Mereka tengah duduk dibalkon kamar Binta. Sejak tadi yang mereka perhatikan hanya Bintang.
"Jadi, kenapa tulisannya je t'aime dan kenapa Lady ada disana tadi?" Tanya Binta tanpa mengalihkan pandangannya dari Bintang di langit.
"Karena aku sangat amat mencintaimu, Binta dan karena gue- eh aku dan Lady emang nggak ada hubungan apa-apa,"
"Alah, bohong. Terus apatuh berdua mulu?"
"Itu ngurus suprise buat kamu, sayang,"
Pipi Binta langsung memerah. Baru pertama kalinya ia merasakan hal ini.
"Dih sok malu lo, Binta. Gaya-gayaan lo ah." Onta merangkul erat Binta.
"Sakit dodol leher gue." Binta berusaha melepaskan tangan Onta.
"Hahaha denger ya, Binta. 15 tahun itu yang bikin gue berani ngelakuin hal tadi." Onta melepaskan rangkulannya. "Btw, lo gak ngadoin gue?"
"Ah- wait!" Binta lari kedalam kamarnya untuk mengambil hadiah yang harusnya sudah ia berikan untuk Onta.
"Ini." Binta menyodorkan kotak bersampul cokelat.
"Kayak buku sekolah aja, sampul cokelat,"
"Suka-suka gue dong!"
Onta membuka hadiahnya perlahan. Setelah melihat isinya, ia bahkan tak bisa menutup mulutnya. Ia begitu menyukai hadiah pemberian pacar barunya itu.
"Ini serius? Ini... Dari yang dulu-dulu?"
Binta mengangguk. Onta langsung memeluk Binta. "Bin, gue sayang banget sama lo, Bin. Makasih, makasih!"
Binta tersenyum dan membalas pelukan Onta. "Love you more, Onta."
Tanpa sadar, ada seseorang yang memperhatikan mereka dan itu adalah Rehan. Ia mengintip dari kaca yang berada didekat balkon kamar Onta. Laki-laki itu tersenyum kala melihat Binta dan Onta tertawa sambil berpelukkan.
"Gue harap lo bisa jaga Binta, Nta."