Bab 18

5.5K 208 5
                                    

Di kediaman Lien

Sudah dua hari Lien dan Helen berada di bandung. Taya alias orang tua Lien pun sangat senang dengan kehadiran Helen Taya tak merasa sepi lagi. Helen pun sangat pandai mencairkan suasana saat bersama Taya.
Seperti saat ini Helen tengah mengajar kan Taya merajut. Kepandaian itu dia dapati dari bakat turun menurun mama nya.

"Helen ini buat kamu." Taya memberikan syal hasil rajutan nya kepada Helen.

"Loh kok buat Helen ma?" tanya Helen bingung. Awal nya Helen pun merasa canggung dengan panggilan baru nya itu. Tapi seiring berjalan nya Waktu dia mulai terbiasa. Entah lah bagaimana jika Taya tau jika semua ini hanya sandiwara yang dibuat oleh Lien. Namum kasih sayang dan ketulusan yang Helen tunjukan bukan sandiwara, Helen sangat senang berada di dalam keluarga Lien rindu yang amat dalam kepada mama nya serasa terobati. Sikap Taya yang lembut lah yang membuat Helen sangat betah disini karna sikap yang Taya tunjukan sangat mirip dengan mama nya.

"Karna kamu orang pertama yang ngajarin mama merajut dan kamu orang pertama juga yang dibawa Max kerumah ini. Dan mama rasa kamu lah orang pertama yang pantas menerima ini." ucap nya dengan Raut wajah bahagia. Helen menyambut syal merah muda itu dari tangan nya dan langsung helen kenakan di leher jenjang nya itu.

"Makasih ya ma, aku janji nanti pasti aku bakalan kasih mama sesuatu yang indah." ucap nya dan langsung menghambur kedalam pelukan Taya.

"Oh sedang ada drama apa diantara kalian, apa mama melupakan aku sekarang." Lien muncul dari belakang aroma mint menyeruak diseluruh ruangan rambut nya yang masih terlihat lembab belum sempat dirapikan oleh pria ini.

"Max sini mama mau bicara sama kamu mumpung kalian di bandung dan ada helen juga disini."

"Mama mau bicarapa apa?" tanya Lien dia menghampiri Taya dan duduk Disebelah kanan nya.

"Jadi kapan rencana nya kalian akan melanjutkan pernikahan?" bukan cuma Lien yang disini terkejut Helen pun begitu bahkan lebih dari keterkejutan Lien. Seperti mya mereka sekarang benar-benar terjebak dalam situasi yang sangat rumit.

"Ma, Helen masih kuliah dan dia masih mau fokus dengan kuliah nya dulu." jelas Lien. Helen melihat kesedihan mulai muncul di manik mata Taya. Lantas apa yang harus Helen lakukan disini.

"Jangan jadikan kuliah itu sebagai alasan Max. Apa yang kamu tunggu lagi di usia kamu yang sudah setua ini."

"Ma kami pacaran belum lama dan mungkin Helen pun juga belum siap dengan yang nama nya pernikahan." Lien mulai melirik ke arah Helen yang dari tadi hanya diam di tempat nya, Lien tau Helen tak akan mau angkat bicara sedikit pun disini. Lien yang membuat permainan dan dia lah yang harus bertanggung jawab atas apa yang telah dia buat.

"Helen apa kamu belum siap dengan yang nama nya pernikahan?" kali ini pertanyaan nya menjurus ke Helen. Helen menatap Taya dan Lien secara bergantian. Bimbang dan bingung bercampur menjadi satu disini. Siapa sih yang tidak mau menikah dengan pria tampan bak pahatan dewa yunani ini semua orang pasti ingin bersanding dengan nya terlebih Helen sudah mendapat restu dari sang ibu. Dan apa Helen harus mengatakan 'iya' .

Dia juga sangat ingin membantu Lien melupakan masa lalu yang hampir setiap hari mengacaukan hari nya. Tapi bagaimana denga pria disamping nya yang sama sekali belum siap untuk yang nama nya berkomitmen. ah sudah lah terlalu rumit untuk di fikirkan.

"Helen terserah dengan Lien saja ma." kata-kata itu lah yang akhir nya terlontar dari mulut manis Helen dan menjebol dinding pertahanan Lien seulas senyum pun mulai terlihat di wajah Taya. Betapa sangat terkejut nya Lien mendengar jawaban Helen. Lien fikir Helen akan berkata 'tidak' tapi dugaan nya salah. "Kalau Lien belum siap untuk menikah Helen akan menunggu sampai Lien siap ma." sambung nya lagi membuat Lien semakim tersudut disana.

SEKEPING RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang