8 Bintang

1.8K 173 0
                                    

'Bintaa! Buruaann!' Teriak Bintang dari sambungan telepon.

"Sabar, Onta sabar. Gue lagi nguncir rambut ih." Tanganku sibuk menyisir rambut dan tangan satunya sibuk memegang hp menjawab panggilan dari Bintang.

'Keburu malem nih, bodo ya gue kerumah lo sekarang.'

Sambungan telepon terputus, itu pertanda anak itu sudah didepan rumahku. Bintang selalu begitu, mengancam ketika ancamannya sudah berjalan.

"Binta, ada Onta tuh," teriak mama dari ruang tamu.

Benar kan kataku? Dia pasti mematikan telepon setelah sampai dirumahku. Dasar menyebalkan. Dengan cepat, kugerai kembali rambutku dan memakai jepitan pita berwarna pink dibagian kanan rambutku.

"Dasar ngeselin." umpatku saat didalam mobil.

"Hii gitu aja ngambek," ujarnya.
Aku diam namun hatiku berteriak senang. Bukan, bukan karena dia yang menyebalkan terus aku jadi senang. Aku senang karena aku akan membalas si Onta ini.
"Jadi kita kemana?"

Aku tersenyum.

"Hah? Kesini?" Tanyanya tak percaya saat kami sudah berada didepan toko buku. Bahunya menurun lemas.

"Iya, seneng kan?"

"Astaga, Bintaa," Bintang mengusap wajahnya. "Lo kan tau gue gak suka buku, apalagi disini bukunya banyak banget, bisa nguap-nguap gue."

Aku cekikikan sendiri dan menarik tangannya untuk segera masuk kesana. Gak sabar buat nyari buku yang ada di-wishlist-ku.

Setelah masuk, aku langsung menyuruh Bintang untuk mencari buku. Bintang mengeluh dan menolak namun akhirnya ia mengangguk karena kupaksa.

Setelah selesai, aku mengajak Bintang untuk mampir disalah satu cafe favoritku. Kasian Bintang, wajahnya masam karena kuajak ke toko buku. Bukannya menghilangkan betenya, aku justru menambah tingkat kebetean Bintang.

"Onta, maaf ya,"

"Hmm.." Bintang menelungkupkan wajahnya dalam lipatan tangannya.

Aku yang merasa bersalah melakukan segala cara. Seperti menjambak rambutnya, mencubit lengannya, menampar pipinya pelan, dan menggoyangkan tubuhnya berkali-kali.

"Apa Binta?" tanyanya dengan suara layaknya orang sakit. "Gue ngantuk banget ini, sumpah Bin."

Akhirnya aku mengalah dan lebih memilih diam. Buku memang bukan sahabat Bintang.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang