5. Pria Senja

28 2 0
                                    

Banjarmasin. 28 Desember.

Sungai Pinang, Sungai Cuka, Sungai Martapura, Sungai Lulut, Sungai Mesa, Sungai Jingah, Sungai Miae, Sungai Alalak, Sungai Gampa, Sungai Ulin.
Banyak lagi, terlalu banyak sungai disini.

Di 28 Desember,
Jerman mengebom barat daya Amerika.
Di 28 Desember.
Dewan kerhormatan blok poros di Berlin menyepakati menghentikan perbudakan terhadap kaum wanita dan menerapkan kesetaraan hak hidup, Geisya menjadi masalah, Tokyo berjaji akan meyelesaikan ini.
Di 28 Desember.
Tokyo mengadakan kampanye besar-besaran tentang pentingnya peningkatan suberdaya manusia di Asia.
Di 28 Desember.
Pulau pormusa di blokade Jepang.
Di 28 Desember.
Turki menduduki Yaman dan Oman, fikih disatukan ditanah arab, suni menjadi maszab utama.
Di 28 Desember.
Terjadi pemberonrakan di Libya, Omar Zaidi tokoh mujahidin dihukum mati oleh Italia.
Di 28 Desember.
Pasukan PETA menyerbu Ambarawa dan Tasikmalaya, serangan mereka ditujukan pada Sheinendan, pemimpin Sheinendan Hito Gumi terbunuh di Tasikmalaya.
Di 28 Desember.
Berlin menolak majalah play boy dan adegan sex dalam semua film dalam durasi sekitar 1 menit, film the unicron and girl diboikot dan dilarang beredar.

Borneo, Banjarmasin 28 Desember jam 17:32.

Matahari berwarna emas dibayangi awan kelabu, beberpa jam yang lalu baru saja hujan, udara lembab terasa disebuah taman kota yang terdapat pohon dedalu, daun dedalu begitu lebat dan menjutai bagai selendang.

Angsa kesepian terbang ke garis cahaya sore, dia menuntun sore untuk pergi bersamanyam ke barat, ke ujung sungai angsa pelangi, diatas jembatan putih baiduri.

Rumput yang ujungnya bagai kapas bergoyang diterpa angin, dibawahnya ada beberapa cendawan tumbuh, siput pohon muncul untuk pulang, baru saja mereka memakan banyak lumut dan tunas yang manis renyah juga segar.

Senja muncul merambat, bagai air pasang dia menganti sore, seorang pria duduk dikursi kayu taman kota dibawah pohon dedalu.

Pria itu memainkan biola, ada alunan lembut pada bunyi gesekanya, seakan ingin menyampaikan pesan kerinduan yang dalam untuk seorang wanita, nada dari gesekan itu begiti sedih, penuh cinta dan penantian, penuh kerinduan, namun tidak bisa ditangisi.

Nada-nada itu, mengaung menjadi melody memiliki banyak warna, ada kuning emas seperti madu yang mengambarkan kesetiaan, lalu ada warna yang paling banyak keluar yaitu jinga menyerupai senja mengambarkan kerinduan, ada warna hijau muda muncul menyerupai garis seperti tali nilon mengambarkan perasaan yang kuat tentang persahabatan, lalu ada warna biru muda terpancar bagai air disebuah keran mengabarkan kesedihan, dan terakhir ada warna unggu gelap yang muncul bagai serbuk manik-manik beterbangan mengambarkan cinta yang terpendam begitu dalam.

Angsa kesepian muncul didanau kaca berhias teratai dan daun bakung, terlihat jelas didepan sang pria, pria itu sering datang ketaman kota saat menjelang senja, maka dia pun dijuluki pria senja.

Pria senja jangkung dan suka memainkan biola, wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup topi, namun matanya berwarna coklat terang.

Pria senja tidak menulis buku, tapi dia menulis banyak lagu dan puisi, dia kesepian, dulu dia memiliki seorang sahabat, seorang wanita, seorang bidadari, berkerudung biru karamel dan berkacamata, membawa banyak buku ditas ranselnya, bidadari beransel mereka menamainya.

Pria senja masih duduk disana sambil bermain biola, nadanya lembut dan pelan namun jelas, bunga alamandra terlihat bagai terompet emas bertumbuhan dibelakang pria senja.

Dua ekor kupu-kupu berwarna kuning terang muncul menari digaris cahaya senja berwarna merah emas, merah emas bagai tembaga, "mungkin mereka bersahabat," pikir sang pria senja.

Alamandra : Terompet EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang