Author's pov
"Kim mingyu!" suara berat dari tuan Kim membuat bulu kuduk mingyu agak bergetar.
"A-Apa??"
tuan Kim lalu menghela nafasnya.
"H..begini..kau sudah cukup dewasa,appa akan menjodohkanmu dengan anak dari teman baik ayah" ujarnya serius.Mingyu terdiam berfikir sejenak..
"APA??!"
***
"Kacau lah!" Mingyu mengacak-acak rambutnya frustasi. "Appa lo bener mau jodohin elo??" tanya Seungcheol agak lemas.
"Iya cheol! masa gue bohong?! gue kan masih pengen bebas!" rutuk Mingyu. "Kalo menurut gue sih..terima aja ming, toh elo juga gak laku kan di kampus?" ucap Seungcheol pasrah."Apa lo bilang??! enak aja lo!"
Tukas Mingyu tentunya nggak terima. "Lanjut jalan gih! kan gak enak minggir di pinggir jalan mulu" Seungcheol memerintah Mingyu agar ia melanjutkan perjalanan. "Cheol! terus gue harus gimana?? lo kan lebih tua dari gue, pasti lo tau yang terbaik" gelak Mingyu dengan seraya memutar stir. "kan tadi gue udah bilang, terima aja sih" enteng Seungcheol lalu melempar cengiran."Fak"
***
"Loh kita gak ke kampus??" Seungcheol bingung. "Kita bolos dulu" ucap Mingyu seenaknya.
"Ih, bolos kok ngajak ngajak gue??" Seungcheol menatap Mingyu agak mengeryitkan dahinya. "Ke cafe aja lah! gue lagi ga mood belajar!" rutuk Mingyu. Seungcheol menghempaskan badannya pada jock."Serah deh"
****
"Tunggu ya, gue mau ke toilet"
Mingyu meletakan ponsel, kunci mobil, dll dimeja terlebih dahulu sebelum pergi. "Cepet" gumam Seungcheol dengan pandangan masih pada ponselnya.****
"Argghh! lama banget sih!" Gusar Mingyu di depan pintu bilik toilet. "gak ada yang kosong lagi!" Umpatnya. "Duh! udah di ujung nih"
"WOI YANG DIDALEM LAGI PADA B.A.B YA?!" Teriak Mingyu tanpa malu.
KLEKK
Seseorang yang Mingyu tunggu untuk keluar akhirnya keluar.
Pria yang tidak lebih tinggi dari Mingyu ini, menatap tajam kearahnya. Tanpa berfikir panjang, Mingyu langsung menerobos masuk, Hingga tubuh mungil pria itu agak goyah."ck" rutuknya. "Ah..maaf" suara dari dalam toilet. Sementara Mingyu sedang di dalam toilet. Pria dingin bersurai hitam itu bercermin. "tunggu" gumamnya."NGAPAIN GUE BAWA TISSU TOILET?!" teriaknya dalam hati melihat segulung kertas tissu yang digemgamanya.
"Shit"
***
"H..lega.." Mingyu berniat untuk menggapai kertas tissu. "Eh? ga ada tissu?? demi apa??" Sungguh! Mingyu panik setengah mati! "Eh? seriusan nih?!" Paniknya lagi. Ya, di cafe ini hanya tersedia tisuu di Tolitenya ㅡtidak ada shower kecilㅡ
****
"Bodoh banget sih gue..kenapa ini tissu kebawa?? gimana balikinnya??" pria dingin tersebut juga tak kalah panik.
Tok tok tok..
akhirnya Wonwoo ㅡsi pria dinginㅡ Memberanikan untuk mengetuk bilik toilet.
"He? apa apaan?? siapa yang ketok??" Mingyu tambah panik.
"Cheol?? Elo kan?? Cheol! ambilin gue tissu please!" gusarnya. "E..maㅡmaaf..soal tissunyaㅡ" Deep voice dari seorang Wonwoo yang dihalang pintu toilet terdengar sexy di telinga Mingyu dan ia tau itu betul bukan suara temannyaㅡ Seungcheol . "E? ah..yㅡya..sebentar.." gugup Mingyu lalu berdiri ㅡtanpa menaikan celananyaㅡ dan membuka sedikit pintu yang terkunci tersebut. Wonwoo menyelipkan tangannya masuk ke celah pintu."Iㅡini.." cicitnya agak tersipu.
"Makasih." jawab pria yang didalam bilik. sungguh! Mingyu sangat canggung! keadaannya semakin aneh. Dengan cepat Mingyu menutup kembali pintu tersebut.
Ia kembali mendudukan dirinya pada closet."Apa-apaan sih..."
-*-*-*-*-*-*-*-
"Lama banget"
"Sorry, tadi ada insiden" Mingyu menarik kursi lalu duduk.
"Insiden apa?" Tanya Seungcheol sembari membolak balik buku menu. "E? i-itu.." Mingyu agak tersentak -malu- "ah..udah..gak penting" potong Mingyu, ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut cafe ㅡberusaha mencari seseorangㅡ. Seungcheol mengalihkan pandangannya dari buku beralih pada Mingyu."Cari apa sih?"
"Ah..engga, bukan apa apa"
***
"Ah..presdir Kim, sungguh anda ingin menjodohkan putra semata wayang anda dengan putri kami??" tanya presdir Jeon.
"Ah..ya..kalau di pikir pikir..kita sudah lama akrab, dan..aku sudah percaya padamu dan keluargamu 'kan?" Gurau presdir Kim. "Benar juga.." balas presdir Jeon sedikit terkekeh. "Apa salahnya kita berbesan.." kekeh presdir Kim. "Baiklah..aku akan menentukan tanggalnya" ujarnya dengan serius.***
"APA?!!" Pekik Wonhee setengah teriak. "sayang..appa bisa jelaskan" rujuk sang ayah.
"Appa..hari itu adalah..hari dimana aku pindah ke amerika untuk nerusin kuliah!" Tolaknya.
"Wonhee..appa..tidak bisa batalkan..kasihan tuan Kim"
wajah tuan Jeon memelas.
"Appa.." Wonhee juga ikut memelas. "Appa lebih pentingin nikah? daripada masa depan Wonhee??" Wonhee menatap tajam sang ayah. "Aku gak nyangka.." lanjut Wonhee langsung beranjak dan pergi ke kamarnya meninggalkan appanya sendiri. Tuan Jeon memijit pelipisnya agak meringis.***
"Hiks.." Wonhee terus terisak, ia meringkuk di balik selimutnya
"Apa yang harus gue lakuin? kenapa engga Wonwoo aja? Hiks.." rutuknya habis-habisan.Wonhee terdiam.
"Tunggu. kenapa engga Wonwoo aja??" Ia mengulang perkataannya. Lebih tepatnya menyusun rencana. ia langsung menyeka air matanya dan menyibak selimut. Lalu menyambar ponsel yang ada di meja kecil tepi ranjang. Dan menelfon saudara kembarnya.
Ya..Wonwoo dan Wonhee mereka kembar identik, Wonhee jauh lebih tua 2 menit dari Wonwoo.****
Setelah beberapa detik akhirnya Wonhee terhubung dengan adiknya.
"Won. gue butuh bantuan lo" ucap Wonhee to the point.
Tbcㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Married a MAN [Meanie]
Fanfic[END] - [ BOOK 1] "Semua tipuan! Gimana bisa?! pengantin wanita gue ternyata cowok tulen?!!" ㅡ kmg. [[Warning! Banyak penistaan bias!]] Baca juga : -My Wife is a Man [Book 2] -Growing Old with My Man [Book 3] Start ; Dec, 2015 En...