"Jam berapa besok ke rumah?" Tanya Azka. Entah kenapa ia penasaran kedatangan Lola ke rumahnya. Padahal sebelumnya gadis itu selalu datang setiap hari ke rumahnya. Bahkan ia sudah tau jadwal kedatangannya di hari libur maupun di hari biasa.
"Jam sepuluh, kayak biasa, kak" Jawab Lola. Besok akhir pekan, biasanya Lola datang jam sepuluh ke rumah Azka.
Azka manggut-manggut, "Tunggu aja besok kujemput" Tambahnya.
"Heh?" Lola terkejut. "Kakak mau jemput Lola ke rumah?" Tanyanya memperjelas.
Azka kembali mengangguk, "Ia" Jawabnya serius.
Lola berhenti dan menerjang Azka, "Makasih, kak" Ucapnya. Ia mendongak dan berjinjit lalu mengecup pipi cowok tersebut.
Azka hanya tersenyum tipis lalu melanjutkan langkahnya. Mereka kembali berjalan ke parkiran kafe. Jam sudah menunjukkan angka sepuluh kurang seperempat. Sudah saatnya Azka mengantar Lola pulang dan mengakhiri acara kencan mereka.
"Kak, aku boleh berdiri lagi?" Tanya Lola
Azka mengiyakan dan melambatkan laju motornya. Ia membiarkan Lola tertawa di belakangnya. Gadis itu memegang kedua bahu Azka dan sesekali memeluknya.
"Kak, aku belum mau pulang" Lola menunduk dan menempatkan bibirnya pada telinga Azka.
"Kenapa? Kamu belum ngantuk?" Lola mengangguk mengiyakan. Azka memutar arah. Mereka akan melewati jalan yang membutuhkan waktu lama sampai ke rumah Lola. Jalan paling jauh.
Mengetahui jalanan yang dipilih Azka yang paling jauh dari rumahnya, Lola semakin mengembangkan senyumnya. Kali ini ia sungguh-sungguh berharap Azka tetap seperti ini. Tidak berubah menjadi dirinya yang dulu lagi. Dingin!
Azka menepikan motornya dan memutar badan menghadap Lola yang terlihat kebingungan. "Loh, kenapa berhenti, kak?" Lola makin gelagapan melihat Azka membuka jaketnya.
"Pakai ini kalau ngga mau kedinginan!" Ucapnya memakaikan pada Lola. Beberapa kali ia mendengar Lola meringis karena angin malam mengenai tubuhnya.
"Buat kakak apa? Kakak ngga kedinginan? Aku ngga kedinginan, kok" Kata Lola beruntun
"Pakai aja!"
Lola tersenyum dan mengangguk. Azka kemudian menutup kepala Lola dengan topi kepala jaket tersebut. Setelah itu ia kembal ke posisi awal dan melanjutkan perjalanan mereka. Lola menghirup aroma Azka dari jaket tersebut. Sekali lagi ia tersenyum lalu memeluk pinggang Azka dari belakang. Azka melihat pada pinggangnya yang terasa sesak karena kuatnya tangan si gadis melingkar di sana. Ia sudah tahu, Lola pasti senyam-senyum alay di belakangnya.
Beberapa saat kemudian Lola kembali berdiri. Kali ini ia tertawa kencang. Ia tidak merasa kedinginan seperti tadi. Jaket itu membuatnya hangat.
"Kak, ada balap motor ya?" Lola kembali duduk. Ia sedikit merinding dengan beberapa pengendara yang ugal-ugalan mendahului mereka. Tiga motor besar, dua orang berboncengan dan satu orang sendiri.
Ketiga pengendara itu tiba-tiba berhenti di depan mereka, sehingga Azka juga menghentikan laju motornya. Salah satu di antara mereka membuka helm dan menyeringai. "Cewek lo bagus juga. Bagaimana kalau malam kita berbagi?" Laki-laki berkulit hitam dan berbadan besar itu tampak sangat menyeramkan. Bulu-bulu jambang di wajahnya dan rambut gondrong keriting menambah kebengisan wajahnya.
Lola gemetaran di belakang Azka. Keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya. "Gue ngga suka berbagi! Lebih baik lo cari yang lain!" Jawab Azka tenang.
"Sombong banget lo" Tambahnya menyeringai. Sungguh menakutkan! "Lo yakin cewek lo ngga berbagi di belakang lo?"
"Gue ngga peduli!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOLA ✅ [SHIC #3] [TERBIT]
Teen FictionGANTI JUDUL. CEWE BARBAR => LOLA Sequel of (S)He Is Crazy #2 Cover by : @Lita-aya SELURUH CERITA MASIH UTUH. TAPI PRIVATE ACAK. FOLLOW UNTUK MEMBACA KESELURUHAN CERITA!! Mungkin kata 'BARBAR' saja tidak cukup untuk Lola bagi Azka. Ia tidak tahu...