Surprise Pertukaran Pelajar

600 31 0
                                    

Cinta tidak akan langgeng tanpa Ujian

Dengan ujian cinta akan lebih bermakna

Dengan sejuta kerinduan ingin kumemilikinya

Tapi tetap ada paku-paku dan duri yang menghalangi langkahku


Tak terasa hubunganku dengan Keiko-chan makin lama makin romantis. Cieeeh... aku jadi malu. Hihihihi. Punya cewek secakep Keiko-chan dari negeri Sakura, senyumnya manis, bening....duh. Mungkin aku adalah lelaki yang paling beruntung. Aku berharap Keiko adalah perjalanan cintaku yang terakhir. Setelah direject oleh seratus cewek rasanya tidak sia-sia. Memang orang sukses itu biasanya harus gagal berkali-kali untuk mendapatkan gunung emas. Tentu saja gunung Emasku adalah Keiko-chan.

Ngomong-ngomong sekarang ini aku sedang Kerja Praktek. Kerja Praktekku di sebuah perusahaan Air Minum Terkenal di Indonesia ini yang sudah jadi branding. Tahu sendiri perusahaan apa itu. Di sini aku harus membuat sebuah Decission Support System untuk memberitahu kadar air yang ada di dalam mata air, kondisi sungai dan juga beberapa kontur tanah. Hal ini untuk mengetahui apakah cadangan air masih bisa dimanfaatkan ataukah tidak. Dan juga sekaligus bisa memberitahu tentang bahaya yang ditimbulkan apabila terjadi hujan. Sistemnya sangat rumit, untunglah aku dibantu oleh ayahku. Aku juga dibantu oleh salah seorang pakar Air yang telah bertahun-tahun meneliti air, bahkan beliau juga telah mendapatkan beberapa penghargaan dari Korea Selatan. Namanya Pak Made.

Masalahnya adalah aku harus pergi seperti orang kerja dari rumah sampai ke pabrik ini. Pergi jam 8 pagi, pulang jam 4 sore. Memang aku pulang lebih awal karena aku cuma anak PKL aja di sini. Aku terus terang seperti orang kerja beneran. Di rumah, di pabrik selalu aku bekerja membangun sistem. Untunglah ayahku membantuku untuk membantu perancangan sistemnya, terkadang beliau membantuku untuk menuliskan programnya, membenahi bug, dan juga membuat modul-modul untuk membantuku. Sibuk. Itulah yang terjadi kepadaku sehingga untuk beberapa saat lamanya aku tidak menghubungi Keiko. Aku tahu dia pasti marah sekali karena lama tidak aku kabari. Yah, mau gimana lagi.

"Hei, makan yang bener!" ibu memukul kepalaku dengan sendok sayuran.

"Affuh!" pekikku. "Affaan fih bunfa?"

"Kamu itu mulut penuh makanan sampai pipimu buncit, hayo kunyah yang bener!" sekali lagi beliau memukulku.

"Affuuhh! Ifa...!" aku habiskan yang ada di mulutku lalu mengambil segelas air dan meminumnya.

"Makan yang bener! Kamu ini."

"Habisnya udah telat, aku soalnya harus cek log juga di sana."

"Kaya' orang kerja aja."

"Gitulah bunda. Maaf ya," aku cium tangan beliau.

"Hati-hati!" nasehat dari ibuku.

"Itekimasu!"

Aku berlari-lari mengejar angkot. Angkot itu pun langsung berhenti. Kenapa sih aku masih ngejar-ngejar angkot segala? Ah, tak usah ditanya karena ayahku memang nggak bakal mau membelikanku sepeda motor. Alasannya adalah "Sepeda motor membuatmu malas". Iya juga sih, dengan ngejar-ngejar angkot begini aku lebih sehat. Ya, karena harus berlari-lari. Setelah berjibaku berebut angkot, aku turun di terminal Arjosari, setelah itu naik bus jurusan Malang - Surabaya. Phew. Capek pokoknya, hingga sampai Pandaan hampir pukul delapan. Untung saja aku masih sempat cek log.

"Hampir saja," kataku.

Aku memeriksa ponselku. Memang agak aneh sih melihat Keiko-chan tumben sekali tidak mencari-cariku. Ah, mungkin dia tahu aku sedang sibuk. Terkadang memang LDR-an dengan seseorang itu harus saling percaya. Ya, aku percaya kepada Keiko-chan. Aku percaya dia tak akan berpaling dariku. Karena rasa yang aku rasakan sama seperti yang dia rasakan. Entah mengapa aku hari ini mengirimkan pesan ke akun LINE miliknya.

Mengejar ShinkansenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang