Bagian 18

6.3K 445 24
                                    

Bag 18: "Dan kemudian aku menemukan kemungikan terbaik dalam hidupku," Ben Alexander.

Baiklah, tekan Karin pada diri sendiri. Ia akan melakukannya. Walau sudah bertekad begitu masih saja keringat itu mengalir terus menerus dari keningnya. Ia sudah mondar-mandir kesana kemari hampir kehabisan ide atas apa yang akan ia lakukan. Memangnya apa yang akan ia lakukan? Karin masih tak menemukan ide.

Dia berjalan melalui tangga menuju ke lantai atas, menuju kamar tidur satu-satunya di sana. Dia memanjatkan doa diam-diam, tak ingin hal buruk menimpanya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Alex jika menemuinya di kamarnya.

Tangannya gemetaran saat memegang kenop pintu, sebentar dia berpikir bahwa ini takkan berhasil. Karin menelan ludah dan menarik napas dalam-dalam kemudian mengerahkan segala kekuatannya untuk membuka pintu itu.

Karin diterpa dingin AC, lampu didalam padam bahkan awalnya Karin tidak bisa melihat apapun di sana. Apa Alex selalu tidur seperti ini, gelap pekat? Matanya mengarah ke tengah ruangan, pada kasur king size dan laki-laki yang mendengkur halus di atasnya, Alex tampak memunggunginya, selimutnya jatuh sepinggangnya. Hanya itu, sisanya Karin akan menebak. Karin menunggu lebih lama dengan pintu terbuka lebar berharap Alex terbangun, seperti waktu itu, tapi laki-laki itu masih tampak sangat lelap dan tampaknya tidak akan menyadari Karin sampai kapanpun.

Baiklah, rencana ke dua, pikir Karin, astaga! Bahkan dia tidak ada rencana apapun. Karin melangkahkan kakinya masuk, mencium aroma wangi yang berbeda sejak terakhir kali, harumnya seperti strawberry!

Karin menjilat bibirnya yang tiba-tiba kering padahal mulutnya bisa penuh ludah yang sudah Karin telan berulang kali. Ini adalah bukti kegugupan, pikirnya.

Karin sampai di sisi tempat tidur, tempat dimana Alex berada dan sedang menghadapkan wajahnya ke sisi yang lain. "A-Alex," panggil Karin, suaranya rendah dan parau, Karin berdeham dan mengulang. "Alex," dan tidak berhasil, laki-laki itu masih mendengkur.

Karin membuang pandangannya dan tampak memelas pada nasib baik. Kali ini dengan lebih berani, Karin menyentuh lengan laki-laki itu dan mengguncangnya pelan. "Alex, bangunlah, Alex," ia ulangi lagi. Karin jadi gemas sendiri, "astaga, Alex, kenapa kau tiba-tiba jadi susah bangun begini, kamu nggak mati kan, Alex!"

Alex bergerak dan berputar, kali ini dalam posisi telentang. Karin terkejut dan langsung melompat mundur mengira laki-laki itu sudah bangun, tapi laki-laki itu masih tertidur.

"Oh Tuhan, ada apa dengannya?" Karin mengeluh dan menghampirinya lagi, kali ini dia tidak boleh gagal, tekad Karin. Dia mengguncang lengan Alex beberapa kali sedikit lebih keras, berusaha tidak melihat apalagi menyentuh bagian atas tubuhnya yang ternyata telanjang. Astaga, dia punya dada yang bagus. Karin menggelengkan kepalanya sendiri dan masih memanggil-manggilnya.

"Al.."

Dan tangan Alex menarik tubuh Karin sebelum Karin sempat menyelesaikan kata-katanya. Karin mencium dada laki-laki itu. Karin benar-benar terkejut sampai tidak bisa berpikir apalagi bergerak. Ia menelan ludah bulat-bulat dan melotot di kegelapan. Saat dia mencoba bangkit tangan Alex melingkari tubuhnya dan menahannya. Karin melotot semakin menjadi.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu kabur setelah menggangguku? Tidak lagi, aku tidak akan membiarkanmu," Alex memeluk semakin kuat, dia bicara dengan mata masih tertutup saat Karin susah payah memutar kepalanya ke wajah laki-laki itu, Karin bisa melihatnya.

Tux & Apron (Watty's 2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang