Tiga hari sebelum pelantikan Hokage
Cahaya matahari masuk melalui jendela menerobos masuk ke pelupuk mata calon Rokudaime mengusik tidur nya yang bisa dibilang sangat tidak nyenyak.
Memang bocah kuning ini kurang cocok untuk memikirkan sesuatu. Teman-temannya selalu berkata dia tipe bertindak tanpa berpikir.
"Hah ~ sudah pagi" ucapnya lemas.
Melangkahkan kaki turun dari tahta pengantar mimpi pelepas lelah. Yang akhir-akhir ini dia rasa tempat tidurnya tidak berfungsi dengan baik. Mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Selesai membersihkan diri dan lengkap memakai pakaian sehari-hari dengan lambang konoha yang sudah tersemat di dahinya Naruto keluar ke beranda nya. Menarik napas dan "Yosh! Hari ni aku akan fokus!" Ucapnya meyakinkan diri.
Tak butuh lama untuk sampai ke kantor hokage dari apartrment nya.
"Ohayoo Gozaimasu!!" Ucapnya lantang membuka pintu ruang hokage tanpa mengetuk pintu. Membuat kaget sang empunya ruang dan asisten pribadinya.
"Cih. Kau terlihat bersemangat pagi ni. Ku harap semangat mu tak membuat ku pusing hari ni." Ucap Godaime hokage sambil mendelik ke arah naruto.
"Tentu saja baa-san! Cita-cita ku menjadi hokage!" Ucapnya lantang dan berusaha meyakinkan hati nya serta mencoba melupakan pikiran yang belum terselesaikan.
"Oh.. Kita lihat saja sampai mana semangat mu itu bertahan. Hahhaha.." tawa terbahak seorang Godaime yang terkesan seram dan membunuh.
7 jam berlalu.
Naruto yang awal nya semangat kini keluar dari kantor hokage dengan keadaan yang tak bisa di bilang baik.
"Aku rasa aku hampir mati kesemutan tadi. Hah~" napas berat Naruto dengan jalan tersoek soek.
Berencana mengisi energi nya yang menguap karna duduk bersimpuh mendengarkan ceramah para tetua konoha, Naruto melangkahkan kaki nya ke Ichiraku Ramen
"Paman~ satu mangko jumbo ramen seperti biasa~" lemas
"Oh.. Naruto.. Kenapa kau terlihat lemas sekali (?) Duduk lah, akan segera ku buat pesanan mu." Balas paman teuchi.
"Aku tidak ingin duduk, aku akan berjalan-jalan di sekitar kedai mu sambil menunggu." Ucap Naruto
"Oh. Baiklah." Sahut paman Teuchi.
Naruto menyisiri area Ichiraku Ramen sembari menunggu pesanannya siap. Tidak punya niat duduk, karna 7 jam duduk bersimpuh sudah cukup baginya untuk kegiatan duduk hari itu.
"Hah~ lelah juga tapi kalau berjalan terus." Hela napas berat yang akhir-akhir ini menjadi hobi barunya.
Memilih menyandarkan tubuhnya di balik dinding Ichiraku Ramen, menerawang menatap langit. Entah apa yang dipikirkannya.
"Hai~ kau sudah dengar?" Ucap seseorang yang diketahui baru masuk ke kedai Ichiraku dan duduk dekat dengan dinding yang dibaliknya Naruto sedang menyenderkan diri.
"Oh. Tentang Hinata-sama ?" Ucap lawan bicaranya lagi.
Mendengar nama Hinata disebut sontak menarik perhatiannya kembali kedunia nyata.
"Hush! Kenapa kau menyebut namanya? Bisa gawat kalau ada souke Hyuga mendengarnya." Ucapnya
"Ah gomen! Tapi tak masalah kan? Kau tau dia itu sudah di buang dari keluarga Hyuga sejak kecil. Posisinya bahkan lebih rendah dari pada kita yang bunke. Hahaha." Ucapnya diikuti tawa.
Sekarang Naruto bisa tau jika yang bicara di balik dinding ini adalah salah satu hyuga. Naruto jadi teringat ketika ujian chunin. Tentang pertandingan Hinata dan Neji. Dan pertandingan dirinya dan Neji. Naruto ingat fakta tentang Hinata yang tak diakui keluarganya dan hubungan souke dan bunke yang sangat membuat neji dan hinata tak bersahabat kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of War, Start For Everything
FanfictionPerang dunia ke empat telah usai. Semua kembali ke desa masing-masing. Kegaulaun Naruto tentang perasaan yang tak ia mengerti. Di balik sikap Hinata yang menjauhi Naruto. PILIH ENDING VERSI MU SENDIRI temukan tiga panel ending dengan versi yang ber...