Bab 7

8.8K 432 0
                                    

Ali Pov

Aku mencampak surat yang dititip kan Eca oleh Dian padaku. Apa-apaan dia pergi tanpa pamit dan hanya meninggalkan sepucuk surat sialan itu pada ku. Dan lebih parah nya lagi Dian dan Om Anwar tidak memberi tahu kemana Eca pergi, nomor telfon nya juga tidak aktif, ada apa dengan dirinya. Kenapa tiba-tiba dia pergi begitu saja. Apa ini ada sangkut paut nya sama Lien. Ya pasti dia adalah dalang utama nya. Sialan.

"Mely, tolong kamu batal kan semua jadwal meeting saya hari ini. Saya ada urusan."
Urusan bersama lelaki brengsek geram ku. Lihat saja dia, akan ku habisi dia dengan tangan ku sendiri.

Aku melaju menembus jalanan ibu kota menuju kantor Lien. Begitu sampai aku langsung menerobos masuk kedalam ruangan nya tanpa memperdulikan teriakan sikertaris nya. Dan lihat dia sedang makan siang bersama seorang wanita di dalam kantor nya. Holly shit.

"Brengsek!" aku mencekal kerah baju lalu nya mendorong tubuh nya hingga terpental ke lantai. "Pasti lo yang ngebuat Eca pergi kan." teriak ku penuh emosi, ah bagaimana aku tidak emosi melihat sahabat ku pergi yang hanya meninggal kan sepucuk surat. Wanita yang bersama nya langsung menghampiri Lien yang terduduk di lantai membantu mengangkat tubuh Lien yang terbaring lemas.

"Maksut lo apaan datang-datang langsung nyerang gue." dia bodoh atau tolol. Apa kurang jelas ucapan ku barusan.

"Eh denger ya bangsat. Gue tau Eca pergi dari jakarta pasti gara-gara lo brengsek." kesabaran ku sudah habis. Aku kembali menarik tubuh nya. Memberikan satu pukulan di perut nya hingga iya terpental lagi ke ujung ruangan. Satu pukulan lagi di wajah kiri nya, darah segar langsung mengalir deras di pelipis nya biar lah aku harus berursan dengan hukum yang pasti aku sudah puas menghajar lelaki sialan ini. Aku yakin jika Eca mengetahui apa yang aku lakukan pasti dia akan sangat murka pada ku. Tapi aku tidak bisa membiar kan emosi ku terus-terusan membara di dalam dada ku. Aku tidak bisa melihat Eca selalu sakit hati karna ulah nya.

"Stop!" wanita itu berteriak saat aku ingin memberikan satu pukulan lagi di wajah kanan nya. "Aku mohon jangan pukuli bang Max, kita bisa bicarakan ini baik-baik." ucap nya terisak. Aku melepas kan cengkraman di baju nya. Kali ini wajah nya sudah babak belur tidak lagi dia terlihat tampan. Kalau tidak karna wanita itu sudah ku habisi dia sekarang juga.

"Gue bisa berbuat yang lebih nekat dari ini kalau gue tau Eca kenapa-kenapa, perusahaan sialan lo bakal jadi korban nya." ucap ku tepat di depan wajah nya. Sungguh aku sama sekali tidak main-main dengan ucapan ku. Jika sampai aku mendapat kabar Eca kenapa-kenapa dia dan perusahaan nya akan aku hancur kan bersama-sama. Dia masih diam dan mengusap darah yang mengalir di sudut bibir nya, wanita itu juga membantu mengelap darah nya dengan tisu sambil terisak.

"Maksut lo apa sih, emang salah abang gue apa, kenapa lo tiba-tiba kayak orang kesetanan gini." oh ternyata dia adik si brengsek apa adik nya tidak tau sikap brengsek abang nya selama ini.

"Gue yakin kepergian Eca sahabat gue gara-gara abang lo. Dia tiba-tiba pergi dari jakarta dan gue gak tau dia kemana itu semua pasti gara-gara abang lo." wanita ini tanpak shock. Pandangan nya beralih ke Lien.

"Nih gue kasih tau sama lo ya. Lo itu punya abang brengsek!" ucap ku dengan kasar. Lalu pergi meninggal kan mereka. Lihat dia sama sekali tak bersuara. Kemana semua suara nya dulu. Saat dia menghina Eca, saat dia mengatai Eca murahan. Apa dia hanya berani dengan wanita. Lihat saja karma akan menjalan kan aksi nya.

***

Lien Pov.

"Kalau tau semua nya kayak gini, mending aku ngga pulang ke jakarta bang." Ucap Vinska, airmata nya masih terus mengalir sejak lelaki itu datang menghajar ku.

"Maafin abang. Abang juga gak tau semua nya akan jadi seperti ini."

"Dia udah pergi bang, bahkan sahabat nya sendiri tidak tau kemana kepergian Eca."

SEKEPING RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang