Our First Story, Part2

12.8K 508 8
                                    

"Tadaima~" sapa Naruto saat memasuki Apartemen mewah miliknya.

"Tadaima~" merasa heran dengan suasana sepi ia mencoba menyapa lagi karena tak mendengar suara balasan.

"Tada—..."

"Okaeri..."

Naruto langsung terdiam mendengar suara teriakan tersebut.

Hah~

Melepas sepatunya dan meletakan tasnya di dekat sofa serta menaruh Smartphone nya diatas meja makan, lalu berjalan memasuki kamar, kini dapat dilihatnya seorang gadis cantik yang sedang mengembungkan pipi sedang duduk dikamar sambil mengotak-ngatik remot tv mencari siaran.

Naruto berjalan mendekat, sambil menahan kikikannya melihat wajah imut gadisnya itu.

Grep~

Naruto memeluk pundak gadisnya dengan erat.
"Jangan cemberut entar jelek loh" bisik Naruto di telinga Hinata.

"Mou, Naruto-kun siapa juga yang cemberut" ucap Hinata menatap langsung mata safir suaminya ini.

Suami?

Yah, Naruto adalah suami Hinata.
Mereka adalah pasangan suami istri, terhitung sejak hampir 4 bulan kurang, lebih ini.

Dijodohkankah?

Bisa dibilang iya, bisa jadi tidak karena tak sepenuhnya juga mereka menikah bukan hanya karena dijodohkan, melainkan lebih tepatnya atas permintaan konyol Nenek Naruto.
Tapi jangan salah sangka mereka sama sekali tidak keberatan disuruh menikah, karena pada dasarnya Naruto dan Hinata memang saling mencintai satu sama lain.

Bermula dari teman masa kecil, sahabatan hingga masuk fase saling menganggap sebagai kakak dan adik serta pernah mengalami masa canggung dan jarang bertemu saat mereka memiliki pasangan masing-masing.
Ya intinya semua fase sudah mereka jalani, maksudnya sih artinya mereka sudah mengenal satu sama lain dengan baik.
Namun pada masa renggang itulah mereka mulai menyadari rasa nyaman yang mereka rasakan selama ini telah berubah menjadi cinta dan takut kehilangan antara satu sama lain.
Co cweet! Hehe..

Cup~

Naruto mencium bibir Hinata cepat, menempelkan keningnya dengan kening sang gadis.

Gadis?

Tentu saja Hinata masih gadis pada dasarnya mereka berdua belum pernah melakukan itu,karena takut Hinata hamil sebelum tamat sekolah.
Eh bukan karena itu juga sih, tapi karena janji yang telah Naruto setujui dan ucapkan dan ditanda tangani didepan keluarga mereka berdua.

Yah~ walaupun terkadang mereka sering hampir kelepasan.
"Jangan marah lagi ya" Ucap Naruto dengan nada sesendu mungkin, sembari mengeluarkan puppy eye no jutsu.

Kalau sudah begini mau tak mau hati Hinata yang pada dasarnya memang lembut dan tak tegaan, hanya bisa mengangguk pasrah  tanda damai.

Kruyuuuk~

Dengan lancangnya suara perut seseorang menganggu adegan drama picisan alias lovey dovey sepasang keka— eh maksudnya suami istri muda ini.

"Gomen, Naruto-kun aku tadi tidak makan siang." Naruto menatap langsung menatap tajam Hinata penuh kekhawatiran *halah* maklum pengantin baru.
"Kenapa belum makan siang? nanti kau bisa Sakit, Hinata" ujar Naruto menasehati.

"Habis pas mau makan siang, Naruto-kun mengajak ku berdebat. Dan lagi saat aku mau makan bel sudah berbunyi" jelas Hinata membuat Naruto merasa bersalah.

"Gomen, aku tak bermaksud—.."

"Sudahlah, aku buat makanan dulu ya. Sebaiknya kau pergi Mandi Naruto-kun, kau bau" ujar Hinata sembari menutup Hidungnya membuat gerakan-gerakan kecil mengusir Naruto.

Our RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang