14

31.9K 1.7K 54
                                    

"Kamu tidur di rumah aja" Jawab Azka. Kamu? Tunggu... Sejak kapan panggilan itu berubah? Astagah! Azka tidak bisa di tebak. Lola semakin melayang di buatnya.

"Boleh, kak?" Pertanyaan gila yang tidak pernah ada di pikiran Lola. Biasanya ia tidak perlu menanyakannya. Ia malahan menyodorkan diri. Mungkin kali ini ia benar-benar tidak terkendali setelah melewati moment indah seperti khayalannya.

Azka tersenyum lalu mengangguk. "Tidur di kamar kakak?" Tanya Lola memastikan.

Kembali Azka mengangguk. "Ia! Itu kan yang kamu mau?" Lola nyengir kuda. Azka sudah tahu apa yang di pikirannya.

Wajah Azka mendekat dan mencium bibir Lola sekilas. "Ayo pulang!" Ucapnya. Lola mengangguk dan membenarkan tempat duduknya seraya membingkai pipinya dengan kedua tangan. Ia sangat bahagia. Semoga ini akan terus berlangsung dan Azka tidak berubah menjadi dingin lagi.

***


Harapan Lola mengenai Azka tidak berubah menjadi dingin ternyata tidak terkabul. Sekarang ia kembali menggigit jari karena Azka yang berubah menjadi dingin seperti sedia kala. Di malam sekembalinya dari pesta, Lola sangat bahagia karena Azka masih bersikap manis sampai di rumah. Ia memperbolehkan Lola tidur di kamarnya dan dirinya mengungsi ke kamar saudaranya, Bara.

Sebelum tidur, ia juga memberikan baju tidurnya pada Lola dan menyelimutinya yang sudah berbaring. Mengacak rambutnya seraya mengucapkan selamat malam dan mengganti lampu dengan lampu tidur membuat Lola mimpi indah sepanjang malam. Ia tidak ingin bangun dari mimpinya. Ia ingin terus seperti itu.

Keesokan harinya, Lola bangun dan bersiap-siap ke sekolah dengan seragam yang sudah di ambil supir keluarga Azka dari rumahnya sebelum ia bangun. Ia memancarkan senyum bahagianya hingga di ruang makan. Ia hendak membuka mulut embernya dan menceritakan semuanya pada keluarga itu. Tetapi Azka menatapnya dingin, enggan menjawab sapaannya dan langsung beranjak dari tempat duduknya sebelum Lola selesai sarapan. Azka menyuruh Lola cepat menyelesaikan sarapannya jika tidak ingin ditinggalkan.

Lola melupakan rencananya untuk bercerita. Ia buru-buru menyelesaikan sarapannya. Sela dan Yoga sudah memperingati Azka agar menunggu Lola yang belum selesai, tetapi Azka tidak memperindahnya. Ia semakin mempercepat langkahnya keluar rumah. Mau tidak-mau, Lola pun ikut buru-buru.

Sepanjang jalan ke sekolah, tidak ada satu kata pun yang terucap dari Azka. Lola sudah bersikap seperti biasa. Membuka mulut selebar-lebarnya, menggodanya. Tetap saja Azka tidak bisa luluh.

Azka yang manis seperti malamnya telah menghilang tak berbekas

Sudah sepuluh hari sejak malam itu, Azka tetap tidak berubah menjadi manis. Ia telah kembali menjadi dingin, sangat dingin. Lola pun semakin mati-matian mencoba mencari perhatiannya.

"Kak... nanti pulang jam berapa?" Tanya Lola pada Azka di koridor sekolah.

"Ngga tau!" Jawab Azka ketus.

"Aku nunggu ya, kak. Kita pulang bareng" Kata Lola

"Ngga!"

Azka berlalu meninggalkan Lola yang kecewa. Cowok itu masuk ke kelasnya. Beberapa hari ini Azka tidak tentu pulangnya jam berapa. Ia sibuk mengurus keperluan sekolah untuk menyambut hari kemerdekaan. Ia memang bukan pengurus OSIS karena ia tidak menyukai posisi itu, tetapi guru dan beberapa siswa meminta tolong padanya untuk ikut mengurus segala keperluan. Dua hari terakhir, Azka kembali kerumahnya sudah hampir maghrib. Lola bahkan sudah pulang ke rumahnya. Ia tidak bertemu dengannya di rumah.

Hari berikutnya sekolah mereka tidak tentu belajar lagi. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Pada saat istirahat pertama, Lola tersenyum lebar. Ia akan memasuki ruang osis bersama yang lainnya. Setiap kelas, dua orang siswa/siswi mewakili kelas masing-masing untuk menghadiri rapat penyambutan hari besar tujuh belasan. Dalam rapat ini akan di bahas mulai dari hal terkecil hingga hal terbesar. Beberapa perlombaan, konsumsi dan piagam-piagam penghargaan untuk para pemenang.

LOLA ✅ [SHIC #3] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang