"Ontaa.. Ontaa.." aku memanggil Bintang lewat balkon kamarku.
Bintang keluar sambil mengucek matanya. Hari ini hari Minggu dan kuyakin Bintang takkan bangun jika aku tak memanggilnya.
Ia menguap dan memandangku dengan kening yang berkerut. "Loh Bin? Lo mau kemana? Masih jam 5 udah rapih aja." Bintang menggaruk kepalanya.
"Makanya, buruan! Ayo kita lari pagi," ujarku.
"Hah? Jam 5?"
"Yaiyalah, olahraga tuh pagi-pagi. Ayolah Nta, gak mau nemenin gue nih? Yaudah gue mau jalan sendiri deh,"
"E-e-eh, enak aja. Tar kalo lu digoda-godain orang gimana? Gue temenin! Bentar!"
Bintang segera masuk kembali ke kamarnya. Aku cekikikan karena mendengar jawabannya tadi. Sedikit membuatku senang. Tingkahnya lucu.
Tak berapa lama, ia sudah memanggil namaku berkali-kali dari depan pintu rumah. Aku segera berlari untuk menemuinya.
"Halo! Udah ganteng kan gue?"
Kuperhatikan Bintang dari ujung kepala hingga ujung kakinya. Ia memakai jersey putih dan celana hitam pendek.
"Yaa.. Bolehlah, biar gue gak keliatan jomblo,""Siap bos! Gue bisa jadi apa aja buat Binta,"
Aku tersenyum senang dan dengan cepat langsung menarik tangannya, takut kesiangan. Belum sempat berlari, kita harus mendengarkan ceramah dari bang Rehan yang lagi nyiramin tanaman.
"Bintang dan Bintang." bang Rehan menunjukku dan Bintang secara bergantian.
"Kalian berdua dengerin abang ya, kalian kalo pacaran tuh jangan marahan mulu. Itu kamu Bintang yang cowo tuh siapa panggilannya? Onta, nah iya lu kan ade gue jadi jangan malu-maluin. Jangan selingkuh, setia sama Bintang yang cewek siapa juga tuh panggilannya? Binta ya? Iya nah setia sama Binta,"
"Lucu juga ya kalo kalian nikah. Diundangannya Bintang dan Bintang atau B and B. Duh imut." sambung bang Rehan dengan hebohnya.
Kita berdua justru cekikikan mendengar nasehatnya. Nanya sendiri, jawab sendiri. Bang Rehan emang pembangkit mood banget kalau kita berdua lagi bete.
"Iya bang, Onta jagain si Binta ini." ujar Bintang sambil merangkul bahuku.
"Bagus, dik. Abang bangga," ujar bang Rehan sembari bertepuk tangan.
Setelah sedikit jauh dari penglihatan bang Rehan, kita berdua tertawa sampai sakit perut. Pasalnya, bang Rehan selalu menganggap kita berdua pacaran, padahal tidak. Dan sebenarnya aku... Ah sudahlah.
Setelah jogging. Bintang mampir kerumahku dan numpang sarapan.
"Halo tante, Onta boleh numpang makan disini kan tan?" tanya Bintang sok asik.
"Boleh dong, Nta. Ikut aja sini gapapa kok," ujar mamaku.
"Kalo om ngebolehin Onta gak?" tanya Bintang, lagi.
"Boleh, Bintang. Tiap hari mau makan kesini juga boleh, nginep juga boleh, suka-suka Bintang deh,"
Bintang mengusap kedua telapak tangannya dan tersenyum senang. "Asik, bisa jadi abangnya Binta juga ya? Hehe."
Aku hanya menghela nafas lelah dan mengajaknya ke ruang makan. Akhirnya Bintang sarapan bersama keluargaku.