17 - Understand

8.1K 374 21
                                    

Siang hari merupakan waktu dimana orang masih berlalu-lalang melakukan aktifitas mereka masing-masing. Terbukti dari tak terhitungnya manusia yang memenuhi padatnya jalan. Beberapa contohnya ; Seorang pria paruh baya yang berjalan dengan terburu-buru dengan ponsel bertengger di telinganya, Ada sepasang muda-mudi yang berboncengan mesra melewati trotoar dengan menaiki sepeda, Lalu seorang gadis muda yang tampak sangat semangat membagikan brosur barang discount.
Dan itu semua tak luput dari mata Safire sang pemuda yang mengamati kegiatan orang-orang tersebut dari balik kaca gelap mobil Van tersebut.

'Ah suasana Tokyo,' senyum tipis terlukis di wajah tampannya.

Sudah berapa lama Dia tak menyaksikan hiruk pikuk suasana jalan raya Tokyo yang selalu sibuk seperti ini. Naruto hanya menggeleng pelan sambil terkekeh kecil. Entah mengapa sekarang Ia merasa seperti Turis yang sedang liburan di negara ini, padahal nyatanya Ia adalah warga negara Jepang.

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju lokasi syuting Dorama yang diperankan Hinata. Setelah selesai dari tempat pemotretan, mereka langsung menuju tempat lokasi syuting yang berada di distrik Shibakoen Minato dimana disana terdapat ikon yang sangat terkenal di Jepang— yaitu Tokyo Tower.

Sesekali netra sebiru samudra itu beralih menatap layar ponsel yang berada di genggaman tangan kirinya. Merasa getaran ponsel tanda pemberitahuan masuk, tangan kirinya dengan cepat mengetikan beberapa kata untuk membalas pesan dari seseorang di sebrang. Sedangkan tangan kanannya dengan setia mengusap-ngusap pelan punggung sang wanita indigo yang sedang terlelap nyenyak dengan menjadikan paha Naruto sebagai bantalan kepala.

Dia tak merasa keberatan dengan hal ini, karena Naruto merasa mungkin Hinata butuh istirahat.
Biar bagaimanapun Naruto tau jika Hinata mungkin sedikit kelelahan mengingat pemotretan yang dijalani wanita ini sedari pagi sampai tengah hari.
Apalagi faktanya Hinata tidak mendapat cukup tidur tadi malam,karena harus melaksanakan tugas seorang istri dalam memenuhi kebutuhan batin sang suami.

Getaran pemberitahuan kembali terdengar menyapa ponsel silver berlogo Apel milik pemuda pirang tersebut. Tangannya dengan cepat membuka layar ponsel, lalu seketika tawa pelan menguar setelah membaca deretan-deretan pesan pada aplikasi messenger miliknya.

Terlalu larut dalam dunia media sosial yang tengah dimainkannya, bahkan Naruto tak menyadari sepasang mata Amethyst yang entah sejak kapan telah terbangun, menatap semua perubahan ekspresi wajah dirinya saat membalas pesan-pesan tersebut.

Bagi Hinata memperhatikan perubahan raut wajah Naruto, apalagi dari posisi bawah seperti ini adalah hal yang menyenangkan. Senyum tipis terlukis di wajah manisnya, saat menatap lekat wajah Naruto yang kadang tertawa lalu tersenyum, lalu terlihat kesal tapi tak berapa lama kembali terkikik pelan.
Sungguh, dari dulu hal ini tak pernah pudar dari Naruto walaupun usia mereka semakin beranjak dewasa. Naruto itu orang yang ekspresif, pria itu sangat gampang dibaca melalui ekspresi wajahnya yang sangat kentara menunjukan isi hatinya.

Tunggu dulu, sepertinya Hinata mulai mencurigai sesuatu.
Mata lavender miliknya mulai menatap curiga, saat sang suami mulai senyum-senyum sendiri sambil mengetikkan sesuatu di ponsel milik pria itu.

Hinata sangat penasaran apa yang dibahas Naruto dengan orang tersebut sampai pria itu bisa menunjukkan ekspresi yang mencurigakan menurut Hinata.
Kedua tangan miliknya, spontan menjulur keatas menarik ponsel Naruto. Mengabaikan reaksi kaget Naruto akan gerakkannya yang tiba-tiba,
"Sepertinya seru sekali aku mau lihat juga Naruto-kun."
Namun belum sempat Hinata membaca pesan tersebut, tangan Naruto dengan cepat menarik kembali Handphone itu dari genggaman Hinata.

"Itu hal yang tidak sopan Hinata," ujar Naruto seakan menasehati seorang anak kecil pada istrinya sendiri.

Hinata mengerucutkan bibirnya pertanda kesal. Ia semakin curiga, mengapa Naruto tidak membiarkannya membaca apa yang dibahas pria itu.
Dengan segera Hinata bangkit dari posisi berbaring dan kembali duduk dengan benar disamping Naruto.
Ia tidak akan membahas hal itu lagi, Jika Naruto melarangnya Ia menurut saja. Lagi pula Hinata tidak sedang dalam mood merajuk jika hanya karena hal tersebut.

Our RelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang