12 : Finally

6K 202 8
                                    

Suntuk.

Sekolah hari ini sudah berakhir, dan aku sedang dalam perjalananku menuju parkiran. Maria tadi memaksaku pulang dengannya setelah tempo hari aku diculik sama geng motor.

Tiga hari ini Rayan gak masuk sekolah. Seperti biasa, dia tidak mengabari siapapun tentang alasan kenapa dia tidak hadir di kelas.

Membuatku berpikir, dia kenapa ? Keluar kota? Ada urusan mendadak?

Oh iya, bukan urusanku ya.

Tapi Rayan sempat ke rumahku dua hari yang lalu. Kata Raka sih dia mau ngomong sama aku. sayangnya, aku gak mau ketemu sama dia. Ga tau juga sih kenapa, pokoknya males aja ketemu Rayan. Takut...

Tambah sakit.

Blam

Aku menutup pintu mobil Maria. Dan mencari posisi duduk paling nyaman di mobil yaris-nya. Mobil ini dia dapat dari ibunya yang memenangkan doorprize di supermall. Ya, emang beruntung banget karena aku selama ini selalu ikut undian macam itu dan gak pernah menang.

"Lo hari selasa bolos ? " ujar Maria tiba tiba.

Aku mengangguk. Teringat kejadian yang masih melekat kuat di otakku.

"Ngapain? Bolos melulu, curang "

Aku menarik napas panjang, lalu menjelaskan kejadian itu. Terasa sesak saat menceritakan bagian Rayan, bahkan air mataku mulai menggenang lagi memenuhi kantung mataku.

Maria hanya menggumam pelan, menandakan kalau dia masih mendengarkan aku selagi dia menyetir. Serta mempersilahkanku bicara sampai selesai.

"Lo kenapa gak dengerin penjelasan dia dulu sih, bego "

Aku mengernyit, Maria nyalahin aku ? "Hah ? Jelas jelas dia yang nyium Karin duluan kan ? Maksud gue, Karin nampar Rayan gitu loh "

"Ya cium doang kenapa sih Mel, lagian lo gak mau kemaren pas disuruh nyium dia "

Aku terhenyak mendengar kalimat Maria. Tapi itu kan dianya...... Aku.... Belum siap... . "Bukan gitu Mar, gue ga suka aja liat Rayan kaya gitu "

"Cemburu ? "

"Apaan sih, siapa jug- "

"Iya, cemburu kan ? "

"Maria ih enggaaak ! "

"Muka lo merah tuh "

Aku merengut kesal menanggapi sikap Maria. Cemburu? Yang benar saja. Perasaanku ke Rayan cuma sebatas suka saja, tidak lebih maupun kurang. Mana mungkin aku cemburu ?

"Ya kali cemburu, gue cuma kesel aja liatnya "

"Kesel sampe gak mau dengerin penjelasan dulu gitu ? Sampe nangis ga jelas padahal lo ga di apa- apain sama dia. Gitu keselnya? "

"Maria, please... " aku meringis pelan. Maria kalau udah masalah beginian bijaknya mulai deh bikin aku jadi ngerasa bersalah banget. Padahal kan Rayan yang salah, dia sering bikin aku deg degan sendiri, bikin muka aku merah berkali kali dan kemaren tiba tuba dia nyium Karin. Hati aku emang mainan apa gimana sih.

Maria menoleh ke arahku, menarik napas panjang. "Gue cuma gak habis pikir Mel, Rayan tuh udah bantuin lo berkali kali. Dan lo di gituin aja marah marah sendiri. Kalo Rayan jahat, dari dulu aja dia ninggalin lo sendirian pas hampir di cium Bimo lagi, ngebiarin lo diculik geng motor. Iya gak ? "

Dia kembali fokus ke jalanan, membiarkan kalimat panjangnya menari nari di pikiranku.

Rayan membantuku saat di UKS, membawaku keluar gudang saat hampir saja meninju wajah Karin, dan kemarin menyelamatkanku dari Arman.

Loving The Wrong GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang