Bab 9

8.8K 403 1
                                    


Eca Pov

Ternyata Wahyu tidak main-main dengan ucapan nya. Baru saja dia memberi kabar akan bahwa dia akan datang malam ini untuk bertemu dengan keluarga ku. Aku sendiri juga belum mengabari pada papa tentang pertemuan penting keluarga ini.
Kepulangan ku juga mendadak setelah mendapat kabar dari Wahyu baru lah aku berkemas. Ah kenapa Wahyu memberi kabar yang mendadak membuat ku panik dan terburu-buru saja.

"Aku baru pertama ngeliat kamu seceria ini loh." Tegur Adit, ah iya Adit juga seorang Dokter dan dia teman yang paling dekat dengan ku selama aku berada di jogja. Tapi tentang masalah ku Adit sama sekali tidak mengetahui mungkin setelah ini baru akan ku ceritakan pada nya.

"Apa aku terlalu nampak bahagia ya?" Mendengar ucapan Adit seperti nya iya. Aku tidak tau kenapa aku bisa menerima Wahyu begitu saja yang pasti aku tidak mau terus-terusan terpuruk karna lelaki itu. Dan aku melihat kesungguhan Wahyu pada ku. Apa pantas jika aku menolak nya sedangkan aku melihat keseriusan dalam diri wahyu.

"Tidak kok. Tapi aku lebih suka kamu yang seperti ini dari pada kamu yang tersenyum dengan topeng mu itu." aku sedikit terbahak mendengar penuturan Adit. Topeng? Seperti nya Adit cukup tau banyak apa yang aku sembunyikan dari nya.

"Oke sudah siap." seru ku saat beberapa barang-barang sudah tertata rapi di dalam koper kecil. Aku ngga pindah kok hanya mengambil libur selama seminggu untuk pulang menemui keluarga ku, setelah semua nya selesai aku akan kembali kesini menyelesai kan semua tanggung jawab ku disini.

"Bakalan sepi kamu ngga ada disini." Adit menunjukan wajah sedih nya. Agak sedikit heran ya sama Adit kurang tampan apa coba kenapa aku tidak pernah melihat dia menggandeng seorang wanita ataupun bercerita tentang wanita pada ku selalu saja dia membahas masalah pasien saat bertemu dengan ku. Padahal mama nya sudah sangat ingin melihat anak nya menikah. Ck! Dasar Adit.

"Cuma seminggu kok."

"Baiklah, kamu jaga diri baik-baik ya disana." Adit mengangkat koper ku delam mobil. Tadi nya Adit lah yang ingin mengantar ku langsung ke bandara tapi gagal karna mendadak Adit ada jadwal oprasi.

"Siap pak dokter aku pergi dulu ya bye."

Aku masuk kedalam mobil ada Rendi disana yang mengantar ku ke bandara. Anak tante Sela yang baru pulang dari amerika. Tingkat ketampanan dan kedewasaan nya sudah meningkat menjadi dua kali lipat.
Mungkin ini kedua kali nya aku bertemu dengan Rendi yang pertama saat aku masih SMP dan dia sudah di pindah kan ke Amerika ya biasa lah karna disini dia nakal dan terpaksa tante Sela memindah kan dia. Lama kelamaan Rendi semakin betah di sana dan jarang pulang ke sini. Tunggu ditelfon baru lah dia pulang. Usia ku dengan nya sama tapi karna badan ku kecil aku terlihat sepeti anak SMA .

"Hay." tegur nya ketika aku sudah menduduki kursi kemudi yang ada di sebelah nya, jika kami bukan sepupuan mungkin aku sudah jatuh cinta pada pesona pria di sampingku ini.

"Hay Ren, gue pikir lo bakalan jadi warga negara sana." sindir ku. Pria itu hanya melengos sambil mengemudi kaca mata yang menghias batang hidung nya membuat ketampanan nya semakin meningkat.

"Sialan lo, gini gini gue masih cinta indonesia dan gue masih cinta mami gue." ketus nya.

"Nuggu di tlfon dulu baru pulang ya, kata nya cinta."

"Ada alasan tertentu kenapa gue jarang pulang ke sini." dih gaya banget sih anak palingan urusan percintaan.

"Setidak nya orang tua jadi nomor satu Ren. Emang alasan apa lo jarang pulang. Jangan-jangan lo nikah diem-diem ya disana?" spontan Rendi memberhentikan mobil nya secara mendadak sehingga aku pun sedikit terpental kedepan. "Kenapa sih ada kucing ya?" tanya ku sambil melihat ke luar jendela, seprti nya tidak ada satu pun hewan yang melintas kenapa Rendi berhenti mendadak.

SEKEPING RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang