Obsesi Palsu

53 1 0
                                        

Dulu gue punya band labil. Sekitar dua tahun yang lalu. Gue bergabung dengan band yang super-duper aneh ini hanya sampai manggung sekali, itu juga demi teman gue, si Oki. Gue kenal Oki dari pemain Bass gue di band sebelumnya, Afry. Awal ceritanya gue pengen bikin band rock, tapi gue gak punya stok vokalis seorang roker. Di saat-saat genting hailand Malaysia seperti itu lah, Afry datang dan memberi info kalau dia punya kenalan. Seorang vokalis yang suaranya roker banget, Oki. Tanpa banyak tanya, langsung gue minta nomor hape-nya dan mengajaknya ketemuan. Saat gue ketemuan sama Oki di daerah Setia Budi waktu itu, Oki langsung nyapa gue dengan suara cempreng. Masih mendingan suara kodok berisik ketika hujan melanda di musim kemarau daripada suara Oki. Saat ngedengar suara Oki waktu itu, gue juga teringat ucapan Afry yang bilang kalau Oki suaranya roker. Entah makanan haram macam apa yang bikin suara Oki kayak sekarang.

Oki cerita, katanya dia kursus vokal di dekat rumahnya dari setahun yang lalu sampai sekarang. Setiap dua hari sekali dia belajar menyanyi. Dengan kegiatan selama itu, seharusnya Oki sudah bisa menyaingi Judika dalam hal bernyanyi. Tapi alih-alih suara mirip Judika, Oki yang sekarang ajah bernafas bisa fals. Mungkin dia belajar kepada guru yang salah. Guru playgroup.

lebih parahnya lagi, pas gue berteman sama Oki di Facebook. Biasanya kita akan membuat foto semenarik mungkin untuk menarik lawan jenis. Misalnya Selfie seimut mungkin, foto lagi liburan di luar negeri biar di kira banyak duit, sampai foto dengan gaya fashion se-trend mungkin. Nah kalau Oki beda lagi, dia malah bikin foto profile-nya... gelayutan di pohon. Serius ini beneran. Jadi yang gue lihat waktu itu Oki lagi pake kaos oblong, celana jeans, sepatu brodo, kacamata item, dan jongkok di atas pohon. Saat melihatnya gue sedikit mengernyitkan alis. Dan beberapa foto juga sedikit aneh, seperti dia kayang di atas selokan. Tujuannya apaan gue juga gak ngerti. Gue menilai foto-foto itu adalah buat lelucon ajah. Belakangan gue ketahui dia memang freak.

Dalam band yang mau gue bikin nantinya berisi lima orang personil. Satu vokal, dua gitaris, satu basis, dan satu drummer. Gue sendiri ngambil posisi sebagai salah satu gitaris. Gitaris yang lainnya di gawangi oleh Ari. Yang ngebawa Ari sendiri adalah Oki. Ari ini bertubuh kurus, kulit item, tapi anaknya baik. Ari tinggal di daerah yang cukup jauh dari perkotaan. Jadi kalau kita mau latihan, Ari kudu harus di kabarin dua hari sebelumnya.

Posisi Bass di tempati teman Riki dan Marco pada Drum. Seperti yang kalian ketahui sendiri dalam cerpen-cerpen sebelumnya, Riki dan Marco adalah dua sosok gaib namun kelihatan. Tak mudah untuk mengerti kepribadian ganjil mereka.

Kita latihan dua kali seminggu. Biasanya di hari Sabtu dan Minggu. Karena di hari itu adalah hari yang cukup menyiksa bagi kami, dimana kami harus melihat orang bergandengan tangan dan berpelukan secara liar. Berdasarkan kejadian tak bermoral seperti itu, kami menetapkan Sabtu dan Minggu adalah hari dimana kami harus bermain band biar lupa bahwa kami jomblo. Gitu keluar dari studio tau-tau udah punya anak. Okeh gak logika emang.

Sehabis latihan, kita ngumpul di parkiran. Dan di papan iklan ruang tunggu, kita ngelihat ada brosur ferstival band bernama Wrangler Battle of The Band. Kita pun sepakat buat ngikutin acara lomba itu.

Di saat acara lomba dalam hitungan hari, Oki nelfon gue buat ngasih tahu latihan. Dia lalu bilang kalau suruh kasih kabar sama yang lain. Pertama, gue kasih kabar ke Marco dan Riki buat latihan, dan mereka bisa hadir. Sekarang gue tinggal ngasih tahu Ari.

"Bro, loe bisakan latihan tar malem?" Gue nanya ke Ari dari telfon.

"Aduh Re. Gue kena musibah. Kayaknya gue gak bisa main acara itu." Ari ngejawab parau dari seberang telfon.

"Musibah? Apa Nenek loe mati?" Gue penasaran dan sedikit kecewa.

"Lebih parah sih Re."

"Apa tuh?"

Cinta SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang