Bonus Part (1)

14K 394 32
                                    

Karin tidak ingat semalam ia tidur jam berapa, pasti larut sekali, ia bahkan tidak bisa membuka matanya walau cahaya matahari melalui jendela banyak-banyak berjatuhan ke atas wajahnya. Ia ingin tidur lebih lama, ia ingin menikmati dekapan ini lebih lama lagi dan melupakan soal apapun termasuk soal betapa larut ia tidur semalam.

Karin menyukai harum ini dan dia semakin mengeratkan pelukannya dan mengendus sambil menggesekan hidungnya ke dada laki-laki itu. Dada yang indah yang bisa ia tonton sepanjang masa mudanya dengan berbinar-binar, ia tak perlu malu-malu dan menahan diri, semua orang juga tahu dan semua orang bisa melihatnya, termasuk Alex, bagaimana Karin menginginkannya.

"Karin," suara parau itu memanggilnya, tangan laki-laki itu mengusap punggungnya hendak membangunkannya, dia pasti berpikir Karin masih tertidur. Laki-laki itu masih mengusapnya lagi, melalui baju tidur tipis yang dikenakan Karin dan naik ke punggungnya yang telanjang kemudian pada lehernya dan mengirim gelenyar-gelenyar nikmat itu. "Kau tidak ingin menyia-nyiakan hari penting ini untuk berjalan-jalan keluar bersamaku, kan?" tanyanya.

Karin menggelengkan kepalanya dan membuat Alex tersenyum, wanita itu yang sudah menyembunyikan wajahnya di dadanya sepanjang malam akhirnya mendongak, "aku juga tidak ingin menyia-nyiakan hari ini untuk tidur bersamamu," ucapnya.

"Aku sudah membayar mahal tempat ini supaya kita bisa menjelajah," ucap Alex kemudian.

Karin pura-pura merenggut dan menenggelamkan wajahnya lagi di dada Alex untuk menghapal harumnya lebih lama lagi. Ia senang bisa merasakan detak jantung cepat laki-laki itu, dulu, Alex selalu bilang jantungnya selalu berdetak seperti itu setiap Karin di dekatnya dan sekarang Karin senang karena bisa merasakannya sendiri.

"Alex," panggil Karin, Alex bergumam, "Aku tidak ingin hari ini berakhir," ucap Karin. Alex diam saja, senyuman senang yang dari tadi bermain-main diwajahnya mulai lenyap. Karin mendongak untuk melihat wajah sulit Alex yang akhir-akhir ini mulai ia benci. "kau juga tidak ingin hari ini berakhir, kan?" tanyanya.

"Kemarilah," Alex menarik Karin ke atas untuk bertemu dengan wajahnya, kemudian pada bibir wanita itu, Alex bernapas di depan wajahnya sedikit lebih lama untuk juga menghapal bagaimana sensasinya sebelum kemudian Alex mencium bibirnya, dalam dan lembut. Karin balas mencium, dia tidak pernah sepandai itu melakukannya, ia hanya meniru bagaimana Alex melakukannya. Melumat bibirnya bergantian atas dan bawah dan berhenti di tengah bibir Karin dan melumat lagi, menjilat dan mengigit, Karin suka bagaimana Alex bisa melakukannya, laki-laki itu bilang dia tidak pernah mencium wanita lain selain Karin.

Dan Karin percaya karena dia sendiri yang menjadi saksi saat bibir itu begitu amatiran sampai menjadi ahli seperti sekarang, Karin menjadi saksi perkembangannya.

"Jika kau masih ingin ditempat tidur, kita bisa melanjutkan yang tadi malam," gumam Alex di depan bibir Karin, Karin memejamkan matanya, dia bisa mati jika harus menunggu lebih lama lagi saat-saat seperti ini.

"Tapi kau bilang kau sudah membayar mahal untuk tempat ini," goda Karin, Alex tertawa renyah dan membelai rambutnya.

"Benar, Nyonya Ben, tapi aku sudah mengambil resikonya."

"Apa itu?"

"Memilikimu, aku harus siap untuk bangkrut," ucap Alex, Karin tersenyum senang membelai dada laki-laki itu dengan jari-jarinya kemudian naik ke wajah Alex untuk bermain-main dengan jenggotnya yang masih tipis.

"Aku mencintaimu, Alex," ucap Karin dan disaat bersamaan ia merasa matanya panas dan berair lagi, mengingat semua yang yang terjadi diantara mereka, mengingat seberapa besar pengorbanan yang harus mereka lakukan hingga sampai ke titik ini yang bahkan masih belum cukup.

Tux & Apron (Watty's 2016)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang