Wish me luck 0:)
Chamber menatap ragu gedung bangunan didepannya. Dia bingung harus masuk atau tidak. Chamber menarik napas mengumpulkan keberanian dan segera memasuki gedung Greyson.
Sesampainya di depan pintu, niat Chamber menciut, baru saja dia ingin berbalik arah ke lift, seseorang menepuk bahunya,
"Morning Miss Linox, mari silahkan masuk."
Ternyata Mr.Artur , mau tidak mau dia mengikuti Mr.Artur dari belakang dan segera duduk setelah dipersilahkan.
Mr.Artur mempersiapkan berkas kontrak, sambil menunggu Chamber melihat sekeliling tapi tidak ada Bosnya. Dirasakan sentuhan lembut di bahu kanan Chamber, dia sedikit terkejut akibat sentuhan itu, saat melihat siapa yang menyentuhnya, keterkejutannya bertambah.
"Mencariku?"
Kata bosnya sambil menaikan sebelah bibirnya, mengeluarkan seringaian iblis khasnya dan duduk di hadapan Chamber.Chamber membolakkan mata dan tidak menghiraukannya.
Daripada mencari masalah mending aku diam saja."Oke Miss Linox, silahkan tanda tangan disini.."
Kata Artur sambil menunjukan kertas perjanjian kontrak.Chamber mengambil pena yang di serahkan Artur, ia mengigit bibir bawahnya, memikir sejenak, hatinya was-was, khawatir, apa keputusan yang dia ambil ini benar? Tentu saja tidak! Jika dia mendatanginya, mau tidak mau , siap tidak siap dia akan terus ketemu dengan pria sialan didepannya ini lihat saja sekarang wajah pria itu dihiasi dengan seringaian, tapi dia membutuhkan uang, mengingat wajah mom yang letih tentu saja membuat hatinya resah. Dia harus membantu mom dan melunasi hutang dad, Dipenjamkan kedua matanya, perlahan tangannya maju , ingin sekali ditahannya tangan mungilnya namun sudah mendarat dan mengukir tanda tangannya.
How fool i am
Chamber merutuki atas kebodohan yang dilakukannya. Setelah proses penandatangan kontrak selesai Artur menyerahkan agendA kegiatan kerja kepadanya dan segera keluar. Apa yang harus dilakukannya sekarang, Dilihatnya sekilas ke arah bosnya, seringaiannya semakin lebar.
Chamber membolakkan matanya, mendengus kesal."Ada apa dengan ekspresimu? Harusnya kamu bangga bisa menjadi sekretarisku"
Kata Bosnya sambil berlalu ke meja dan duduk."Apa yang kau lakukan disitu, kemari" perintahnya.
Chamber pun mendekatinya, berdiri dengan kaku tepat disamping kanan bosnya.
Dengan sekali gerakan bosnya membalikkan kursi menjadi berhadapan dengan Chamber, gerakan tiba-tiba bosnya membuat chamber tercekat terkejut. Vincent menatapnya menunggu. Chamber mengernyit bingung dengan tatapan bosnya."So...."
terdengar suara bariton bosnya."So,,, mmm..."
Ulang pria didepannyaChamber semakin bingung, dia baru mengerti maksud bosnya setelah bosnya memberi kode menunjuk agenda yang sedari tadi di pegangnya.
" so , bagaimana dengan jadwal ku hari ini" kata Vincent sambil kembali menghadap kemejanya dan sibuk dengan kertas kertas didepannya.
"Oh, I'm sorry sir,"
Chamber membuka buku agenda ditangannya, melihat dan memeriksa , dia tak begitu mengerti dan memahami tulisan tulisan di agenda yang dia pegang.Tiba-tiba Vincent menekan tombol call di Intercomnya, disusul dengan munculnya suara laki-laki diseberang.
"Yes, sir""masuk ke ruanganku sekarang. Clik.." telpon di akhiri.
Tak lama terdengar bunyi ketukan pintu dan muncul Artur dari balik pintu.
"Yes, sir..""Bantu Miss Linox dengan agendanya" kata Vincent tanpa menoleh ke arah Artur dan Chamber. Timbul perasa tidak enak dihati Chamber , dia memang tidak mempunyai pengalaman kerja sebagai sekretaris sebelumnya, bekerja dikantor saja dia belum pernah. Pria disampingnya ini seakan-akan bisa membaca pikirannya.
"Baiklah, Miss Linox silahkan ikuti saya"
Sebelum mengikuti Artur, Chamber berpamitan dengan tak enak hati kepada Vincent, namun Bosnya itu tetap sibuk dengan pekerjaannya.
Ternyata tak begitu rumit, penjelasan dari Artur sangat membantunya, tugas Chamber hanya mengecek ulang jadwal temu atasannya setiap hari dan mengkonfirmasi kembali semua jadwal. Handphonenya harus selalu siaga apabila sewaktu-waktu atasannya memerlukan sesuatu. Ternyata seperti ini yah, syujurlah Sepertinya tidak sulit.
Chamber telah kembali ke ruangan atasannya, dan mendapatkan bosnya masih sibuk dengan kertas-kertasnya tadi. Dia tidak berani bersuara, takut mengganggunya. Diperhatikan wajah atasannya, unbeliveble, bosnya ini benar-benar tampan, apalagi saat sedang serius seperti ini.walau di tutup dengan kacamata, Garis-garis ketampanannya tercetak dengan jelas. Hidung yang mancung, alis yang tebal , bibir yang sensual, rahang yang kokoh. Wah sempurna ...
Tapi kenapa setiap kali dia melihat pria didepannya ini selalu menimbulkan perasaan aneh dihatinya, perasaan yang sulit untuk diartikan, perasaan yang membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya dan hatinya seakan diremas-remas, perasaan yang membuat Chamber merasa tidak nyaman."Sudah puas memandangiku?"
Suara baritonnya keluar mendadak menyadarkannya, Chamber membuang muka , menutupi keterkejutannya, mencoba menelan air ludahnya namun seperti ada bongkahan batu ditenggorokannya membuatnya susah untuk menelan bahkan untuk berbicara pun ia tak mampu.Dalam keadaan lengah dengan cepat Vincent bangkit dari duduknya, menarik lengan Chamber dengan sekali sentakan dia mengunci gadis didepannya dengan dinding dibelakang dan dia didepan. Lagi-lagi seringaiannya muncul mengeluarkan senyum iblisnya, menatap lekat manik mata kecoklat milik Chamber.
Dapat dirasakannya hangat napas gadis didepannya, hangat dan wangi yang selalu dirindukannya.Chamber memalingkan wajahnya,
"Sepertinya dengan jarak sedekat ini kau bisa dengan puas memandang wajahku, kenapa kau memalingkan wajahmu, sayang" kata Vincent sambil meraup dagu runcing gadis dihadapannya ini agar menoleh ke arahnya, diangkatnya lembut dagu Chamber agar sejajar dengan wajahnya. Dirasakan napas Chamber semakin memburu,
"Apa puas hanya memandang wajahku, apa kau tidak ingin menyentuhnya?" Seringaiannya berubah menjadi seringaian licik.Dada Chamber naik turun menghadapi tingkah bosnya ini, mulutnya kelu tak mampu berucap. Matanya membulat besar dan beberapa kali matanya berkedip kedip bersama rasa panas yang muncul diperutnya. Dadanya sakit akibat detak jantung yang tak beraturan.
Chamber tak mampu untuk memalingkan muka, apa lagi menunduk karena dagunya di pegang dengan tangan kokoh bosnya. Mata Chamber seakan melompat melihat wajah atasannya yang semakin mendekat, mengikis jarak antara wajah mereka. Refleks Chamber menahan napasnya, memejamkan matanya .
Tiba-tiba tangan Vincent menyentuh rambut Chamber, turun ke bibir Chamber dibelainya pelan mulai dari bibir atas , bibir bawah. Tubuhnya gemetaran.Ya tuhan apa yang harus ku lakukan?
Chamber mendorong tubuh Vincent, dan lari keluar ruangan.
#Vincent PovVincent berdiri mematung, dia mengacak rambutnya, wajahnya sayu , tatapan matanya dingin dan melemah.
Ternyata kau masih belum mengingatku, sayang!
Batinnya berkata lemah.
Dia terduduk lemas dikursinya, mengingat kejadian tadi.
Dia rindu, dia tak sabar lagi ingin menyentuh , memeluk , memiliki ! Gadis yang selama ini dia cari. Dia sudah tak sabar , keadaan ini terlalu menyiksanya.Beginikah cara mu menghukumku Tuhan?
Gadis itu harus menjadi miliknya, bagaimana pun caranya dia harus mendapatkan gadis itu!!! Apa pun cara itu, suka tidak suka , mau tidak mau, Gadis itu harus menjadi miliknya, seutuhnya!!!
See You in next part :*
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE ! (Mermaid)
Random#21+ Dia semakin mendekatiku,rahangnya mengeras,bibir atasnya terangkat sblah,memperlihatkan senyum iblisnya.Tatapan matanya sangat intens,aku menggigit bibir bwahku bingung. tapi dia siapa?aku tidak mengenalinya,ku lirik ke kiri-kananku untuk memas...