Drrrrt....
Drrttt.....
Getaran handphone yang terdengar, mengusik tidur sang wanita indigo.
"Eng—.."melenguh pelan,tangannya meraba-raba nakas samping tempat tidur untuk mengambil benda yang telah menganggu tidur cantiknya."Moshi mos—..."
"Happy Valentine Hime" belum lagi Hinata selesai bicara, kalimatnya sudah dipotong oleh suara baritone disebrang sana,siapa lagi kalau bukan sang suami pirangnya.Melirik malas jam disampingnya, ini sudah jam 1 malam dan bukan hari Valentine lagi.
Sudah terhitung hampir satu tahun lebih mereka menjalani hubungan jarak jauh seperti ini, yang satu di Amerika yang satunya lagi di Jepang.Sampai saat ini hubungan mereka baik-baik saja, hanya terkadang masalah perbedaan waktu yang cukup jauh membuat hubungan komunikasi mereka jadi terhambat.
Seperti saat ini jika di Jepang sudah jam 1 pagi tanggal 15, maka di Amerika masih jam 11 pagi tanggal 14 Februari."Hinata kau masih disitu?"
"Ah iya Naruto-kun, Happy Valentine juga."
"Hehe, aku sangat merindukanmu Hime."
"Emh, ya aku juga" jujur saja Hinata saat ini menerima panggilan Naruto dengan setengah sadar dan tidak, lantaran rasa kantuk yang dirasakannya.
Ya maklum saja, aktifitas yang dijalaninya satu harian selama trainee benar-benar membuatnya kelelahan.Selama masa training sebelum debut, Hinata memang diwajibkan untuk tinggal di asrama bersama dengan para trainee yang lain.
Tidak seperti para treinee lain yang mesti berbagi kamar, Hinata mendapatkan jatah kamar yang di tempati dirinya sendiri.
Sungguh beruntung bukan?
"Hina—..."
"...—Nata!" tersentak kembali ke alam sadar, sungguh Hinata tidak bisa menahan rasa kantuknya.
Namun mau bagaimana lagi, ia tidak mungkin mengabaikan telpon Naruto."Hoaaam"menutup mulutnya secara spontan, Hinata benar-benar kelepasan menguap saking mengantuknya.
Tapi wanita itu masih setia menempelkan handphonenya di telinga."Gomenne Hime, aku sudah menganggu tidurmu."
"Iee Daijoubou ,Naruto-kun"
"Tidurlah jika kau sangat mengantuk, aku matiin ya telponnya" walaupun Naruto sangat rindu akan suara sang istri, namun mau bagaimana lagi?ia tidak tega mengganggu tidur Hinata.
"Eh tidak usah Naruto-kun, aku tidak apa-apa hoaam..."
"Hah~ Yasudahlah, bagaimana harimu? Pasti sangat melelahkan ya?"
"Ya begitulah Naruto-kun"
"Jaga kesehatanmu, jangan terlalu memaksakan diri Hime."
"Haik, Naruto-kun tak ke kampus?"
"Iee,Aku sedang tidak ada mata kuliah."
"Oh begitu,"
"Bagaimana kabar semua?"
"Masih baik Naruto-kun" menghela nafasnya pelan, ini pertanyaan yang tiap Hari Naruto tayakan.
Walaupun ini hal yang wajar, namun lucu saja masa tiap hari Hinata harus terus melapor keadaan semua orang disini."Syukurlah..."
"Kau sudah sarapan Naruto-kun?"
"Sudah tadi."
"Makan apa?" sebagai istri yang baik Hinata perlu memastikan makanan yang dimakan Naruto sehat, dia tidak ingin pria pirangnya itu menyantap makanan instant tiap hari.
"Sandwich dan susu dibawa Sara"
Ingin rasanya Hinata melempar kepala Kuning yang berada di negara sebrang tersebut.
Naruto memang tidak pernah peka, tidak taukah pria itu perhatian yang diberikan Sara kepadanya sudah melebihi batas wajar.
Sara adalah teman satu kampus Naruto yang merupakan gadis keturunan Jepang.
Naruto selalu bercerita pada Hinata kalau Sara begitu baik dan banyak membantunya, hal inilah yang kadang membuat Hinata jengkel sendiri."Ohh" hanya itu yang bisa Hinata ucapkan, jika Naruto menyinggung tentang Sara.
Cemburukah? Tentu saja.
Wanita mana coba?yang tak cemburu suaminya yang jauh darinya dekat dengan perempuan lain.
"Hey jangan cemburu"
"Siapa juga yang cemburu" mendengus kesal, kenapa prianya ini suka sekali menggodanya.
"Naruto-kun, its already finish"
"Oh ok"Terdiam sejenak, kenapa ada suara perempuan yang terdengar di sebrang sana.
"Naruto-kun, kau sedang dimana? Kenapa ada suara perempuan."
"Ohyaya, maaf Hinata.Aku lagi di cafe bersama Sara, kebetulan ada tugas yang tidak bisa kukerjakan makanya aku minta tolong padanya."
"Oh, kalau begitu selamat bersenang-senang."
"Hina—..."
Menggeser tombol merah Hinata langsung mematikan sambungan telpon secara sepihak lantaran rasa panas mulai menjalar di hati wanita indigo ini.
Mematikan handphonenya, Hinata memilih melanjutkan tidur agar badan dan hatinya kembali fit.-0-
Memandangi handphonenya yang terpasang wallpaper dirinya yang sedang mencium dahi seorang wanita indigo.
Padahal dia sangat rindu dengan Hinata, tetapi dia mencoba mengerti mungkin Hinata sudah sangat mengantuk makanya mengakhiri secara sepihak sambungan telepon mereka."Ada apa Naruto-kun?"
"Ah tidak apa-apa Sara, sampai mana tadi."
"Yang ini Naruto-kun" Naruto hanya mengangguk mengerti atas penjelasan Sara.
Kembali mengambil Handphonenya di saku celana, ia baru teringat belum mengucapi sesuatu.
Membuka pesan, mengetik sesuatu dan mengirimnya ke Hinata.To: Hime
Oyasuminasi,...
Aishiteru
Send->
~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~Matahari mulai kembali menampakan sinarnya, burung-burung bersenandung bagaikan alarm untuk membangunkan para manusia dari tidurnya.
"Hoaaam..."meregangkan badan nya ke kanan dan kiri, tangan mungilnya tergerak mengecek handphone.
Dan benar saja ada satu pesan yang belum terbaca.
Membuka pesan yang ternyata berasal dari Naruto.
Senyum manis terlukis diwajah cantiknya, setelah membaca pesan singkat dari sang suami.Ia tau saat ini pasti sudah malam disana, Menekan tombol replay, untuk membalas.
To: Naruto-kun
Oyasuminasai Anata,
Aishiteru :)
Send->
Baru Hinata meletakkan handphonenya untuk pergi mandi, tiba-tiba handphonenya kembali bergetar.
Kushina-Kaasan Call....
"Moshi-moshi Kaasan?"
"Ah ya Hinata-chan, ini ada paket dari Naruto untukmu. Nanti Kaasan dan Tousan antar kesana ya."
"Haik, Arigatou Kaasan"
"Oke, semangat latihannya Hinata-chan"
"Arigatou Kaasan"
Tbc~
"Happy Valentine All"
Oh ya sekali lagi Maaf entah kenapa Author merasa chap ini absurd banget, tapi gak apa-apalah sekalian dedikasi valentine.
Well, tidak bosannya Author ngingetin after Reading Vote or Comment ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Relation
FanfictionMereka menyembunyikan status hubungan demi kepentingan bersama, layaknya sinetron dimana orang tua mereka sepakat untuk menikahkan mereka yang notabene masih sangat muda. Dengan alasan konyol, sebagai permintaan terakhir Nenek Naruto. Tapi jangan be...