4. Bunga Jatuh Di Jakarta

32 2 0
                                    

Jakarta 14 Febuari 1997, Dhesta Monika.

"Mochi mochi, konbanwa".

Nama ku Dhesta aku kelahiran Jakarta dan aku meiliki mimpi menjadi wartawan, sekarang aku seorang pelajar di SMA 11 Kyoto Jakarta, aku juga berfropesi sebagai penyiar radio disekolahku K-J.fm.

"Konbanwa, selamat malam, bertemu lagi dengan saya Tata chan di acara sahabat pena Kyoto Jakarta, apa semua teman-teman dan para pendengar sudah makan, Tata chan belum, jadi yuk kita makan dulu sambil mendengarkan sebuah lagu yang diminta oleh seseorang berjudul Bunga Jatuh Di Jakarta - Rackmanovick.

Kita tidak pernah tahu kapan bunga-bunga jatuh di Jakarta,

Kita tidak tahu kapan orang yang kita cintai jatuh cinta pada kita,

Sampai dia berkata, jangan pernah meninggalkanku,

Kita tidak pernah tahu kapan bunga-bunga jatuh di Jakarta,

Bunga-bunga berjatuhan dari atas bertaburan dijalan-jalan Jakarta,

Lalu semua begitu indah saat kita berjalan dibawah jatuhnya bunga,

Kita berjalan bersama wanita yang kita cintai,

Tolong jangan pergi,

Aku mencitaimu selamanya (oh yeah),

Jangan pergi,

Aku sangat mecintaimu (oh yeah),

Bunga-bunga berjatuhan di Jakarta,

Seperti taburan bunga di acara pernikahan,

Ini membuatku ingin berdansa denganmu (come on),

Ini membuatku ingin bernyanyi denganmu (come on),

Ini membuatku ingin melamarmu ( come ooon!)

Bunga-bunga jatuh di Jakarta,

Aku jatuh cinta padamu,

Menikahla dengaku,

Dan akan aku miliki kau selamnya.

"Iya itu lah bunga yang jatuh di Jakarta, sebuah lagu untuk malam ini, dan juga malam ini kita akan membahas persahabatan Kyoto Jakarta, dan kita juga kedatangan seorang tamu, tamu yang jauh dari Kyoto, teman-teman penasarankan, inilah dia Mika chan, yeee."

"Hi, konbanwa, selamat malam teman-teman dari Indonesia," kata Mika chan, Indonesia, soal Indonesia memang sudah diakui tahun 1961, tapi kami tetap saja dibawah kekuasaan Tokyo, tidak ada yang berubah, Kaibodan, Sainendan dan Hizbullah masih bermunculan masih menjadi yang terkuat setelah Kompetai, yang berbeda hanya penyatuan negara Indonesia bagian barat, timur, negara Borneo dan Papua barat daya menjadi satu negara dibawah pusat Jakarta dan dikontrol penuh oleh Tokyo.

"Mika chan, bagaimana kesan anda tentang Jakarta?."

"Jakarta kota yang Indah, Kyoto akan terus menjalin kerja sama dengan Jakarta, tentu saja dalam hal pendidkan dan edukasi, kita juga akan mengadakan pertukaran pelajar dan guru, semua akan menyenangkan, Dai Nippon berbeda dengan Nederland yang sangat rakus."

"Apa yang Mika chan suka dengan Jakarta?."

"Disini orangnya ramah dan makanan disini enak."

"Makanan apa yang Mika chan suka?."

"Mie goreng, Mika suka."

Indonesia negara yang kami impi-impikan, M.Yamin, Mr.Cokroaminoto dan Doewis Dekker, apa mereka akan lahir kembali, seperti apa Indonesia bila Jepang kalah perang? Apa aku bisa kuliah saat itu? Apa negara bisa mengahapus penderitaan rakyat? Apa harga minyak murah saat itu? Apa mahasiswa dan para petani bisa hidup tenang? Apa biyaya listrik dan air murah, apa kemiskinan dan kelaparan akan lenyap? Bagaimana nasif kaum perempuan dizaman itu? Apa mereka menjadi kaum yang maju dan intelektual? Atau mereka akan ditindas? apa di masa itu kami bisa beli beras? Apa penjabat akan berhenti memeras kami? Apa peresiden bisa mengurus penjabatnya? Bagaiman dengan Papua apa mereka akan makmur dimasa itu? Apa nelayan kita bisa berlayar di laut mereka sendiri? Apa para tentara, polisi dan pengusaha tidak menindas kami lagi? Seandainya Jepang kalah perang akan jadi apa Indonesia? Apa kami bisa hidup dimasa itu? Bisa belajar dan makan nasi.

Akan jadi apa Indonesia bila Jepang kalah perang?, saat ini Jepang menang perang, Tokyo mengontrol kami, Syico yang korup dan kami tidak bisa protes, saat kekecewaan tidak bisa disampakan, saat kami tidak bisa protes, beginilah, kami mati tapi mimpi kami tentang Indonesia tidak mati.

Alamandra : Terompet EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang