamban ! . Lalu, tentang teman teman yang pasti akan bertanya tanya aku kenapa karin kenapa dan ribuan pertanyaan lainnya yang pasti membuatku pusing sendiri di kelas. Rayan sebagai teman sekelasku juga pasti tau betapa ceriwisnya teman teman kami.

"Bengong melulu lo, jelek. Jadi ikut ngga? "

Sahutan Rayan yang sudah memakai helm dan menyalakan mesin motornya membuatku sadar dari lamunan tadi. Dan yah, mau tidak mau akhirnya aku mengangguk dan berjalan ke arah motor besar Rayan. Membayangkan apa yang akan terjadi di kelas tadi, lebih baik bolos pelajaran terakhir. Lagipula aku kan belum pernah bolos, beda dengan Rayan.

Rayan menyunggingkan senyum nakalnya saat melihatku mengangguk dan berjalan ke arahnya. Well, senyum lain dari wajahnya yang baru aku lihat selama hampir dua tahun satu sekolah dengannya.

"Good girl gone bad..."cibir Rayan saat aku sudah ada di sebelah motornya.

Aku melipat lenganku di dada, merengut "Siapa juga yang mau jadi cewek kaya gitu "

Rayan tertawa lalu memperhatikan wajahku dengan mata hijau pekatnya sebelum berkata "Sini bentar deh " tangannya mengisyaratkan aku untuk mendekat.

Aku perlahan melangkah ke arah Rayan "Kenaap-"

"Gue gak mau bonceng cewek yang keliatan abis nangis ah "

Tangannya yang telah terbungkus sarung tangan berbahan kulit itu memegang wajahku, yang membuat darahku tiba tiba berdesir. Kedua jari telunjuknya menyeka air mataku. Senyum rayan kembali terpasang, kali ini gigi rapinya terlihat jelas.

Ganteng amaatt !!! . Aku berusaha menggerakkan tanganku untuk menepisnya tapi....

Kenapa sulit?.

Rayan melepas tangannya dari wajahku lalu terbahak "Hahaha, terpesona ya? ".

Dasar menyebalkan. Sekarang aku benar benar menepis tangannya, lalu menatapnya tajam "Ngeselin lo ".

"Hahaha udah cepetan naik dah" ucapnya.

Rayan membantuku naik ke atas motornya, menoleh ke belakang dan bertanya "gue gak di peluk?".

Aku memukul punggungnya "Apaan sih, mending kita cepet pergi dari sini !"

Dia mengangkat bahunya "Terserah ya, nanti kalo tiba tiba lo jatoh di tengah jalan gara gara gue ngebut jangan salahin gue "

"Ap- " belum selesai aku bicara, Rayan meng-gas motornya kencang sehingga aku hampir saja terjungkal kalau tanganku....tidak memeluk pinggangnya. Ya ampun kalau bukan arena kaget aku pasti tidak akan mau memeluk Rayan sekencang ini. Satu tangan Rayan menggenggam kedua tanganku yang bertumpu di perutnya. Samar samar aku bisa mendengar rayan tertawa pelan.

"Makanya nurut aja sama gue " Ucap Rayan setengah berteriak agar aku dengar.

"Berisik lo ah " Jwabku sinis. Kepalaku otomatis bersandar di punggungnya yang kokoh karena dia melajukan motornya tanpa mengurangi sedikitpun sehingga membuatu mempererat pelukan di perutnya. Belum pernah aku naik motor secepat ini, bahkan kedua kakakku sepertinya tidak akan berani. Rayan mengendarai motor ini sangat handal, menyalip, belok, bahkan saat berhenti mendadak dilakukannya sangat halus sehingga aku bisa menikmati momen ini.

"Heh mel"

"Apa?"

"Kurang kenceng gak?"

" Bodoh ! kaya gini aja gue udah kaya mau mati apalagi makin kenceng !" ucapku setengah berteriak.

Rayan menoleh "Pelukan lo belom erat sih" dia menambah lagi kecepatan laju motornya.

"Rayan ! udah ih udah ! gue gak mau mati sekaraaaang!" tukasku.


####


Aku menaikkan alisku saat motor Rayan berhenti di depan bangunan kecil, catnya yang berwarna krem sudah memudar seiring berjalannya waktu.

Rayan menepuk lututku "Turun dong, sweetiepie "

"Iyaiya bentar "

Tunggu, dia memanggilku apa ?.

"Sweet... apa ?" Desisku bertanya, apakah aku salah dengar atau..

"Sweetiepie Mel, mending turun dulu deh"

Cih, punya hak apa dia memanggilku seperti itu.

Aku turun dari motor Rayan, berdiri mematung di depan bangunan kecil itu. Sering sekali aku melihat bangunan ini, tapi sepertinya tidak pernah menapakkan kaki ke dalamnya.

"Oke sweetiepie ,ayo kita makan ." Rayan melangkah ke arah pintu masuk tanpa pintu bangunan ini.

Aku menarik baju seragam Rayan . " Pertama, jangan panggil gue pake sebutan sweetie... apalah itu ".

"Dan dua..." Aku melirik tulisan dari cat warna merah di dinding depan bangunan ini .yang bertuliskan :

' WARUNG TEGAL (WARTEG) BAHARI '

Aku berbisik "lo bener bener mau makan disini? Maksud gue masih banyak tempat makan lain kan? yang....lo tau maksud gue kan?".

Alis Rayan terangkat, dia merogoh saku bajunya dan memberi kunci motor ke tanganku " Ya kalo gak mau makan disini terserah. Cari makan aja sendiri naik motor gue" Ujarnya cuek lalu masuk ke dalam.

Mana bisa aku mengendarai motor sebesar itu, ugh. Mau tak mau aku ikut masuk juga. Rayan yang melihatku mengikutinya dari belakang tersenyum dengan penuh kemenangan. Aku memutar bola mataku, sebal.

"Siang, mas rayan" bapak di belakang rak kaca penuh makanan itu menyapa rayan.

Rayan tersenyum " halo paaak, saya mau makan ayam bakar pake orek aja deh.kuahnya kuah opor ya pak "

Bapak itu mengangguk lalu mulai mengambil satu persatu makanan yang Rayan pilih ke sebuah piring.

Rayan mengambil piring yang disuguhkan oleh Bapak tersebut lalu mendelik ke arahku "Lo mau berdiri di situ terus apa ikut makan sama gua?"

"mbak'e arep pesen opo mbak?" Tanya Bapak warteg dengan logat jawa yang sangat kental.

Rayan menyenggol sikutku " Ditanya mau pesen apa tuh ".

Aku menggeleng "Nggak laper kok Ray , makasih ".

"Ngerepotin banget sih sweetiepie " Rayan mendecak " Pak pesen satu lagi ya, lauknya samain aja sama punya saya. Tambahin es teh dua ya ." Pesannya.

Bapak warteg itu mengangguk, dan kembali melakukan aktifitasnya.

Aku mendengus "Gue kan gak laper ray".

Rayan terkekeh "Kalo sampe makanan lo kali ini abis, lo punya utang ya sama gue".

Bapak warteg itu menaruh piring di atas rak,membuatku bangkit dan mengambilnya. "makasih ya pak ".

Dia mengangguk sesaat.

"Jadi Mas Rayan punya pacar toh sekarang?"

Mataku melebar mendengar kalimat Bapak warteg ini. Belum apa apa udah dibilang pacaran hiks.

Rayan tertawa "Sweetiepie, gue harus jawab apa nih?" dia tertawa nakal.

Wajahku pasti sudah bersemu merah. Kalau begini caranya aku tambah tidak punya napsu makan deh.....

Rayan yang sepertinya mengerti kalau aku sebal dengan sikapnya berkata "Engga kok pak,ini temen sekelas saya,dia bilang tadi udah gapernah makan selama tiga hari,jadi saya ajak kesini deh ".

"Rayan ish siapa sih yang nggak makan tiga hari ? " Ketusku padanya.

"Ssssh sudah sudah jangan berantem. Saya ndak mau ganggu kalian deh kalau gitu " Bapak warteg itu terkekeh lalu pergi ke belakang.

Aku menghela napas, menoleh ke arah Rayan yang sudah makan dengan rakusnya. Jariku memotong sedikit ayam bakar di piringku lalu melahapnya dan terkejut. Astaga......

Enak banget.

15 menit kemudian.

"Gue bilang apa, lo pasti makannya abis deh " Ujar rayan setelah selesai makan.

Aku nyengir lebar "Ayam bakarnya enak parah.. ".

"Sweetiep- "

Aku menoleh cepat " Berhenti manggil gue kaya gitu kenapa sih".

Rayan tersenyum.whoa senyumnya aduhai @#%&*#@.

"Kan biar romantis "sekarang matanya menatapku lembut. Duh, kenapa dia sangat ahli dalam membuat jantungku jumpalitan.

Aku mengalihkan pandangan darinya "Mana romantis, kesannya jijik tau"

Dia tertawa pelan, menyikut lenganku "Sekarang udah mau cerita tentang Bimo atau Karin disini? Siapa tau bikin lo agak lega".

"Hmmm...itu..hngg...." gumanku salah tingkah, mengingat apa yang terjadi di gudang tadi.

Tangan rayan mengacak rambutku "Kalo gak mau cerita juga gapapa kok honey " ujarnya lembut .

"Karena lo udah ngajakin gue makan enak, masa tega gue gak cerita "

Rayan terkekeh .

Lalu kalimat demi kalimat meluncur dari bibirku, membuat Rayan menatapku serius dengan mata hijaunya. Terkadang aku menarik napas panjang,menahan air mataku agar tidak tumpah lagi. Sepanjang penjelasanku, Rayan hanya mengangguk pelan, yang menurutku itu isyarat bahwa dia mengerti apa yang aku ucapkan.

Dia pendengar yang baik.

Jari rayan menyeka air mataku lagi " sweetiepie, jangan nangis lagi dong "

Aku tersenyum ke arahnya " Hehe makasih ya Rayan"

Dia mengangguk lalu berdiri "yuk siap siap ngetrek lagi ,gue anter lo sampe rumah "

****


"Nah, udah sampe Sweetiepie "

Dia membantuku turun dari motor besar tersebut. Langit masih mengguratkan warna oranye di sela sela awan, belum terlalu gelap dan ini hal yang bagus. Karena Mama pasti marah kalau aku pulang setelah jam enam tanpa izin.

Rayan tersenyum simpul saat aku sudah turun dari motornya "Yaudah ya mel,gue pulang dulu"

"Eh Ray !" ujarku sebelum dia meng-gas motornya.

Tangannya membuka kaca helmnya "Ya? "

"Uh..mmm...makasih ya hari ini " Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Tersipu, tersenyum salah tingkah.

Rayan mengangguk, balas tersenyum " At least, lo masih punya dua utang ya ke gue " lalu dia melajukan motornya, menjauh dari rumahku.

Entah kenapa rasanya aku tidak punya penyesalan sama sekali sudah kabur pelajaran Bahasa Indonesia, makan di warteg , diajak kebut maut.

Malah ada rasa senang yang meluap luap di dadaku.

Loving The Wrong GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang