Gue dari kecil paling takut sama yang namanya transportasi besar, seperti kereta api, pesawat terbang, atau kapal laut. Ketika itu gue berpikir 'semuanya serba besar, kalau tubrukan atau jatuh maka kemungkinan selamat hanya satu persen'. Satu-satunya transportasi yang mungkin bisa gue akalin cuma pesawat terbang, kalau jatuh gue bisa lompat dan tertiup angin laksamana layang-layang, soalnya gue ceking, ketiup angin langsung melambai.Tapi pada akhirnya gue sadar, cepat atau lambat gue harus naikin delman-delmanan from hell tersebut.
Dan semua itu memang terjadi saat gue mendapat khabar bahwa orang tua sobat gue meninggal. Acara pemakamannya dilaksanakan di kota kisaran sumut. Gue dan teman-teman band berencana berangkat pagi ini. Niat hati ingin menumpang mobil vokalis, tapi mereka udah pada pergi duluan barengan.gue telat numpang soalnya gue kelamaan boker di empang. Maklum, semalam gue gak makan nasi... tapi makan kawat, jadinya agak-agak keras gimana gitchuuh...
Gue akhirnya memutuskan untuk naik kereta api ajah. Hal yang belum pernah gue alamin sebelumnya.Semua ini demi teman, jadi terpaksa gue jalanin. Gue udah keburu waktu karena juga hari semakin siang, gue terpaksa naik motor dari rumah menuju stasiun kereta api. sampai di stasiun motor gue parkir dengan cepat lalu gue bergegas beli tiket kereta. Tak membutuhkan waktu lama dan singkat cerita gue sudah ada di dalam kereta jurusan kisaran sumut.
Tak ada satu pun kursi yang tersisa buat gue, hari itu kereta ramai penumpang.gue terpaksa berdiri. waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar dua jam dari medan ke kisaran, jadi gue harus bersabar meskipun ventilasi pantat udah mulai rapat.
Lama menunggu ngebuat gue salting ingin meledakkan dinamit di kereta itu (baca:kentut). Akhirnya di dekat pintu gue ngambil koran buluk. koran bekas yang biasa dipakek kakek-kakek buat ngipas gundulnya. Gue baca koran sambil berdiri, tapi beritanya gak ada yang seru, berita basi semua. 'Korupsi pejabat anu..' atau 'Korupsi pejabat ini..' gue malas baca yang begituan karena itu merupakan hal lumrah di Indonesia jadi bukan sesuatu yang 'Wow' buat gue. Gue balik halamannya, mencoba mencari berita bagus tapi tetep ajah isinya gak jauh beda, 'Selingkuhan pejabat A..', atau 'Artis B mulai bergandengan dengan Sapi'.
Merasa tuh koran gak nyambung sama pikiran gue, gue pun menggulung dan menjepitnya dengan ketiak gue. Kemudian kembali menunggu sambil berdiri.
"Nak..Nak korannya berapaan satu?" seorang bapak-bapak nyamperin gue tiba-tiba dari belakang.
"KAGAK DIJUAL!" teriak gue kesel langsung ngebuat si bapak kabur.
Anjrit gue dikira tukang koran. Langsung gue buang korannya ke bawah, gue injek-injek seperti dia yang sudah menginjek harga diri gue. Kembali gue menunggu sambil berdiri. Kali ini seorang bapak-bapak berdiri tepat di sebelah gue melemparkan senyum manis. Gue menaikkan alis keheranan.
"Kenapa pak senyam-senyum?" tanya gue curiga.
"Sukses nih yee... Dagangannya udah habis" ledek si bapak.
"!@#$%^&*...".
****
Lepas dari semua cacian dan hinaan yang gue dapat di kereta api, singkat kata singkat cerita gue nyampe di stasiun kereta kota kisaran sumut. Gue langsung disambut pelukan rindu sahabat gue. Sebelumnya gue emang udah SMS dia biar jemput di stasiun.
Sobat gue langsung mengajak ke acara pemakaman ibunya.Itu adalah sebuah momen yang pernah gue alami, kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup kita.Sobat gue juga nyesal karena belum pernah membuat ibunya bangga, yang dilakukannya sehari-hari adalah hura-hura.Dan sewaktu ibu nya masih hidup dulu dia gak pernah mendengarkan nasehatnya.Sobat gue juga cerita kepada gue kalau dia ingin berubah, dia ingin lebih berguna untuk dirinya dan keluarganya yang tersisa.
Gue jadi ingat sama ibu gue yang juga udah gak ada.
Hmmm..........
Selesai acara gue pulang sendirian, sementara teman band gue naik mobil si vokalis untuk pulang. Gue sumpahin ban mereka bocor di tengah jalan karena udah nelantarin gue tadi, dasar teman durhaka. Tapi emang dasar gue iblis berkedok tampang Gaston katanyo, doa gue gak di dengar yang diatas. Teman-teman gue malah nyampe duluan, sementara gue mengalami kisah tragis kembali di kereta api, gue habis-habisan di buly penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Skizofrenia
RomanceRea, adalah seorang cowok yang berprofesi sebagai penyanyi keliling. Iya, kayak topeng monyet memang. Tapi itu adalah nama gue dan pekerjaan gue. Gue manusia, bukan monyet. Secara tampang sih gak jauh beda. Jidat gue adalah salah satu objek yang pal...