Singing? No Way!

75 8 0
                                    

SMA Bintang terlihat begitu sibuk hari ini. Tapi tunggu, bukan sibuk belajar tentunya. Dua minggu lagi, SMA Bintang akan mengadakan festival. Festival itu berisi lomba-lomba antar kelas, penampilan-penampilan dari klub-klub di sekolah, dan masih banyak lagi. Acara tahunan ini juga meliputi kegiatan menghias kelas. Yang kelasnya paling bagus dan menarik, itulah yang menang. Hadiah yang diberikan pada pemenang lomba juga tidak tanggung-tanggung, uang tunai jutaan rupiah! Karena itulah murid-murid SMA Bintang begitu bersemangat.

Selama 2 minggu ini juga, pelajaran akan dibinasakan. Murid bebas melukan apapun yang berhubungan dengan festival, seperti menghias kelas dan latihan untuk lomba.

"Dari yang kuliat di poster, buat tahun ini, ada lomba nari, nyanyi, menggambar, musikalisasi puisi, band, sama story telling. Jadi, siapa aja yang mau ikut?" tanya Gio, ketua kelas 10A.

Teman-teman sekelasnya langsung riuh.

"Kamu mau ikut yang mana?"

"Ah, aku pengen nari ah."

"Ya elah, ga bisa ikut yang mana pun nih. Ga ada lomba futsal gitu?"

Gio mengangkat tangan kanannya, meminta waktu untuk bicara. "Mulai dari story telling. Ada yang mau ikut? Satu kelas satu perwakilan."

Hana, gadis yang duduk di paling belakang kelas itu akhirnya terpilih untuk lomba story telling. Dia yang mengajukan dirinya sendiri. Vella sangat setuju kalau Hana mengikuti lomba itu. Bahasa Inggrisnya paling bagus diantara murid kelas 10A.

"Sekarang, siapa yang mau ikut nyanyi? Syaratnya itu satu orang nyanyi, satu lagi main musik," jelas Gio. Dia memandang seisi kelas untuk melihat siapa yang berminat.

"Raka harus ikut tuh! Kalo ada Raka, kita pasti menang!"

"Iya bener banget!"

"Gisella juga! Suaranya kan bagus banget."

"Wah, kelas kita bakalan menang nih gara-gara mereka berdua."

Gio kembali mengangkat tangan kanannya, membuat kelas yang sudah seperti pasar itu langsung diam. Itulah kehebatan Gio.

Lelaki atletis itu berdeham. "Raka sama Gisella mau ga? Raka kan bisa main alat musik apa pun dan selalu bagus, Gisella kan suaranya bagus banget. Kita pasti menang kalo kalian berdua ikut lomba nyanyi."

Sebuah gambaran terlukis di benaknya. Raka dan Gisella berada di atas panggung, berdua. Rasa iri langsung menyergapnya. Vella melirik ke arah Raka yang sepertinya sedang berpikir.

Raka menghela napas. "Sorry, tapi boleh ga kalo penyanyinya diganti?"

Gio menaikkan sebelah alisnya. Bingung dengan ucapan Raka. Begitu pun dengan murid lainnya. Mereka berdua sudah paling bagus, kenapa ingin diganti?

"Maksudmu?" tanya Gio, mewakili murid-murid sekelas.

"Gimana kalo Gisella ikut di band aja, soalnya aku mau duet sama orang lain," jelas Raka.

"Siapa?" tanya Gio.

Vella tersentak saat tiba-tiba Raka menunjuknya dan menoleh ke arahnya.

"Sama Vella."

Serempak, satu kelas mengatakan hal yang sama. "HAH?"

"T-tunggu, aku?" tanya Vella sambil menunjuk dirinya. "Kenapa aku?"

"Karena kamu bisa nyanyi," jawab lelaki itu singkat.

"Ka, dia ga bisa nyanyi. Suaranya jelek banget. Salah orang kali," sahut Reynaldo.

Refleks, Vella memberikan tatapan tajam pada lelaku berkacamata itu. "Makasih banget lho pujiannya."

Reynaldo terkekeh. "Bercada, Vel."

Vella baru sadar kalau dia akhirnya bisa berbicara normal pada Reynaldo seperti dulu. Dia senang, tapi rasa kagetnya lebih besar dari rasa senangnya.

Dia kembali menoleh ke arah Raka dan mencoba menjelaskan, "Gini ya, walaupun sakit sih, tapi Rey bener. Aku ga bisa nyanyi."

Raka menatapnya untuk beberapa detik, lalu kembali memandang ke arah Gio dan berkata, "Udah tulis nama Vella kan?"

TrilationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang