Jam Tangan

106 7 0
                                    

7 Hari Setelah
23 September 2015

Aku keluar dari kelas fotografi dengan gontai. Sebenarnya eskul belum berakhir, namun aku lebih memilih untuk meminta izin meninggalkan kelas lebih dulu. Dia menghilang sejak minggu lalu, aku sekarang malah mempertanyakan kehadiranku di kelas favoritku itu.
Di pendopo aku duduk bersandar pada tiang penopang. Beberapa temanku ada di sana. Azuki, Fania, Dita dan kurasa aku tidak mengingat sisanya. Mereka memilih untuk menonton Kingsman dan aku bermain dengan smartphone.
Jauh di dalam sini, walau sedari tadi aku tertawa dan tersenyum hatiku masih menginginkan dirinya ada di sana, hadir bersamaku di kelas itu. Melihatnya ada di sana, masih berbicara, masih bernafas dan hidup, rasanya cukup tapi ketika aku tak berhasil melihatnya -hampa.

Aku masih fokus pada layarku, menenangkan hati yang diserbu badai ketika Serra dan Icha datang menghampiri.

" Ka, Azka." Panggil Icha.
" Hah?! Kaget." Aku sedikit berteriak ketika ia memanggilku, serius.
" Ga eskul?" Tanyanya.
" Hah, kaga males, hehe." Hambar.
" Nih, si gustay ketinggalan jamnya di kelas." Serra memberikan sebuah jam tangan Swiss usang.
" Hah? Yang siapa? Kenapa aku?" Aku masih belum fokus, yaa aneh.
" Yang Gusti, Azkaaa. Ketingalan di kelas. Tadi aku yang nemuin pas pikeet..." ia memberikan penekanan pada setiap kata, agar aku mengerti mungkin. Hahaha.
" Oooh gitu. Kenapa aku?"
" Ya udah bawa weh, kamu kan bendahara." Jelas Icha.
" Ahh, ya ya. Oke. Kenapa?"
" Udah bawa aja." Serunya.
" Hah?! Iiih, gilaa." Terlambat, mereka sudah berlalu. Tangan kananku masih menggenggam jam itu. Oke, jam jangan buat masalah seperti yang pemilikmu sering lakukan, ya? Baguslah. Ngomong ngomong ini pemberian siapa yaa? Aku menatap jam itu lekat lekat. Jaaam, ayolah jawab. Hmmm, ah ya pastinya bukan orang itu, yakan?
Azkaaa ya ampun, kau bahkan berbicara dengan jam.

" Jam siapa?" Tanya Rara, ah yaa dia ada di sini, dia mangkir kelas fotografi hari ini.
" Paling ge si Gusti." Mei membalas.
" Ciklah liat, asli jigana mah euy. Hahaha." Seru Azuki.
" Waah, lumayan tuh, Ka, jual aja maratus rebu mah dapet... hahaha." Dita cepat cepat menambahi.
" Ahh, mun geus dijual traktir traktir..." Fania berseru.
" Hahaha..." kami semua tertawa, rasanya badai itu sudah pergi. Terimakasih jam tangan :)

Aku segera memberi tahu si pemilik jam tangan. Ia segera merespon, yaa kurasa ia sedang tidak sibuk tapi kenapa jamnya bisa tertinggal begitu saja.
Nitip iih, begitu katanya.

Dan semuanya berawal dari jam tangan usang itu. Sialan

IntervalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang