Bab 5

9.2K 481 5
                                    

17+


"Nja, jangan lupa nanti siang ya di cafe bambu." ucap Ferdian tiba-tiba menerobos kamar Eca.

"Hmmm." jawab nya dari balik selimut tebal yang menggulung tubuh nya, saat nya Eca memanjakan mata nya yang sudah hampir 2 minggu di bawa lembur oleh kerjaan rumah sakit dan beruntung lah hari ini dia tidak memiliki jadwal oprasi setidak nya Eca bisa bangun lebih siang.

"Gue gak mau tau kakak gak boleh telat, soal nya ini penting banget." ucap Ferdian dengan penuh penekanan.

"Berisik tau, sana keluar aku mau tidur dulu, aku gak lupa kok." jawab Eca, tangan nya sudah memegang bantal siap untuk melempar adik nya yang resek.

"Galak amet sih." pekik nya.

"Bodo amet!" Eca kembali membalut tubuh nya dengan selimut

***

Berulang kali Eca menguap sambil memandang jam yang melingkar di tangan kanan nya. Sudah hampir satu jam setengah Eca duduk di cafe Bambu bersama Dian menunggu sang pujaan hati adik nya yang tak kunjung tiba. Sudah berulang kali juga Eca mendesak Dian agar pulang saja.

"10 menit lagi gak dateng aku pulang." ucap nya pada Dian yang masih sibuk menelfon pujaan hati nya.

Lebih baik aku tadi lambat-lambat aja kalau tau ngaret gini gerutu nya dalam hati.

" nah itu dia udah datang." tunjuk nya pada sosok wanita jangkung berkulit putih yang berjalan ke arah meja Eca dan Dian

"Kamu dari mana aja ka, lama banget?" tanya Dian langsung nyosor memeluk wanita nya, seakan mereka tak memandang Eca berada di sana.

"Maaf sayang abang aku mau ikut jadi aku nunggu dia dulu tadi."

"Kak, kenalin ini Ika." Eca bangkit dari kursi menggapai uluran tangan wanita yang bernama Ika.

"Hay, kak Eca kan ya. Dian banyak cerita banyak tentang kakak." ucap nya terang-terang.

"Pasti ceritain kakak nya yang jelek-jelek kan." jawab Eca, lirikan mata nya mengerling tajam ke arah Dian.

"Ngga kok kak. Oh iya aku juga mau ngenalin abang aku sama kakak juga Dian tapi dia lagi ke toilet." Ika memutar mata nya ke penjuru cafe.

"Yaudah pesen makan aja dulu." jawab Eca, cacing di perut nya seakan sudah demo menahan lapar yang dari tadi ia tahan.

"Sayang kamu mau pesen apa?" ucap Dian lalu menyodor kan menu makanan pada wanita nya.

Coba aja Lien semanis itu batin Eca.

"Uda pada pesen makanan ya?" Tanya suara berat dari belakang Eca, seakan mengenali suara itu Eca melarikan pandangan nya ke belakang. Eca membulat kan mata nya saat sosok yang sudah sebulan ini tidak ia temui berada di depan mata nya.

Eca pov

"Lien..." suara ku berubah parau. Rasa nya ingin sekali aku memeluk sosok yang sekarang ada di depan mata ku. Dia sama sekali tidak berubah wangi nya pun masih sama seperti dulu.

"Kakak kenal sama abang nya Ika?" tanya Dian, suasana seakan menjadi sunyi. Aku mengangguk dan seperti nya selera makan ku sudah hilang, aku bingung harus bersikap seperti apa pada saat ini.

"Vinska, abang kayak nya ngga bisa ikut makan siang sama kamu, tadi mas Radit telpon ada yang penting abang harus pergi sekarang." Lien sama sekali tak membalas sapaan ku, apa hari ini aku akan memulai semua nya lagi? Mata ku masih menatap punggung Lien yang semakin menjauh.

"Dian, Ika kakak juga harus pergi." Aku menarik tas ku, berjalan cepat menyusul Lien hingga parkiran.

"Sampai kapan pun kita saling berjauhan, takdir tetap saja mempertemukan kita entah dengan cara apa pun itu." ucap ku. Lien menghentikan langkah nya. Untung lah parkiran cukup sepi. "Kita harus bicara." tanpa seizin dia aku langsung menerobos masuk ke dalam mobil nya.

SEKEPING RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang