Berubah

85 7 1
                                    

9 Oktober 2015
4.45 PM

Seingatku ini minggu ketiga sejak aku naik pangkat jadi ketua eskul. Mau tau rasanya? Ga enak. Tadi pagi baru aja aku marah marah sama anakku tercintah (anggota eskul). Biar kalian tau yaa, hari rabu tuhkan yaa aku bawa laptop, kamera dan kamus, kebayang kan beratnya. Sore dua hari yang lalu setelah eskul selesai seorang adik bernama Idan atau aku suka panggil Gajah Sumatera dengan cerobohnya meninggalkan kameranya. Aku? Marah. Dengan berat hati dan berat punggung kubawalah kamera itu ke rumah menginap dua malam kalau aku tidak salah. Punggung rasanya remuk. Tepar. Denga. Sisa tenaga akupun merancang sebuah script khotbah buat si gajah. Dan tadi aku sukses berceramah dengan wajah flat.
' Iidan (sayangggg) kamu taukan, kamera itu mahal. Jadi jangan sampe ilang!!! Kasian orang tua kamuuu.!"

Betapa bahagianya jadi Dimas, masalah selama ia jadi ketua cuma aku. Ya, aku usil, males, dan suka menginterupsi. *lambaikan pada kamera sendiri* Masalah baru muncul sekali, nanti bisa berkali kali, kaga kuaat kayanya.

Lupakan soal keluh kesahku. Jemariku sedang asik menari di atas keyboard dan menghasilkan sebuah musik akustik favoritku. Aku mulai menulis sejak pulang sekolah tadi siang dan sekarang aku masih menulis. Hitung saja sudah berapa waktu berharga yang aku habiskan hanya untuk mengupdate sebuah part di wattpad padahal aku bisa mengerjakan tugas untuk minggu depan. Gak terlalu lama sih sebenernya, aku termasuk orang yang mudah goyah konsentrasinya. Apalagi kalau grup lagi rame atau ada yang ngajak chat, beuuuh nulisnya bisa bisa cuma 45 menit chatnya tiga jam. Hahaha. Tapi jarang kurasa yang seperti itu, percakapan biasanya hanya berlangsung tak lebih dari dua jam. Seandainya aku melebihi itu mamaku akan berteriak " Kaka! Itu hapenya mamah sita looh! Udah dua jam inget kata dokter jangan lama lamaaa! Matanya tambah rusak looh! Bla bla bla..."

Layar putih muncul lagi, halaman baru minta di isi. Aku terus berpikir tentang apa? Siapa? Bagaimana? Mengapa?
Tapi yang muncul hanyalah kelebatan hari itu. Apa yang ingin dia katakan? Mengapa ia tak mengulangi perkataanya? Bagaimana aku bisa melewatkan hal itu? Atauuu, hanya aku saja yang berpikir terlalu jauh? Apa hanya aku yang geer?
Ahh menyebalkan. Aku benci peduli padamu. Kuharap aku bisa berhenti suka padamu. Huh!

'LINE!' smartphoneku berseru di samping keyboard sambil bergetar. Layarnya menampakkan secuil pesan yang masuk.

Gusti : Kaaa

Kutak mengubrisnya. Fokus. Fokus. Fokus. Fokus. Fokus. Jangan goyah. Fokus. Ayoo, dikit lagi beres. Fokus.

Gusti : Kaaa

Pesan itu masih ada di layar smartphoneku. Aku menatapnya. Lalu mendesis, Foookusss sedikit lagiiii, oke aku menyerah.
Ku buka pesan itu.

Azka : Apa

G: Dimaniww
A: Di imah
A: Napah?

Sekedar info aku benci basa basi Di mana? Lagi apa? Udah makan?
Sumpah basi banget. Entah basi entah trauma. Hanya saja aku bukan orang yang kau mau ajak berbasa basi, percaya tolonglah.

G: Nanyaa sajaa
A: Ohok

Sudah mengerti kenapakan. Kalau mau ajak aku berbasa basi jangan di sosmed, di real life saja. Basa basi di sosmed itu wasting time, to the point aja apa susahnya. Setauku ada beberapa jenis alasan kenapa cowo basa basi dulu, 1) yang paling sering, dia mau PDKT; 2) mau nanya peer, kisi kisi ulangan, minta id line gebetannya, dan hal hal yang hanya bisa ditanyakan lewat cewe; 3) sebenernya ga ada yang ketiga, cuma ini aku nambahin aja biar keren, cowo itu punya gangguan jiwa,such as attention seeker, playboy, tukang baperin dan hal hal lain yang cewe benci dari cowo.

G: Ga ngerjain pr kauu?
A: Ga, besok aja
G: Pr apaa emang?
A: Ipa sama ips

Naahkan, benerkan? Nomor dua. Nanyain tugas. Ini bakal jadi yang kedua kalinya. Beberapa hari yang lalu dia juga sempet minta bantuin bikin tugas, hanya saja kebetulan aku sedang datang bulan -ga nyambung. Yaa, tahulah. Aku jadi orang yang benar benar malas kalau sedang begitu. Seharian bisa bisa aku hanya tertidur di kamar, syukur syukur bisa update wattpad. Lagi pula waktu itu sudah hampir larut malam, dan baru saja aku mematikan komputer.

Aku menggeliat, membetulkan posisi duduk dan kembali menatap malas layar komputer.

G: Ipa yang manaaa

Haruskah aku abaikan? Iya, abaikan saja ayooo fokus, fokus, fokus.

Tring... kalau kalian bisa bikin dia jadi lebih baik, kalian hebat, tapi kalau malah jadi nakal cileupeung sia'
Tiba tiba saja wejangan dari wali kelasku lewat ke telinga. LED smartphoneku masih mengerjap ngerjap. Oke, baiklah hari ini sajaaaa. Dan tiba tiba geledek itu menyambar di depan pintu kamarku " Kaaa, belajar. Inget mamah udah nyiapin uang buat kuliah kamu ke kedokteran." -_-
This is your time, Gus. Ah, belajar. Mending chat. Pfft.

A: Yg di kertas
A: Yg baru
G: Ooh, yang itu mah aku juga belum
G: Besok aja ah, biar bareng sama kamu
A: V: (har har)

Tuuuhkan bener, pasti mau minta jawaban.
Sejam kurang lebih aku habiskan untuk membahas tugas sekolah, padahal bukan waktunya. Buang buang waktu tidur sore saja. Aku punya empat fase tidur, tidur malam, tidur siang, tidur pagi dan sore. Keempatnya diurutkan menurut prioritasnya.

6.25 PM

G: Beski mau ke maniw
A: Ga tau
A: Paling di imah main komputer

Sekarang layar komputerku tak lagi putih polos, belasan paragraf sudah tersusun rapih.

Dissociative Identity Disorder
By Wikipedia

Bacaan ringan di waktu magrib, hahaha. Terserahlah aku menyukainya.

G: Sendiri aja di rumah? Wkwkwk
A: Ga, sama keluarga
G: Hahaha

Apapun itu arti dibalik 'hahaha' nya aku harus hati hati ketika membahas keluarga dengannya. Aaaah, Azka kau sudah berlagak macam psikiater saja.

G: Keluarga kamu gak ke mana mana gituuu?
A: Jarang
A: Paling keluar sore nyari makan
G: Gak akan ngajak anaknya ke manaa gituu?

Ke mana bang? Traffic iz suck, mate. Enak duduk di kursi menatap layar. Fuuh, bahagia.

G: Aku pengenn

Pengan apalagi dia? Mejeng di yutub? Hahaha. Aku selesai dengan artikel tadi. Semoga ada yang lebih menarik.

Related post :
● Sigmund Freud
● Psych
● Psychological
● Other, personality disorder

G: Pengen betah di rumah gimana yaa caranya ahaha

Krik. Ga mutu. Sumpah. Masih nomor dua.
Aku akhirnya rela rela saja menjawabnya. Ya mau gimana lagi. Percakapan terus berlangsung. Ia menceritakan keinginannya masuk ITB lalu sukses dan kebiasaannya main keluar.

7.45 PM

Kumatikan smartphoneku, komputerku dan kembali ke kehidupan nyata. Kuharap yang tadi tidak pernah terjadi. Tentang Dimas kurasa waktunya pergi. Sebuah note aku tulis untuk jadi panduan menulis.

Move k?

IntervalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang