Bag 4: "Inside every older peson is a younger person wondering what the hell happened." (Cora H Armstrong)
"Kupikir dia semakin berani saja bos, dia sudah berniat untuk kabur bahkan absen kelas selama seminggu. Menurut Jo, dia bekerja di sebuah restauran seminggu terakhir ini juga."
Alex menyimak benar apa yang dikatakan Nico, tapi ekspresi wajahnya tak pernah menampakan perubahan yang berarti, bahkan Nico sempat berpikir bahwa bosnya itu sudah tidak lagi peduli. Ah, dan mungkin setelahnya dia bisa bersyukur.
Sudah tiga tahun ia bekerja pada Alex sebagai pekerja yang mungkin paling tidak penting di dunia ini. Memata-matai seorang wanita sampai harus membuat skenario palsu, karena bahkan sampai sekarang Nico tak mengerti mengapa Alex melakukan hal itu. Kalau pun memang atas dasar suka, tidak akan seperti ini.
Terkadang Alex hanya akan menyuruhnya bekerja jika dia sudah kambuh menjadi seorang yang begitu jenuh dengan pekerjaan, itu juga tidak berlangsung sering dan lama, hanya tiga kali dalam sebulan atau bahkan tidak sama sekali dalam tiga bulan.
Terkadang Alex akan menyuruhnya mendatangi wanita itu di kampusnya hanya untuk menanyakan bagaimana perkembangan sekolahnya atau mengajaknya makan lalu membayarnya tentu saja tanpa sepengetahuan perempuan itu. Dan saat Nico kembali pada Alex yang ditanyakan Alex hanyalah. "Bagaimana dia?"
"Dia baik, tidak ada yang menyusahkannya" ucap Nico.
"Bagus, pertahankan itu," tapi Nico selalu saja bertanya, untuk apa? Apa yang dipertahankan?
Nico tetap tak banyak mulut didepan Alex, bagaimanapun ia hanya diperkerjakan untuk menuruti perintah bosnya. Seperti bulan ini saat tiba-tiba bosnya itu memintanya untuk mendatangi wanita itu dan mengingatkannya soal kontrak mereka.
"Dia tampak sangat terpukul mengetahui hanya akan menjadi juru masak pribadi anda," Nico memperjelas titik permasalahannya. "Sekarang apa yang harus saya lakukan padanya?" dan diam karena bahkan Alex jadi tak banyak bicara dan menatap Nico lekat-lekat, begitu mendominasi, itulah mengapa dia menjadi pemimpin yang banyak ditakuti karyawannya, memangnya siapa yang berani saat mendengar nama Ben Alexander disebut?
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan," ucap Alex akhirnya, kemudian beralih pada komputernya tidak untuk bekerja, hanya benar-benar tak ingin menampakkan ketertarikannya. Nico gelagapan.
"Maksud anda... Apa saya culik saja dia?" kemudian Alex tertawa.
"Lalu?" tanya Alex tampak suka dengan ide Nico.
"Ya, kalau Pak Ben ingin dia benar-benar menjadi juru masak, saya bisa pastikan ia tetap berada di apartemen Pak Ben," sambungnya, Alex mengangkat kedua alisnya meyakinkan.
"Aku bahkan tidak tahu apakah masakannya enak atau tidak," dan saat itu Alex kembali memundurkan punggungnya dan menatap Nico sepenuhnya.
Nico menelan ludah, inilah anehnya, ia bahkan tidak mengerti apa tujuan penugasannya sejak awal. "Jadi Pak Ben tidak benar-benar ingin dia jadi juru masak?" tanyanya dan Alex menggeleng seksama kemudian berpikir.
"Aku hanya ingin..." Alex menarik bola matanya keatas dan berpikir, tiba-tiba dia kehabisan ide, "apa yang aku inginkan?" tanyanya pada Nico, Nico membulatkan mata tak mengerti merasa percakapan itu begitu aneh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tux & Apron (Watty's 2016)
RomanceTAMAT - Kamu bisa pesan buku ini ke toko-toko online favorit kamu untuk baca cerita lengkapnya - * Syarifa Karina adalah seorang perempuan yang berasal dari keluarga sederhana. Dia begitu menggilai kegiatan memasak dari mulai ia SMA sampai melanjutk...