Otaku Girl

1K 39 1
                                    

'Drap! Tap! Tap! Tap!'

Suara langkah kakiku terdengar sangat berisik, saat aku yang sudah memakai seragam Sailor berlari kalang kabut dari kamarku menuju meja makan. disana sudah ada kedua orang tuaku dan Adik laki-lakiku yang sedang duduk manis menikmati sarapannya. Mereka tak perlu menungguku, pagi ini aku bangun terlambat lagi karena semalaman suntuk aku menonton Anime Winter yang tak sempat aku tonton selama satu musim ini, yah mungkin karena terlalu banyak yang harus aku tonton.

Kalau tidak salah Anime Winter tahun ini rilis sebanyak 65 judul, memang tidak semua aku tonton karena aku hanya menyukai genre Action, Comedy, Romance, Vampire, School, Ecchi! Eh? Echhi?! Ah bukan begitu, jangan salah paham! Meski aku sangat menyukai genre ini bukan berarti aku gadis pervert. Catat, bukan gadis pervert! Aku menyukai-nya karena jalan ceritanya yang keren. Lagipula biasanya disitu banyak Comedy, ambil saja contoh Highschool DXD, KissXsis, To Love Ru, Hentai Ouji to Wawaranai Neko, Baka to test dan masih banyak lagi yang pastinya selalu sukses membuatku nyengir sekaligus terbahak-bahak saat menontonnya.

Dari sekian banyak Anime musim ini, mungkin aku hanya menonton sekitar 20 judul masing-masing mempunyai jumlah episode sekitar 12-14, tidak banyak kan? Dan semalam itu adalah dua Anime terakhir yang akhirnya aku selesaikan. Ah salah! Hampir lupa, bahkan masih ada dua anime tentang Vampire belum sempat aku tonton. Baiklah mungkin nanti sepulang sekolah aku akan menontonnya kembali, karena ini sudah memasuki musim panas dimana akan muncul Anime baru musim ini. Jadi rasanya ada yang kurang kalau Anime musim lalu belum selesai aku tonton.

"Ohayou Touchan, Kaachan, Baka ototo," Sapaku mengucapkan selamat pagi, sedikit terengah aku menghampiri ketiga orang yang sangat kucintai itu. Dan dijawab dengan ramahnya, kecuali adik laki-lakiku yang berumur 10 tahun mengerutkan wajahnya sebal padaku. Yaaa... dia paling tidak suka kalau aku memanggilnya Baka, sedangkan aku sangat suka menjahilinya.

"Kau terlambat lagi, heh?" Sambut Ayah menyantap supnya sambil melirikku. Kemudian aku mengambil tempat berhadapan dengan mereka dimeja makan, duduk disamping Adikku. "Pasti gara-gara Anime lagi," lanjutnya menebak dan hanya dengan cengiranku sudah cukup menjawab semuanya. Ibu hanya menggeleng melihat kelakuanku. Ayahku ini seperti cenayang, padahal semalam suntuk aku sudah memakai headset! saat menonton Anime agar tidak ketahuan, tapi tetap saja Ayahku tau. Semoga saja Ayah tidak marah dan menyita kembali semua koleksi komik dan DVD Animeku.

Oh hampir lupa.

Namaku Fujiwara Keiko, umurku tahun ini 17 tahun. Aku tinggal di Tokyo-Jepang, tepatnya di Shinjuku. Kota yang sangat ramai dengan gedung yang tinggi, Shinjuku adalah salah satu dari 23 distrik khusus di Tokyo, salah satu kota teramai selain Shibuya, mungkin juga lebih padat dari pusat kota mode yang terkenal dengan kawasan Harajuku-nya itu. Shinjuku juga pusat perniagaan dan pemerintahan, aku tidak akan bercerita banyak soal itu karena memang aku tidak tertarik untuk membahasnya, tepatnya memang aku tidak mengerti. Lebih baik aku ceritakan tentang diriku saja.

Aku lahir dan tinggal di Shinjuku bersama Ayah dan Ibu beserta Adikku, akan aku ceritakan sedikit tentang mereka. Ayahku bernama Fujiwara Atsushi, Ayah adalah seorang pria pekerja keras yang tangguh, sifatnya juga sedikit keras tapi tidak pula menjadi tipe Ayah yang tidak dekat dengan anak-anaknya. Ayah sangat menyayangi kami, perhatian dan selalu menyempatkan diri untuk berkumpul atau berlibur bersama kami disela-sela libur kerjanya.

Ibuku bernama Fujiwara Ame, tau apa arti Ame? Ya, artinya adalah hujan. Ibu memang seperti hujan, berisik!

Eh, ups! Bukaaan bukan itu maksudku (maaf Ibu). Ibu seperti hujan karena kehadirannya selalu menyejukkan, aaahh... aku tidak pandai merangkai kata-kata indah. Aku lemah dalam ilmu sastra. Umm... setauku Ibu suka sekali memasak, ia mempunyai traditional cafe yang tak jauh dari tempat tinggal kami. Kenapa kusebut traditional cafe? Karena Ibu hanya menjual kue-kue yang resepnya entahlah, mungkin berasal dari jaman kuno, seperti kue beras, manju. Aku tidak terlalu menyukainya, aku sendiri lebih suka menghabiskan waktu dicafe yang menjual mini cake dan muffin berhias krim dan taburan cokelat. Ajaibnya kafe Ibu selalu ramai didatangi pengunjung dari yang tua sampai yang seumuran denganku.

Mengejar ShinkansenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang