2 Bintang

3.2K 245 1
                                    

Aku duduk di bangku yang tersedia di balkon kamarku sambil membaca novel yang baru kubeli minggu lalu. Kulirik ponselku, tak ada pesan dari siapapun bahkan dari si Onta itu. Untuk sekedar minta maafpun sepertinya ia tak ingat.

Angin malam berhembus dengan tenangnya, begitu dingin ternyata ya. Namun, sepertinya hembusan anginnya terasa berbeda dari biasanya. Bulu kudukku berdiri, merinding. Aku mengelus tengkukku. Dan perlahan menengok kebelakang.

"BWAA!!"

"AAA!" Aku terjatuh dari dudukku. Tanpa sadar aku menangis karena kaget. Yang tadi itu apa?

Aku mendengar suara tertawa. Tunggu, aku kenal suara ini. Lagi-lagi orang ini menambah tingkat kekesalanku ya.

"Yaelah gitu ae nangis, cupu lo." Tawa Bintang makin membahak, ia memegangi perutnya mungkin terasa sakit karena kebanyakkan tertawa.

"Bintang Hadyaksa! Lo itu bener-bener keterlaluan ya! Ih!"

Yang diomeli malah makin tertawa membahak. Benar-benar ya Bintang ini, menyebalkan.

"Onta! Ihh!" Aku mencubit lengannya.

Ia mengaduh kesakitan dan membalas dengan mencubit pipiku.

"Binta, lo lucu banget tadi hahaha. Makanya, jangan bete-bete gitu kali." Bintang mencoba meredakan tawanya.

Aku merengut kesal karena tingkahnya, menyebalkan.

"Ngeselin lo!"

"Ngeselin tapi ngangenin kan?"
"Gak, Nta. Lo gak ngangenin!"

"Nanti lo suka sama gue loh." Bintang mencolek daguku genit.

'Udah kejadian, Nta.' batinku.

Aku mencubit lengannya sekali lagi dan berniat untuk masuk kembali ke kamar. Namun, usahaku gagal, Bintang menahan lenganku. Aku tetap pada posisiku dan tak ingin menatap mata laki-laki itu.

"Binta, gue minta maaf. Bayarannya, besok gue beliin seblak mpok Sum deh," ujarnya.

Kalau sudah begini aku harus apa? Otakku ini memang otak seblak, susah jadinya. Dengan terpaksa, aku mengangguk. "Awas lo bohong!" Aku menunjuk tepat dihidungnya, mengancam.

"Ngga kok, besok kit-"

"Dan awas kalo lo bandingin gue sama Lady lagi!"

"Janjiku janji pelaut." Bintang mengepalkan tangan kanannya dan menempelkannya di dada kirinya.

"Bagus Onta, udah ah malem ini gue masih bete sama lo, mau baca didalem aja,"

"Jangan Binta, disini aja gue temenin. Gue juga bete dikamar, PS gue dipake abang gue,"

Akhirnya aku menghabiskan malamku di balkon bersama si Onta ini. Aku membaca novelku dan Bintang mendengarkan musik dari handphoneku. Kilauan cahaya bintang diatas sana membantu bulan menyinari 2 Bintang dibumi ini.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang