6. Pria Senja II

16 2 0
                                    

Bunga pohon wilou berwarna putih dan merah jambu berterbangan, menghambur bagai bintang. Bunga seroja menutup kelopaknya, teratai-terarai berbunga unggu mengapung bagai melayang dipermukaan air, bergoyang-goyang diterpa angin dan gelombang.

Angsa kesepian terbang ketepi cahaya emas senja, terbang bagain ke ujung dunia membawa banyak kerinduan, kerindua diwarna jinga senja, diatas danau sebening kaca, melintas diudara, membawa pesan yang tidak akan sampai ke seorang wanita, wanita yang kini jauh disana.

"Siapa?," tanya matahari yang sekan tengelam didalam lumpur.

"Dia," kata cahaya senja.

"Pria itu," kata awan-awan yang berarak.

"Biarkan dia disana," bisik angin.

"Mengapa?" tanya sungai yang mengalir bermah kota bunga terarai unggu dan bunga bakung.

"Dia kesepian," jawab bunga lili yang tumbuh didekat sungai.

"Sahabatnya sudah pergi," kata pohon dedalu yang daunnya bagai selendang.

"Kemana?" tanya batu berjaket lumut.

"Kepelukan seorang pria," kara bayangan yang termenung diatas batu.

"Pria itu mempersuntingnya," kata rumput liar yang dipenuhi butiran air, butiran air itu bagai bercahaya seperti mutiara.

"Kasihan sang pria senja," kata tanah yang lembab.

"Dia menanti wanita yang sudah dimiliki orang lain," kata lampu taman kota.

"Wanita yang hatinya di curi oleh orang lain," kata sekuntum bunga asoka.

"Kasihan, tolong rayu lah dia," kata lumut pohon yang memandangi pria senja.

"Untuk segera pulang, malam akan datang," kata genangan air ditanah raman kota.

Alamandra : Terompet EmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang