Padat merayap. Ramai bak pantang tak pernah sepi.
Dua kalimat yang tepat menggambarkan hiruk-pikuk suasana manusia beraktifitas disekeliling distrik Shibuya.
Distrik Shibuya atau Shibuya district merupakan salah satu distrik di Kota Tokyo yang paling sibuk dan memiliki berbagai hiburan seperti ; pusat perbelanjaan yang berjejar di sekitar distrik, restaurant, kantor, club dan taman yang cukup terkenal.
Di distrik Shibuya ini jugalah terdapat, ikon wisata yang sangat terkenal seperti ; Patung Hachiko, Shibuya pedestrian crossing.
Sudah bukan rahasia lagi jika distrik Shibuya selalu diminati sebagai ikon wisata baik dari wisatawan dalam negeri ataupun mancanegara.
Hal itulah yang membuat Naruto harus menelan pil pahit penuh penyesalan, karena membawa Saara ketempat seperti ini."Ah kita kesana ya Naruto-kun." Inilah yang dimaksud Naruto tadi, alasan mengapa Ia menyesali perbuatannya membawa Saara ketempat ini.
Terang saja bukan, Shibuya adalah distrik yang menyajikan tempat terlengkap untuk hiburan dan terutama juga dijuluki sebagai surganya belanja.
Benar-benar tempat yang sangat tepat untuk seorang penggila belanja seperti Saara.Helaan nafas penuh rasa menahan kesabaran kembali terdengar untuk yang— entah keberapa kalinya. "Haik, haik." Naruto memilih mengalah. Diam, dan tak melawan. Karena bagaimanapun, tamu adalah raja.
'Cih konyol..,' Bibir tipis nan seksi milik Naruto mengerucut kesal. Bolehkah Ia memaki dirinya sendiri, dan meneriaki dirinya yang mendadak bodoh. Bagaimana bisa dia melupakan bahwa Saara adalah gadis penggemar Shopping.
'Senjata makan tuan', satu kalimat perumpamaan yang sangat tepat menggabarkan apa yang tengah dia hadapi saat ini. Tentu saja hal itu dikarenakan, Naruto yang pada awalnya berniat mengerjai Saara. Tidak pernah mengira rencananya gagal, dan balik menyerang dirinya.
Pada awalnya Naruto berniat akan membuat Saara jenuh, dengan sengaja membawa perempuan itu jalan-jalan dengan transportasi umum. Serta jangan lupakan juga, Naruto jelas menolak terang-terangan saat Saara menawarkan mereka untuk menggunakan taxy, dan memilih menggunakan alternatif— berjalan kaki. Maksud hati dia ingin membuat Saara jengkel, lalu mengeluh padanya, dan berakhir meminta pulang.
"Hah~" Helaan nafas lelah menguar untuk yang keberapa kalinya. Berjalan dengan langkah pelan, seakan Naruto sedang menanggung beban seberat bumi.
Safire birunya memandang penuh rasa kesal akan perempuan bersurai merah yang berjalan mendahuluinya.
Dengan rasa ogah-ogahan, sedikit tidak rela. Ia kembali melangkahkan kakinya untuk mengikuti kemana perempuan itu ingin berkunjung. 'Oh, Kami-sama.' sambil tetap mencoba ikhlas membawa 10 kantong belanjaan Saara yang berada di kedua tangannya.
Kaki jenjang nan putih mulus itu, memberhentikan langkahnya secara tiba-tiba. Karena hal itu pula, sampai Naruto hampir saja menabrak punggung kecil sahabatnya itu.
Saara berbalik seketika. Matanya memandang Naruto dengan intens dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. "Ne Naruto-kun, kau tidak senang ya."
Sesungguhnya Naruto tak menampik bahwa dia memang sedikit lelah. Hanya saja, bukan berarti dia tidak senang.
Senyum tipis terlukis diwajah tampannya, diiringi gelengan singkat. "Memangnya kenapa Saara?"
Saara menunduk, memasang wajah bersalah. "Sorry Naruto-kun, seharusnya aku tidak membebankanmu." Melangkah mendekat perlahan kearah Naruto, lalu gadis itu mengambil alih kantong belanjaannya dari tangan Naruto.
Satu alis Naruto terangkat memasang raut wajah bingung. Tak lama kemudian suara tawa pelan menguar terdengar.
Kembali Naruto menggeleng heran melihat tingkah laku tak biasa Saara. "Whats wrong with you Saara,is not like you?" ujarnya, sambil mengambil kembali barang belanjaan Saara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relation
FanfictionMereka menyembunyikan status hubungan demi kepentingan bersama, layaknya sinetron dimana orang tua mereka sepakat untuk menikahkan mereka yang notabene masih sangat muda. Dengan alasan konyol, sebagai permintaan terakhir Nenek Naruto. Tapi jangan be...