14. Menunggu Kembang Api Di Moskwa

25 1 3
                                    

Moskwa, 31 Desember 1970. Natsha Romanova.

"Vodka! Vodka! Vodka! Hanya itu yang dicari pelacong dari Indonesia, dasar para bocah-bocah inlander kulit coklat, memangnya kalian tahan kadar alkohol vodka."

Jam 12 siang menjelang tahun baru, di toko apel dan pir milik Mr.Boris Blanter, disekitar sungai Moskva di sisi kiri jembatan Bogdan Khmelnitsky, sedikit ketengah dari lapangan Eropha, bergeser ke terminal kereta Kiyevsky, dari arah belakang di Moscow Internasional Business Center banyak orang-orang makan sushi disana sambil memakai topi Ushanka, orang-orang itu bertemu para pelancong dari Wosingtown yang menyebut diri mereka "Amrican people," para Amrican people itu bertanya dengan bahasa Inggris aksen Amerika, "apa semua beruang di Moskwa sudah mati?" pertanyaan itu membuat orang-orang yang sedang makan sushi sambil minum vodka itu langsung berdiri dengan mulut menganga, mereka tidak percaya dengan pertanyaan para pelancong dari Amerika itu. Diujung kanan jembatan Borodinsky terlihat beberapa orang nekat memancing sambil membawa anjing mereka yang sudah berhari-hari tidak mandi, jadi disuhu dingin itu mereka memancing sambil menikmati aroma amis ikan dan bau anjing mereka. Beberapa mahasiswa Indonesia dan Ukraina terlihat membaur lalu lalang didepan Kantor Pemerintahan Federasi Rusia, para mahasiswa Indonesia itu berjalan ditengah hawa dingin sambil membawa termos yang berisi kopi Sumatra yang rasanya sekuat pukulan tinju Nickolay Valuev.

Tidak ada barang yang murah di Moskwa di tahun 1970, bahkan untuk buah apel dan pir (maaf aku tidak bisa menyebutkan harganya karena beberapa alasan), beberapa mahasiswi Rusia duduk sambil melihat kearah sungai Moskava, mungkin dari balik sungai itu mereka melihat Katyusha atau mungkin sedang melihat masa depan Rusia, para mahasiswa itu sedang asik minum teh, sambil menyanyikan lagu dan kadang mengoyang-goyangkan tubuh mereka, bagi mahasiswi Rusia di Moskwa di  31 Desember 1970 menjelang tahun baru duduk didekat sungai Moskava adalah momen yang tepat untuk minum teh dan menceritakan tentang beruang merah, atau mungkin pacar-pacar mereka yang bergabung dengan resismen penjuang revolusi pembebasan Rusia yang melawan Jerman disekitar Stalingrad, kabarnya pasukan revolusi Rusia menang besar di Stalingrad, jadi di 1970 Jerman mungkin tidak lama lagi bercokol di Rusia.

Di tahun 1970 hampir semua mahasiswi Rusia terlihat sangat cantik, beberapa mahasiswa asing nampak bingung dengan kecantikan mereka, penampilan mahasiswi di Rusia selalu saja rapi dan cantik, Apa mereka akan pergi kencan kerestoran mewah atau pergi keacara teater di Bolshoi Theatre Moscow sehabis kelas perkuliahan usai?

Seorang wanita dari Chicago Amerika menanyakan "hai, how are you?" pada seoang supir taksi, sang supir menjawabnya dengan serius dan panjang lebar, di mulai dari dia sarapan Ocpocmaq namun yang diucapkan sang sopir adalah "uchpochmak," sang supir juga menceritakan dia masuk wc kira-kira kurang dari satu jam saat jam 7 lewat tadi pagi, dia juga sempat membaca majalah bola, sang sopir juga kecewa dengan kedatangan pasukan Nazi Jerman di Rusia, karena kedatangan mereka membuat jalan-jalan di Moskwa macet, bahkan kemacetan sangat parah saat hari senin, jumat dan sabtu, sang sopir taksi bernama Nicolas Racmaninoff juga ujuk kebolehan pada wanita Chicago itu dengan menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki, namun menurut Rose Ingnit si wanita Chicago semua hal yang dilakukan Nicolas sangat terlalu serius.

Eldan Doogen pria yang cukup menyebalkan karena selalu bertingkah konyol dan selalu saja minta traktir vodka, dia juga suka merayu wanita sampai akhirnya seorang polisi keamanan di Moskwa Squer menjewer kupingnya dan membawanya kepos polisi terdekat. Eldan akhirnya mendapat hukuman mengepel lantai sekitar pos polisi, sebenarnya menurur orang-orang yang lalu lalang didepan Eldan yang sedang mengepel, itu bukan lah hukuman, itu hanya keisengat atau akal bulus konyol para polisi Moskwa.

Mr.Sarvaraz Yusuf kelahiran Islamabad Pakistan yang tinggal sebagai ahli software angine di Moskwa menganku sedikit sekali menemuka orang di Moskwa yang memakai bahasa Inggris, itu dikarenakan orang Moskwa tidak terlalu tertarik dengan hal yang berbau Britis kecuali teh.

Natsha Romanova wanita kelahiran 21 Juli 1951, duduk disebuah taman diseberang sungai Moskva, saat itu tepat jam 11:30 malam, dimana jam 11:30 malam di 31 desember 1970 orang-orang mengetuk rumah orang terdekat mereka untuk minum champangne dan Cognac sambil makan ikan herring dan salad olivia. Natsha Romanova malam itu berdiri ditepian sungai Mokva dan belum bisa melupakan kekasihnya yang kabarnya tewas dipertempuran Stalingrad, Rubin Krasnodar pria yang selalu memberinya bunga dan menyanyikan lagu untuknya. Dimalam itu Natsha berdiri di tepi sungai Moskwa sambil melihat kalung pemberian Rubin, disana ada foto Rubin dan Natsha. Dan dapat kita pahami kadang begitulah seorang wanita yang hatinya sudah dicuri oleh orang lain.

Cerita cinta di Moskwa kadang selalu tidak sama seiring musim dingin berakhir, walau hati seorang wanita selalu setia untuk kekasihnya, memang cinta sejati tidak akan berubah, terkadang kita yang salah paham karena melihatnya dari sisi yang lain, di Moskwa waktu kadang lebih berarti, "berdirilah disampingku," terdengar lebih indah dan dalam saat disampaikan di Moskwa dengan penuh kerendahan hati dimalam menjelang tahun baru, atau "tetaplah dihatiku," membuat sangat emosional saat diucapkan di Moskwa, "dan diriku bukan lah aku, dan Moskwa bukalah Moskwa, dan semua memang bukan apa-apa, tanpa dirimu."

Pohon apel dan pir berbunga dan bunga-bunga itu bermekaran, kabut mulai turun di sungai Moskva, dari tepianya kita bisa melihat Katyusha, dari sana kita bisa melihat masa depan Rusia, ditepian curam nan tinggi, sambil berjalan orang-orang mulai bernyanyi, dihamparan tanah nan gersang, melantunkan lagu dan membacakan sajak-sajak cinta, tentang kisah seorang gadis yang menatap masa depan ditepian sungai Moskava yang mengalir menuju cahaya matahari, dia memiliki seorang kekasih yang menjadi seorang perajurit pejuang dari pasukan revolusi Rusia, "Salam Kyusha untukmu," kata gadis itu pada sang kekasih. Sang gadis dimalam ini sedang berdiri menghadap tepian sungai Moskva, dia teringat senyuman sang perajurit, "akan kami pertahankan tanah air kita, seperti Kyusha yang menjaganya," kata-kata sang perajurit itu sebelum mereka berpisah.

Pohon apel dan pohon pir bunga-bunganya bermekaran, berterbangan ditiup angin sampai terbawa ke Moskwa-Down dua jam dari Tyumen, salju berjatuhan dijalan-jalan disekitar Kremlin, orang-orang berlalu lalang dan ada juga yang duduk ditaman-taman, menjelang pergantian tahun di Moskwa orang-orang tersenyum dan percaya masa depan yang cerah untuk Rusia, peswat Turki Airlines yang baru datang dari Istambul malam ini baru saja mendarat di bandara Vnukovo.

Seorang pria berdiri dibelakang Natsha sambil membawa seikat bunga dan berencana akan melamarnya, pria itu tidak mengatakan apa-apa, dia menunggu Natasha berpaling kebelakang, jadi rencananya bunga itu akan diberikan saat momen yang tepat, dan momen yang tepat adalah saat Natsha berpailing kebelangkang tepat jam 00:00 dimana pergantian tahun, dan saat itu kembang api akan diluncurkan seperti roket dan meledak seperti bunga di langit Rusia, cahayanya begitu indah saat melihat semua itu di Moskwa. Pria itu adalah Rubin Krasnodar, ternyata si pria sialan itu belum mati, dan saat ini jam 23:50, artinya Rubin Krasnodar harus menunggu 10 menit lagi untuk menyerahkan bunga itu pada kekasihnya.

Dan aku ucapkan, "selamat tahun baru Rusia, selamat tahun baru Moskwa."

Alamandra : Terompet EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang