Ziwa's note:
Warning! Part ini panjaaaang banget. Sekitar 2 - 3 kali lipat dari part sebelumnya. So, silahkan siapin cemilan dulu yang banyak yaa (emang mau nonton bioskop? Hihihi)
Ga perlu banyak basa-basi lagi deh, please enjoy~!
Jangan lupa VOTE & COMMENT! ^^
---
4 tahun lalu...
Seorang gadis melangkahkan kakinya dengan cepat. Sepanjang koridor, mulutnya terus-menerus menggerutu. Bu Irna, guru biologinya itu sepertinya menganggap dirinya sebagai pembantu.
"Vella, tolong ambilkan buku nilai saya di kantor."
"Vella, tolong ambilkan botol minum saya."
"Vella, tolong fotokopi soal-soal ini."
Vella, Vella, Vella. Ingin rasanya dia mengganti namanya!
Kakinya otomatis berhenti saat mendengar melodi yang sangat dikenalnya. Sepertinya seseorang sedang memainkan salah satu lagu kesukaannya, Nothing's Gonna Change My Love - George Benson.
Dia segera mengintip ke sebuah jendela kaca kecil yang ada di pintu ruang musik. Hanya ruangan itu yang mempunyai piano. Di dalam ruangan yang penuh dengan alat musik itu, seorang lelaki duduk di hadapan piano putih. Jari-jarinya menari dengan lemah gemulai di atas tuts-tuts hitam dan putih itu, membuat rangkaian melodi yang indah.
Vella tertegun. Lelaki itu tidak hanya memainkan piano. Lelaki itu menuangkan segala perasaannya setiap kali dia menekan tuts-tuts itu. Dia benar-benar menghayati setiap nada yang keluar dari alat musik itu.
Vella bersandar pada pintu kayu yang tertutup rapat itu. Matanya menutup dan dia mulai hanyut dalam rangkaian melodi indah itu. Bibirnya pun akhirnya ikut bernyanyi.
"Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through but
Nothing's gonna change my love for you..."
***
"Tere yang paling baik sama paling cantik di seluruh dunia, mau makan apa hari ini? Aku beliin semua yang kamu mau." Vella tersenyum sangat lebar. Untung saja tidak robek.
Gadis yang dipanggil Tere itu langsung meletakkan tangannya di dahi Vella. "Ngak demam. Wah, mulai tanda-tanda. Harus telepon dulu nih."
"Hah? Telepon siapa?" tanya Vella bingung.
Tere menyeringgai. "Telepon rumah sakit jiwa!"
Sebuah jitakkan sukses mendarat di dahi Tere. Gadis berambut ikal itu meringis kesakitan. "Sori, abis tiba-tiba jadi baik banget sih."
"Yeee... emang selama ini kurang baik apa lagi coba aku? Udahlah, jadi mau makan apa?"
"Bakso! Sambelnya yang banyak."
![](https://img.wattpad.com/cover/56182200-288-k96774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilationship
RomanceHanya kisah percintaan biasa seorang gadis biasa. Tentang bagaimana ia menghadapi dua orang yang sangat berarti baginya.