Bag 5: "If you can make a woman laugh, you can make her do anything," Marilyn Monroe
3 tahun yang lalu
Jam 10, Karin langsung turun dari angkutan umum menuju supermarket. Baru saja Ibunya menelponnya untuk langsung datang ke rumah kakak perempuannya sepulang sekolah ini untuk membantunya belajar memasak. Benar! Belajar darinya!
Karin merasa senang setiap hendak berkunjung ke rumah mewah milik kakak iparnya itu, satu alasan, karena mereka punya dapur yang bagus. Setiap Karin datang mengunjungi rumah itu, Karin langsung memasak, kecintaannya yang mendarah daging itu tidak bisa di bohongi. Tak jarang, Sahla, kakaknya banyak belajar masak darinya.
Ia menatap jalanan yang basah karena air hujan yang baru saja reda. Ia mempercepat langkahnya tapi tetap berusaha untuk hati-hati menuju supermarket untuk membeli bahan-bahan yang mungkin ia butuhkan, walaupun ia tahu rumah Kakak iparnya sudah akan dipenuhi dengan semua bahan yang mungkin ia butuhkan.
Jamur, satu potong besar tempe, sosis jerman, pasta dan beberapa rempah-rempah, ia sudah mendapatkannya, berjalan santai kearah kasir, kenapa supermarket selalu tampak menarik dimatanya? karena setiap kali melihat tempat itu, ia membayangkan makanan-makanan itu tengah menari-nari dipikirannya, siap untuk dipotong dan dimasak.
Sisa uang jajan satu minggu pun habis untuk membeli bahan-bahan makanan yang sudah dibungkus rapi didalam tas belanjaan itu. Berjalan kearah pintu dan matanya tak sengaja menatap seorang anak kecil yang menangis dengan permen lolipop ditangannya yang tampak berlendir. Oh pasti anak itu kehilangan ibunya, mengapa seorang ibu lalai menjaga balitanya seperti itu?
Tiba-tiba tubuhnya terdorong ke belakang karena tampaknya ia menabrak sesuatu yang kuat didepannya. "Brengsek!" seorang mengumpat padanya dan langsung saja dengan segenap keterkejutan Karin menatap wajah itu dan menelan ludahnya susah payah, sial! ia menabrak seseorang hingga menumpahkan kopi ke pakaian orang tersebut. Karin masih tidak sanggup mengucapkan apapun karena laki-laki itu tampak kesal. "Punya mata nggak sih?!" teriak Alex kasar, bagaimana tidak? lihatlah tuksedo silver mahalnya yang sekarang meninggalkan noda hitam. Karin menggigit bibir bawahnya kalut.
"Ma-maaf.." gumam Karin gugup. "Ak-aku tidak sengaja.." lanjutnya, Alex terus menatap tajam kearahnya.
"Bodoh! Kau pikir bisa semudah itu membiarkannya, dia punya banyak mata-mata.." Karin terbelalak saat laki-laki itu kembali membentak tapi kemudian dia sadar bahwa bentakan yang terakhir bukan untuknya, laki-laki itu sedang menelpon. "Jangan biarkan dia lari, dia bisa membocorkan rahasianya... Apa kau bilang?!!" Alex kembali membentak pada teleponnya walau tatapannya masih pada Karin dengan tajamnya.
Karin menahan napasnya, ia tidak tau apa yang harus dia lakukan. "Bagaimana mungkin kau bisa kehilangan jejaknya? Aku mau kau melacaknya, kalau perlu datangi keluarganya," Oh dia masih berbicara dengan teleponnya. Karin berpikir untuk membiarkan laki-laki itu dan beranjak pergi karena sepertinya juga, laki-laki itu sudah tidak memperdulikan pakaiannya.
Satu langkah, dua langkah, ia melangkah dengan ragu hingga ia hampir melalui Alex.
"Kau mau kemana? urusan kita belum selesai," suara kasar laki-laki itu menghentikannya bahkan tangannya menyekal erat pergelangan tangan Karin hingga membuat jantung Karin meloncat kekepalanya. "Hubungi pengacaraku untuk menemuiku sore ini, katakan juga pada Keyna untuk mengatur jadwalku," Karin harus sedikit bersabar menunggu hingga laki-laki itu selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tux & Apron (Watty's 2016)
RomanceTAMAT - Kamu bisa pesan buku ini ke toko-toko online favorit kamu untuk baca cerita lengkapnya - * Syarifa Karina adalah seorang perempuan yang berasal dari keluarga sederhana. Dia begitu menggilai kegiatan memasak dari mulai ia SMA sampai melanjutk...