"Maaf Baekhyun hyung, mungkin sampai sini saja" Ujarku membentuk ekspresi sesedih-sedihnya. Lelaki mungil di depanku menundukkan kepalanya.
"Apa aku kurang baik untukmu, Sehun-ah?! JAWAB AKU!" Baekhyun berteriak membuat murid-murid di sekitar menengok ke arah dua sejoli yang sudah di ujung tanduk itu. Air matanya menetes dari pelupuk matanya.
Sehun yang menatap wajah Baekhyun merasa hatinya seperti tersayat. Ia menegak ludahnya kasar lalu segera mengangguk pelan. Sepatah katapun tidak keluar dari mulutnya setelah itu. Baekhyun adalah hidupnya, dan dia tak menginginkan kejadian ini terjadi, untuk nyata.
Suasana menjadi hening. Baekhyun menatap tajam ke arah mata Sehun, dan ia sendiri tidak berani menatap lawan bicaranya. Semua manusia yang berada di kelas itu mematung, memusatkan perhatiannya kepada mereka. Setengah dari mereka membelalak tidak percaya, karena pasangan itu sepertinya belum memiliki masalah sebelumya, namun setengah dari mereka merasa senang. Kenapa? Banyak yang menggilai Sehun dan Baekhyun di sekolah ini.
Beberapa menit kemudian adu mulut mereka selesai. Sehun menghela nafas lega setelah Baekhyun memutuskan untuk cepat-cepat mengakhiri percekcokan mereka dan keluar dari kelas. Sebenarnya bukan Sehun saja yang menginginkan berakhirnya sesi-sesi pertengkaran itu. Baekhyun juga, ia tak dapat membentak orang yang masih sangat ia cintai.
*
Pria berambut coklat itu membuka pintu mobilnya pelan. Ia duduk setelah melihat sesosok mungil yang sedari tadi sudah menunggunya di dalam mobil. Sehun lalu menutup pintunya dengan pelan juga.
"Hyung tadi aku tidak bisa,"
"Yak! Kau bahkan tidak menatapku Sehun-ah! Lelaki macam apa kau ini? Kkk~"
"Aku tidak bisa melakukannya, sekalipun itu hanya dibuat-buat" Sehun beralih ke arah lelaki di sampingnya, menatapnya dengan tatapan muram. Lelaki berambut blonde itu tersenyum lalu mengecup bibir Sehun kilat.
"Sehun" Panggilnya mengambil perhatian Sehun sepenuhnya.
"Hm?"
"Aku mencintaimu. Sampai kapanpun itu"
"Hm, aku juga", Sehun berayun ke arah samping, mendekatkan kepalanya kepada sosok di sampingnya, mereka lalu menautkan bibir mereka, saling mencumbu layaknya tidak ada hari esok.