Berbagai hiasan bernuansa merah muda dan putih sudah terpampang di mana-mana. Balon-balon berbentuk hati menyambut semua orang yang datang ke SMA Bintang. Ya, akhirnya tibalah Love Story Festival yang paling ditunggu-tunggu.
Panggung sudah berdiri dengan kokoh di lapangan sekolah. Murid-murid yang tidak mengikuti lomba atau yang tidak akan tampil sudah duduk dengan manis di kursi-kursi yang disiapkan di depan panggung. Sedangkan yang akan naik ke panggung besar itu sedang bersiap-siap di kelas masing-masing. Ada yang sedang menghapal cerita untuk story telling, ada yang sedang latihan nyanyi, latihan nari, dan lainnya. Yang pasti semua orang sedang sibuk. Termasuk Raka dan Reynaldo. Mereka sangat sibuk dengan ponsel mereka. Mereka sibuk menghubungi Vella yang belum juga datang.
"Ga bisa juga?" tanya Raka setelah Reynaldo menurunkan ponsel dari telinganya.
Reynaldo menggeleng dan menjawab dengan lemas, "Ga bisa. Ke mana sih Vella?"
Mereka berdua pun sama-sama diam. Sibuk memutar otak masing-masing.
Gisella yang melihat kejadian itu pun tersenyum lebar. Dia yakin sekali kalau Vella tidak akan datang karena takut kalah dalam taruhan mereka. Mana mungkin orang buta nada mengalahkan dia yang selalu dipuji karena suara indahnya?
Festival akhirnya dimulai. Pertama-tama, ada pidato singkat dari Pak Tirta, kepala sekolah SMA Bintang. Lalu, dilanjutkan dengan penampilan dari klub dance yang berkolaborasi dengan klub beatbox.
Dan tibalah waktunya lomba menyanyi. Reynaldo menatap ponselnya yang tak kunjung berdering. Vel, ke mana sih? batinnya panik. Raka dan Vella dapat nomor urut 2, karena itu dia benar-benar panik.
Raka yang baru keluar dari kamar mandi langsung menarik perhatian semua orang yang berada di sekitarnya. Lelaki jangkung itu semakin tampan dengan tuxedo putih yang melekat di tubuhnya.
"Wow, Ka! Keren banget!"
"Raka, foto bareng yuk!"
"Aih kayak pangeran si Raka!"
Dan masih banyak lagi. Raka hanya menanggapi semuanya dengan senyum atau tawa kecil sebagai sopan santun. Ya, sebenarnya dia khawatir. Bagaimana jika gadis yang selama 2 minggu latihan bersamanya itu tak datang?
Reynaldo dan Raka pun kemudian berusaha untuk tetap tenang dan memutuskan untuk menunggu di belakang panggung.
"Peserta pertama, Dea dan Rizki dari 12C!" seru MC di atas panggung.
Raka menoleh ke arah Reynaldo. "Rey, pinjem hp."
Reynaldo memberikan ponselnya pada Raka. Raka mencari nama Vella di daftar kontak Reynaldo dan menekan tulisan 'call'. Benda berbentuk persegi panjang itu pun diletakkan di telinganya.
Setelah beberapa detik, terdengar suara wanita dari ujung sana. "Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif."
Raka mendesah keras dan mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya.
"Masih ga bisa dihubungi ya?" tanya Reynaldo walaupun dia sudah tahu jawabannya.
Tepuk tangan pun terdengar. Ternyata peserta pertama sudah selesai. Raka lagi-lagi menghela napas dengan berat. Ini waktunya untuk tampil.
Si MC berlari kecil ke atas panggung. "Gimana? Penampilan Dea dan Rizki begitu memukau ya? Nah, sekarang peserta nomor dua, Vella dan Raka dari 10A!"
Reynaldo menepuk bahu Raka. Tanda dia meminta maaf karena tidak bisa membantu apapun lagi. Raka menarik napas dalam-dalam dan menaiki panggung dengan langkah mantap. Kalau gadis itu tidak datang, dia akan bermain sendiri. Walaupun pasti akan didiskualifikasi, setidaknya usahanya selama ini tidak akan sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilationship
RomanceHanya kisah percintaan biasa seorang gadis biasa. Tentang bagaimana ia menghadapi dua orang yang sangat berarti baginya.