Kisah Pilu di Sekolah

61 1 0
                                    

Dar... dar... dar... (suara kaca jendela digedor)

Gue yang sedang mimpi indah kebangun kaget, dan langsung ngibrit ngambil sapu ke dapur. Mungkinkah itu maling? Jam satu malam ada yang gedor-gedor rumah gue. Tapi andaikan itu maling gak mungkin juga dia mukul-mukul jendela. Ah, gapapa. Untuk jaga-jaga gue bawa sapu. Jikalau ntar itu maling, yang bisa gue lakukan cuma membersihkan mukanya dengan sapu, lalu sang maling bersin kemudian lari hingga jatoh ngecium lantai.

Gue buka pintu rumah. Ada seseorang tapi mukanya gak jelas, entah karena gue gak pakai kacamata atau memang karena muka orang itu masih sketsa, gue gak paham. Yang jelas dia orang yang gak gue kenal. Gue siap-siap mukul dia.

"EH JANGAN... JANGAN. INI GUE MARCO!"

Sepertinya gue kenal suara itu. Gue gak jadi mukul dia. Gue ngusap-ngusap mata gue. Ternyata yang hampir jadi korban keganasan sapu pantai selatan gue adalah si Marco, teman band gue. Dia menarik nafas lega karena berhasil lolos dari kekejian serangan sapu menembus sukma.

"Kampret. Elo? Ahh. Gue kirain maling. Makanya bersuara dong." Gue kesel.

"Tadinya gue mau nakut-nakutin elo. Tapi elo bawa-bawa senjata gak dikenal, yah gue kaget." Katanya menyesal.

"Yeee... Hampir ajah." Gue sewot, "eh tapi tampang elo cocok juga loh jadi maling." Gue menambahi.

"YOU'RE VERY-VERY KAMPRET MAN! Ahh... Minggir." Si stundman maling kesel.

Marco nyelonong masuk ke kamar gue yang di ikuti gue dengan langkah gontai.

"Gue tadi nelfon elo. Tapi hape lo mati." Marco ngidupin sebatang rokok dan duduk di kasur gue.

"Cape banget bro. Lagian gue juga lagi gak enak badan. Males keluar." Gue ngerabahin badan di kasur sambil meluk guling.

"Dasar Kebo." Malingnya sewot, "bro, tadi gue ketemu Victor di café. Makin gendut ajah tuh sapi perah. Haha."

Gue berbalik badan. Kemudian bangun dan duduk disamping maling... ehm, maksudnya Marco, "Ha? Beneran loh? Makin gendut? Wuih, pasti sebagian makanan dia hak anak-anak yang tidak mampu." gue ngerokok.

"Haha! Rese loe." Marco ketawa girang, "Lucu gue kalau ingat-ingat dia."

"Iya bro, ingat masa SMA kita dulu gak sama dia?" gue nanya Marco sambil ketawa kecil.

Gue dan Marco tatap-tatapan. Hening lima menit.

"HAHAHAHAHAHA." Suasana kamar gue pecah oleh tawa kami berdua.

****

SMA adalah masa-masa yang paling indah dalam bersekolah. Tapi tidak bagi teman gue yang namanya Victor. Ini bukan singkatan dari Viciran koTor = Victor. Ini cerita tentang teman SMA gue. Bagi dia, SMA adalah masa-masa yang paling memalukan dalam hidupnya. Bahkan kalau disuruh memilih, dia lebih milih hidup di jaman Firaun masih main ukulele daripada SMA bareng gue dan Marco. Teman gue yang satu ini habis masa mudanya oleh kejahilan kita berdua. Victor tercipta dengan badan yang besar seperti Gajah Amazon, jadi jika dia lapar dianjurkan untuk tidak mengganggunya. Salah-salah, kalian bisa jadi korban keganasannya. Rambutnya pun ikal sama seperti gue. Anaknya rada picik dan suka ngibulin kita berdua kalau lagi kita berdayakan untuk jadi babu dadakan.

Zaman SMA gue adalah sekitar tahun 1998. Ya, pada waktu itu dandanan ala rapper masih trend. Seperti celana gombrang (celana yang besar-besar) dan kaos yang kegedean masih jadi daya tarik. Sekarang kalau loe pakek yang begituan di mall, pasti dikira sales Viagra yang kehilangan jati diri. Belum lagi di sekolah gue dulu ada yang namanya 'pulpen narkoba'. Iya, pulpen yang ada gantungannya buat di leher, trus wanginya kayak wangi permen. Konon siapapun yang menghirupnya akan terkontaminasi dengan narkotika pelipur jamban sekolah. Konyol memang. Tapi itulah SMA gue. Saat itu HAM belum ditemukan ,dan Candi Borobudur belum masuk kategori tujuh keajaiban dunia. Saat itu lelaki keren berambut cepak, merokok di depan guru, guling-guling di meja kelas, tawuran dengan sekolah lain demi menjaga nama baik sekolah sendiri. Gak kayak sekarang, pelajar sudah banyak dipengaruhi budaya boyband. Yang keren bagi pelajar masa kini adalah mereka yang berbanding tipis dengan waria, pakek bedak, bajunya ketat-ketat, dan berbehel. Saat jaman SMA gue, lelaki keren adalah lelaki yang... punya motor.

Cinta SkizofreniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang