"Lho, pada ke mana?" tanya Vella pada ruang kelasnya yang kosong itu. Seharusnya ada tiga orang lagi yang bertugas membersihkan kelas hari ini, tapi entah hilang kemana mereka semua.
Vella berdecak kesal. Dia akhirnya memutuskan untuk bekerja sendiri daripada dia harus dimarahi oleh wali kelasnya yang cerewet itu. Dia pun menggerakkan sapu yang ada di tangannya. Banyak harta karun yang dia temukan di setiap meja. Ada pulpen tanpa tutup, buku tanpa sampul, botol bekas, bahkan ponsel! Dia mencoba menyalakan ponsel itu untuk mencari tahu pemiliknya. Sayangnya, ponsel itu dilengkapi kata sandi. Akhirnya dia memutuskan untuk memutuskan untuk menaruh benda itu di mejanya dulu.
Setelah menyapu, dia berjalan ke meja guru dan mengambil penghapus papan tulis. Berkali-kali dia melompat agar bisa mencapai tulisan yang ada di puncak papan tulis. Maklum, tubuhnya tidak terlalu tinggi, alias pendek.
"Ya elah, pake kursi aja lah!" Vella mengambil kursi yang terdekat dengannya dan naik ke atasnya. Tentu setelah melepas sepatunya. Setelah melakukan itu, dia dengan mudah menghapus segala macam coretan di papan tulis. "Harusnya dari tadi aku pake kursi," gerutunya.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Vella mengerjapkan matanya begitu melihat siapa yang masuk. Itu Raka!
"Ada hp ketinggalan ga?" tanya lelaki itu singkat.
Vella mengangguk dengan cepat. "Ada. Itu di atas mejaku," jawabnya sambil menunjuk ke mejanya. Walau dia tahu kalau Raka pasti tahu tempat duduknya. Toh, mereka kan duduk bersebelahan.
Vella menggigit bibir bawahnya agar tidak dia tidak tersenyum lebar melihat Raka yang sedang mengambil benda berbentuk persegi panjang itu.
Setelah memasukkan ponsel itu ke dalam kantong celananya, Raka memandangi gadis di depannya yang sedang berdiri di atas kursi. "Lagi apa?"
Tidak ada jawaban.
Raka berjalan mendekat dan mengulangi pertanyaannya. "Lagi apa?"
Masih tidak ada jawaban. Gadis di depannya itu hanya memandanginya. Seperti patung.
Raka menggoyang-goyangkan sebelah tangannya tepat di depan wajah Vella. "Vella?"
Setelah mendengar namanya disebut, dia langsung tersadar dari shock-nya. Ya, sejak tadi dia shock karena ini pertama kalinya Raka bicara padanya. Dan sekarang, lelaki itu menyebut namanya? Astaga, mimpi apa dia semalam!
"Eh itu... lagi hapus papan tulis," ucapnya agak salah tingkah.
"Turun," kata Raka dengan wajah datar.
Vella menaikkan sebelah alisnya. Tepat saat itu, dia tidak sengaja melirik kursi yang sedang dia injak itu. Tunggu, ini... kursi Raka! Mati deh! Dia langsung melompat turun. "S-sorry." Hanya satu kata itu yang bisa meluncur keluar dari mulutnya.
Raka berjalan mendekat. Vella lansung menutup matanya erat-erat. Apakah lelaki itu akan memarahinya?
Satu detik, dua detik, tiga detik... tidak ada yang terjadi. Dengan hati-hati dia membuka matanya. Tidak ada Raka di hadapannya. Dia memutar tubuhnya dan mendapati Raka yang sedang menghapus papan tulis. Kursi yang tadi dia injak tidak digunakan lagi oleh Raka. Lelaki itu bisa dengan mudah mencapai puncak papan tulis tanpa bantuan kursi.
Vella mendekati lelaki bertubuh jangkung itu. Bukan untuk modus, ya. "Aku aja yang kerjain. Kan hari ini aku yang piket."
Tangan Raka berhenti bergerak. "Jangan naik-naik ke kursi. Bahaya," ucap lelaki itu tanpa mengalihkan padangannya dari papan tulis. Kemudian, Raka melanjutkan kegiatannya lagi tanpa mengetahui efek apa yang ditimbulkannya pada gadis yang berdiri di sampingnya.
Ucapan Raka itu tentu langsung membuat wajah Vella memanas. Vella jadi mengerti kenapa lelaki itu menyuruhnya turun. Bukan karena takut kursinya kotor, tapi karena itu berbahaya. Tanpa sadar sebuah senyuman terlukis di wajah Vella.
Coba aja waktu bisa berenti sekarang! batin Vella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trilationship
RomanceHanya kisah percintaan biasa seorang gadis biasa. Tentang bagaimana ia menghadapi dua orang yang sangat berarti baginya.