Siapa itu 'Aku'?

276 10 7
                                    

7 Hari Sebelum (sebelum kau tinggal bayangan )
9 September 2015,


Pagi ini, seperti biasa aku berjalan cepat ke dalam kampus sekolahku dengan menggendong backpack hitam di bahu kiri.
Aku menyebrangi lapangan basket berwarna hijau di depan gedung utama sekolah, lalu masuk ke gerbang dalam. Kampus sekolahku ini terdiri dari beberapa bangunan terpisah, itulah kenapa aku menyebutnya kampus.
Dalam perjalanan menuju kelas aku biasanya menyapa kawan kawanku. Daaan, kebiasaanku sejak beberapa waktu yang lalu, mendongak ke atas setiap kali melewati kelasnya di lantai dua. Dari bawah sini kadang aku berharap bisa menemukan wajahnya melihat ke arah sini.
Tapi nyatanya aku malah mendapatinya berpapasan denganku.
" Hai, Dim." Sapaku ragu, sebenarnya entah apa tujuannya aku menyapa dia.
" Eh, Hai."

Interval, sekali lagi ia muncul memisahkan. Payah.
Sekarang aku sudah berada di depan sebuah lorong sempit. Sempit, yaa percayalah ini sempit, hanya muat dua orang yang lewat bersebelahan.
Di ujung lorong kalian akan mendapati sebuah kolam ikan dengan tanaman rambat yang tumbuh di sekelilingnya. Aku terus berjalan lurus, melewati aula dan ruang kepala sekolah. Lurus dan langsung masuk ke kelasku. Aku menaruh tas di bangkuku, di pojok kelas. Tas Mei sudah ada di sebelah bangku kosong itu. I'm little bit late. 6.29.

Smartphone aku keluarkan dari dalam tas. Di kelas lumayan ramai, tapi kebanyakan cowo. Segerombolan cowo itu memainkan speaker berharga 350.000 yang aku beli dengan susah payah memenej pengeluaran uang kas kelas. Lagu 'What do you mean?' milik Justin mengalun keras dari boks hitam itu.

Malas berurusan dengan mereka, aku meninggalkan kelas. Beranjak ke selasar dekat bangunan kelas 7, menemui partnerku. Nida baru saja keluar dari kelasnya ketika aku mau menghampirinya. Seperti pagi pagi yang lalu kami berdua berjalan ke arah kantin, kelas Fania. Ia sudah berdiri di ambang pintu, berbincang dengan Sulthan yang sesekali terkekeh dan sederet gigi berpagar terekspos, mirip mirip punyaku.

" Hai, Fan! Hai, Sul!" Sapaku.
" Eeh, Ka." Sahut mereka berbarengan. 'Ka' for azKA not for kaKa.
Mereka berdua menghadap ke arah kami dengan setelan nyunda.
Kami menghabiskan pagi berbincang tentang apapun itu yang muncul di kepala.

*~*

Kalian tahu apa yang aku suka dari hari rabu? Ya, eskul fotografi. Aku senang hadir di sana, duduk di pojok kelas menenangkan pikiran.

Aku sedang duduk duduk di pendopo dengan beberapa teman dan adik kelas, menunggu ketua eskul kami datang -pembina eskul ijin katanya, jadi minta digantikan oleh si ketua.

Sudah setengah jam kami menunggunya. Ia akhirnya datang, aku bisa merasakannya. Dia berdiri dibelakangku yang sedang duduk di lantai. Suhu, hangat. Percaya atau tidak aku bisa merasakan hal hal seperti itu, aku peka akan rangsangan -jelaslah akukan makhluk hidup.
" Hai, Dim." Sapaku pelan dengan mata masih menatap ke layar smartphone. Ia jelas tak menjawab karena hanya aku yang bisa mendengar gumaman itu. Aku sedang berselancar di wattpad, mengedit beberapa kesalahan ketik.
" Emangnya hari ini eskul gitu?" Tanyanya polos.
" Adaaa tau, baca grup." Seruku.
" Gimana sih pa ketu teh." Timpal Lisa.
" Heuuu..." Rara menanggapi, hanya dengan ' heuu ' oke, orang ini emang agak abstrak.
" Ga ada ah." Balasnya tenang.
" Adaaa (paketuku sayaaang)." Aku mencari pesan yang dimaksud, dan mengacungkan smartphoneku ke wajahnya, ia sedikit membungkuk. Tangannya menggenggam smartphoneku entah tanganku. Yang jelas aku merasakan hangat tangannya sedikit.
Si Paketu terdiam sejenak. Akupun sama, jantung sialan ini kenapa siiih? Aku benar benar mematung. Tapi tidak ada yang sadar dengan perubahan ini, baguslah.
" Sori sori, baru baca sekarang iiih." Ia melepaskan genggaman tanganya.
" Jadi gimana?" Rara meminta kejelasan.
" Ya udah pulang aja, udah bubar aja, pulang."
" Okee, aku pulang atuh yaa kak." Seru seorang anak kelas 7.
" Okee, hati hati di jalan." Balasnya. Ia masih berdiri di sini. Kami semua terdiam menatap smartphone masing masing.
" Jumat teh pemecatan osiskan?" Tanya Lisa.
" Hu uh." Reply Rara.
" Wah, iya euyyy."
" Aaah, Dimas tengang yaaa..." godaku, maksudku menggoda dalam arti kata lain, sebut saja mengejek. Ah, lupakan soal basa basi konotasi ini.
" Ehehe."
" Leug sia, Dimas dipecat dari osis. Hahaha." Tambahku lagi.
" Ai Azkaaa..." Lisa menimpal.
" Heuheu."
" Ai paketu teh nungguin apa?" Tanya Rara.
" Nungguin kalian pulang..." jawabnya
" Oooh, dikirain teh apa."
" Kita mah nanti pulangnya." Aku berkata.
" Oh, ya udah duluan ya, hati hati kalian pulangnya." Ia melambaikan tanganya dan beranjak.
" Iyaa, hati hati jugaaa." Teriakku.

" Ka, ai maneh nunggu apa?" Tanya Rara.
" Emm, heu euh bener. Cabut green house yaa." Aku segera bangkit.

Caller ID
[Mama]

Umm, not now green house.
" Ga jadi deh kayanya, daaah gue pulang dulu. Hati hati, itu kalian kelas 7 kalau udah dijemput cepet pulang. Lis, Ra duluan." Aku lalu berlari keluar.

" Iyaa, Mah. Ini lagi jalan."

IntervalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang