Kesunyian di kelas saat ini sangatlah tidak asing bagiku. Melihat seluruh siswa berhamburan keluar ketika mendengar bel istirahat, menyisakanku dan Mr.John saja diruangan ini.
"Apakah anda tidak bergabung dengan yang lainnya, Nona Diwington?"
Hah? apa? Apakah dosen tua bangka itu sedang berbicara denganku?
"A-apa? anda berbicara dengan saya ?" Tanyaku terbata-bata karena tidak yakin.
"Tentu saja, genius. seluruh siswa sialan itu sudah pergi dari kelas sedari tadi". jawab Mr.John sarkastik.
"Tolong, Panggil aku Claire Saja"
"Baiklah, Claire. apa yang membuatmu tidak ikut bersama teman-temanmu?" Tanya Mr.John sambil berjalan menuju kearahku.
"Aku hanya tak suka berada di sekitar orang banyak. dan, mereka bukan teman-temanku, Mr. John" Jawabku sambil merapikan sedikit rambut yang menghalangi pengelihatanku.
Mr.John duduk disebelahku dan meghela nafas panjang ketika ia hendak membuka mulutnya.
"Sebelumnya, panggil aku John saja. ya, aku tahu, berada disekitar orang asing itu tidak membuatmu nyaman. hal yang serupa juga terjadi padaku ketika masih muda dulu di Highschool."
Aku hanya menganggukan kepala dan menunduk kebawah karena aku sadar, ada seseorang yang serupa nasibnya denganku, 'Dulu' .
"Putraku meninggal 3 hari yang lalu, dan ia percis sepertimu Claire, dia seorang yang pemalu tapi sangatlah jenius" Mr.john menghala nafasanya panjang dan menatap ujung sepatunya yang kuno itu. sesekali ia menaikan rambut putihnya yang beruban keatas.
"Aku turut prihatin" Ujarku dengan penuh penghayatan.
"kalau boleh aku tahu, apa penyebab kematiannya?" lanjutku.
Mr.John awalnya ragu untuk membuka mulutnya tapi ia memalingkan wajahnya kepadaku sekarang, dan kulihat matanya memerah, seperti menahan tangis.
"Ia bunuh diri , Claire. Aku telah lalai menjaganya selama ini" Saat itu juga air mata Mr.John mengalir perlahan dan ia mengacak rambutnya frustasi.
Bunuh diri? mengapa?
Ah, ini bukan saat yang tepat untuk mendengar penjelasan darinya."Tidak, Mr- maksudku, John. Kematian adalah jalan yang terbaik bagi kita, Tuhan yang merencanakan itu semua. Tinggal kita menunggu waktunya" ujarku sambil mengusap pundaknya dengan prihatin.
"Tapi, itu bukan rencana tuhan, claire. Ia bunuh diri. itu sama saja 'mempercepat' kematian atau 'mengubah' takdir yang di beri tuhan" Mr. John mengusap air matanya dan memandangku keras
Pada saat aku hendak membuka mulut, Bel berbunyi dengan kerasnya, membuatku mengernyitkan dahi.
"Maaf claire, sudah menganggu waktumu, tapi aku harus ke kelas sebelah sekarang" pamit Mr.John bangkit dari tempat duduknya.
Aku hanya bisa tersenyum, dan melihat punggungnya yang perlahan menjauh dan meninggalkan ruangan.
Siswa-siswi pun mulai masuk kekelas dengan lesu, mereka tampak tidak niat kuliah disini. Jauh berbeda denganku.
aku mendapatkan beasiswa dan tinggal sendiri di Las Vegas. Aku menyewa apartemen kecil-kecilan yang dibayar oleh uang kiriman pamanku yang berada di California dan makan dari sisa uang sewa apartemenku.
Cukup menyedihkan bukan?
"Liam, apakah anda bisa menjawab pertanyaan didepan ini?
Perkataan Ms.Shine membuyarkan lamunanku.
Sontak, aku mengarahkan pandanganku terhadap liam,salah satu 'cowok populer' di kampus ini. Yeah, rasis memang."Kenapa kau menanyakan pertanyaan murahanmu kepadaku, jalang?" Ujar liam yang menaruh sedikit nada humor di perkataanya itu yang membuat satu kelas tertawa.
Apa yang lucu? Itu sangat tidak sopan!
" jaga omanganmu , pria hidung belang! Apa kau yatim piatu ? Tidak diajar sopan santun oleh orang tua mu hah?!" Amarahku menggebu karena jujur, aku paling tidak suka guru dilecehkan.
Seketika, seluruh kelas memandang aneh padaku. Liam dan kawanannya menatapku tajam, seolah ingin memenggal kepalaku.
Oh, tuhan. apa apaan ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Nerd // h.s
Fanfictionmenurutmu seorang kutu buku sepertinya tidak layak mendapatkan kesempatan mencintai orang yang ia cinta? you tought wrong, bitch. #1 in fanfiction (14.6.2016) A fanfiction by di-pelouk Been written in bahasa