21 - Quality Time (II)

6.2K 293 55
                                    

Pletak!

Jitakan keras penuh kekesalan berhasil di daratkan sang Habanero ke kepala bersurai kuning-pirang turunan sang suami kepada anak tunggalnya- Naruto.

"Iteeeeh kaachan!" matanya terpejam, bibir tipis nan penuh milik Naruto menggerutu, hampir saja mengeluarkan kata umpatan jika saja Naruto tak ingat akan dosa.

Sungguh, Naruto tak habis fikir dengan tingkah laku Kaachan-nya itu. Belum ada lima menit terhitung sejak Ia menapakkan kaki di halaman rumah orangtuanya, dan belum ada dua menit terlewatkan sejak mereka membunyikan bell pintu masuk. Yang intinya ingin Naruto utarakan- apa salah, dan dosanya sehingga disambut dengan jitakan sekuat tenaga oleh Ibunda tersayang.

Mata Kushina memandang tajam menusuk safire sang putra. Rambutnya melayang-layang terhempas angin yang mendadak kencang mengelilingi mereka. Kedua tangannya berkacak pinggang, siap menumpahkan-
"Dasar anak durhaka, kenapa baru sekarang kau pulang hah? Kenapa kau tak kabari kami saat sampai di Jepang." Sederet kalimat makian kepada Naruto.

Hinata sebagai istri yang baik dan penuh perhatian, hanya bisa diam sambil mendoakan keselamatan isi otak suaminya agar tak terjadi cedera yang fatal.

Bibir plumnya melukiskan senyum hangat, memberikan hormat tanda sapaan kepada mertua yang sudah lama tak wanita itu kunjungi.
"Konichiwa Kaasan."

Bagaikan ombak di pinggiran pantai yang menghanyutkan, suara Hinata berhasil mengalihkan atensi Kushina dari deretan kalimat kekesalan yang masih ingin wanita itu semburkan kepada Naruto.

'Arigatou Hinata.' Mata Naruto melirik penuh haru ke wanita di sampingnya.

"Hinata-chaaan." Tanpa basa-basi, pelukan penuh kerinduan terjadi diantara wanita-wanita kesayangan Naruto.

Senyum lembut mengembang di wajah cantik Hinata. Kedua tangannya terangkat membalas pelukan Ibu mertua.
"Ohisashiburi ne Kaasan."

Kushina mengangguk singkat sembahri melepaskan pelukannya pada Hinata. Memandang wajah putra dan menantunya secara bergantian, dengan raut wajah datar.
"Dasar, kalian berdua memang sama saja." Ungkapnya kesal sambil berlalu, masuk kedalam rumah.

Naruto dan Hinata saling pandang, melukiskan cengiran singkat tanda maklum atas gerutuan Kushina. Lalu ikut masuk kedalam rumah.

....
Suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar dari lantai atas, disusul suara teriakan melengking-
"Sayang, ada apa ribut-ribut?" Saat mata safire senada sang anak menangkap atensi dua orang yang dikenalnya, mendadak sang kepala rumah tangga Namikaze, berdehem singkat- mengembalikan image coolnya. Sambil berjalan pelan menuruni anak tangga, menghampiri anak dan menantunya yang berada di ruang tengah.

"Naruto, apa yang kau lakukan disini?" dan semua orang yang mendengar pertanyaan Minato hanya bisa sweetdrop sesaat.

"Touchan!" Naruto memutar bola matanya bosan, Ia tahu Tousannya lagi dalam mode menggoda. Cukup dengan membalas memasang wajah datar, sebagai tanda Naruto sedang tidak ingin menanggapi lelucon.

Mendapat respon yang tak diharapkan, membuat Minato mendadak kecewa. "Kau tak asik Naruto." Lalu pandangannya beralih, melukiskan senyum hangat kepada menantu kesayangannya,"Hinata Ohisashiburi."

Hinata beronijigi singkat sebagai salam, "Ogenki desuka Tousan?"

Jempol Minato mengacung sambil tersenyum lebar,
"Genki desu.."

Senyum tipis terlukis diwajah Hinata. Ia mengangguk singkat sambil bergumam "syukurlah.."

Walau tak tersirat secara langsung, sore hari di akhir musim semi- Mansion Namikaze itu terasa diisi aura kebahagiaan.

Our RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang