Nafas Hinata memburuh begitu cepat nan berat. Dadanya kembang kempis mengatur pernafasannya yang terasa memberat.
"Hhhh.." Matanya memandang kearah kiri dimana Gunung Fuji tampak sangat terang tersinari sinar Mentari yang telah menampakan wujud sepenuhnya. Sambil sesekali melirik pria yang berada diatas tubuhnya sedang dengan hikmat menciumi dan menggulum puncak dadanya secara bergantian.Pakaian mereka tercampak tak beraturan disekitar ruangan ini. Menyisakan dua manusia polos tanpa tertutup sehelai benangpun. Gaun Hinata terongok dilantai luar area pemandian pribadi, sedangkan branya bahkan dengan tidak elitnya menyangkut diatas kipas angin yang berada di langit-langit kamar, dan Hinata tak tahu dimana keberadaan underwarenya yang dicampakan asal oleh pria kuning yang menimpanya itu.
Begitu pula dengan Jacket, kaos dan jeans Naruto yang bertebaran tak tentu arah akibat dicampakan pria itu sembarangan. Menyisakan boxer pansu pendek yang tersisa melekat menutupi petarung yang siap dilepas. Itupun kembali dengan buru-buru Ia lepas, saat dengan beraninya Hinata memberikan ransangan berupa skinship langsung melalui tangan mungil itu ke adik kecilnya.
Naruto bernafas dengan berat, berusaha konsentrasi memberi rangsangan pada wanita itu. Namun malah dia yang tak terberdaya saat dengan halus telapak tangan itu mulai memberi pijatan lembut diarea selangkangannya.
"Hinata uhh.." Dia menyembunyikan wajah tampannya di dada besar sang istri. Meresapi gerakan-gerakan sensual yang diperlakukan wanita itu pada dirinya.
Mereka bahkan belum menyiapkan futon atau tempat yang layak untuk berbaring. Dan jadilah Ia disini, Hinata terlentang diatas lantai kayu yang dingin tak beralaskan apapun. Namun mau dikata apa, saat sang nafsu sedang berkobar hebat membutakan indra perasa mereka berdua.
Ini masih Pagi, tentu saja udara masih terasa dingin— tapi tak berlaku bagi mereka berdua, yang ada hanya terasa panas.Wajah tampan yang semula bersembunyi diatas dada besar nan kenyal itu kembali menunjukan wujudnya. Kembali ditatapnya secara dekat wajah cantik sang istri, "Naruto-kun.."
Mempertemukan dua pias bola mata yang berbeda warna itu.Saling menatap wajah menganggumi visual masing-masing yang bersemu merah, "spread your legs baby" suara baritone itu berbisik seduktif. Sebelum kembali menautkan dua benda kenyal dalam sebuah ciuman, sambil menuntun sang pejantan yang siap memasuki area pertarungan yang telah terbuka lebar untuknya.
Suara desahan saling bertautan memenuhi ruangan tersebut. Diiringi suara perpaduan yang seirama mengikuti tempo yang diciptakan si petarung aktif.
"Hhhh Hinata," Nafas Naruto memburuh hebat. Ia mendesah pelan. Tangannya mencengkram pinggang wanitanya kuat seiring dengan hentakan yang kian bertambah tempo, menghantarkan sensasi nikmat duniawi yang tak terbantahkan nikmatnya.
Wanita bersurai indigo itu hanya bisa terus mendesah menikmati sensasi yang diberikan kebanggaan Naruto di dalam dirinya. Semakin kuat, cepat dan dalam menyapa titik sensitifitasnya, semakin Ia merasa seakan hilang akal sehat.
Naruto terus menggerakan kejantanannya secara liar sampai Ia merasakan sesuatu didalam sana seakan menjepit dirinya semakin erat. Perasaan itu, tentu dia memahaminya— wanitanya hampir mencapai puncaknya.
Naruto ingin mencapai puncak itu bersama, maka dari itu Ia terus bergerak secara cepat saat Ia juga menyadari miliknya berkedut didalam sana siap menumpahkan benih-benih calon kehidupan.
"Hinata.." mata Safirenya terpejam, sambil terus bergerak cepat sampai— "Naruto-kun.." Hinata memekik pelan saat wanita itu mendapatkan puncak kenikmatan terlebih dahulu. Belum ada beberapa detik menikmati pelepasan, Hinata kembali mendesah hebat merasakan sesuatu yang hangat memenuhi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relation
FanfictionMereka menyembunyikan status hubungan demi kepentingan bersama, layaknya sinetron dimana orang tua mereka sepakat untuk menikahkan mereka yang notabene masih sangat muda. Dengan alasan konyol, sebagai permintaan terakhir Nenek Naruto. Tapi jangan be...