Suka sama cewek tapi gak berani ngomong? Alhasil ceweknya diembat cowok lain. Itulah yang gue rasain semasa SMK dulu. Gue suka banget sama tuh cewek bukan karena dia kaya, cantik, pintar atau apalah. Tapi karena cuma dia satu-satunya cewek yang gak pernah mau negur gue di sekolah dan gak suka sama gue. Pernah gue sekali kenalan dengannya, eh bukannya dapat tahu namanya, gue malah digampar. Gue juga pernah pengen jabat tangan dengan dia, dan gue dilempar es krim. Galak. Sementara semua teman doi tuh menggilai gue. Waktu SMK gue jadi idola para wanita, secara waktu itu wajah gue imut-imut, nah sekarang malah mirip dedemit.
Usai sekolah gue udah gak pernah lagi mendengar khabar doi. Gue pisah dengan doi tanpa pernah mengenalnya dan tahu kepribadiannya. Gue hampa. Gue kehilangan doi yang menjadi cinta pertama gue disekolah dulu. Gue cuma bisa mengenangnya, kenangan indah di SMK dulu. Tentang cinta kelapa gue. Gue cinta dan doi biasa ajah. Dan yang gue dengar dia udah kuliah di Bandung, kota kembang, daerah yang pantas untuk orang sepertinya. Sementara daerah yang pantas buat gue cuma hutan belantara.
Setelah selesai kuliah dari Bandung, gue juga dapat informasi doi kerja di Batam. Dari situ, gue udah lost contact sama semua yang berhubungan dengan dia, gue pasrah, soalnya doi jauh banget. Satu-satunya yang gue punya cuma profile Facebooknya. Kalau gue kangen, gue lihatin foto dia (dengan pacarnya) yang mana bikin gue ngenes dan gigit-gigit kolor bekas gue sambil meraung-raung. Gue lupain semua cinta kelapa di SMK dulu.
Hingga pada suatu waktu kami dipertemukan.
****
Lisa, seorang cewek semok dan berwajah manis, semanis hatinya. Lisa dan gue emang udah digariskan menjadi sepasang kekasih. Pertemuan kami terjadi secara tiba-tiba. Saat itu Lisa baru pulang dari Batam setelah merantau sekian lama. Lisa mempromosikan kedatangannya ke kota Medan di Facebook. Gue yang saat itu galau (lagi) mencoba mencari pelabuhan hati yang baru, gue ngelihat statusnya Lisa. Tanpa bermaksud untuk sok kompak dengan doi, gue komen statusnya.
"Apa khabar kamu..." seru gue di statusnya.
"Ada apa Dhea? kangen ya sama Lisa?" balasnya di status.
Tentunya dengan balasan seperti itu bisa membuat 'mati' seorang cowok. Gue yang saat itu sedang 'mati' rasa menanggapinya biasa ajah (awalnya). Dan tidak ada yang tahu antara gue dan dia kapan pertama kali untuk menjalani hubungan.
Gue kurus. Lisa gemuk. Kalau kita berdua jalan gandengan tangan maka terbentuklah nominal angka sepuluh (10). Dimana pemeran angka satunya adalah gue dan angka nolnya adalah Lisa.
Ketika kita jalan, maka kita selalu menghindari angin . Baik itu angin kencang atau pun angin sepoi-sepoi. Orang yang buang angin gak masuk itungan. Iya, kentut.
Kenapa kita hindari?
Gue kalau kena angin dikit bisa melayang, terbang ntah kemana. Lisa kalau kena angin bisa menggelinding gak tentu arah. Pernah lihat ban Truck lepas kan loe? kira-kira seperti itulah.
Saat kebersamaan itu adalah saat indah diantara kita. Lisa berhasil menyingkirkan mantan gue yang bikin gue galau. Gue dan dia berjanji untuk saling melengkapi satu sama lain. Dan dikemudian hari gue sadar, salah satu diantara kami telah mengingkarinya.
***
Pertemuan gue terakhir kali dengan Lisa disebuah danau didaerah Royal Sumatera Medan. Tempat dimana kami pertama kali pacaran secara resmi. Namun ada yang berbeda dari tempat itu kali ini, dimana pohon-pohon yang tadinya tumbuh rindang sekarang sudah tak lagi berdaun. Setengah dari Danaunya pun sudah ditimbun dengan tanah karena akan dibuat komplek perumahan. Ada satu pohon tempat dimana kami dulu memadu kasih, pohon yang tinggi besar yang menghasilkan udara segar. Ketika kali ini kami duduk dibawahnya, Pohonnya sudah mati, tak lagi menghasilkan udara segar, daun-daunnya berguguran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Skizofrenia
RomanceRea, adalah seorang cowok yang berprofesi sebagai penyanyi keliling. Iya, kayak topeng monyet memang. Tapi itu adalah nama gue dan pekerjaan gue. Gue manusia, bukan monyet. Secara tampang sih gak jauh beda. Jidat gue adalah salah satu objek yang pal...